Vitamin

6.7K 728 89
                                    

"And! Kau mau apa, hah?!"

"Hesh, dasar pembangkang." Andy menepis satu tangan Jo yang masih berusaha menghalangi melepas bajunya. "Astaga, Jo. Aku hanya ingin membersihkan lukamu dan bajumu ini mengganggu!"

Pada akhirnya Jo hanya bisa pasrah menuruti tindakan Andy yang dengan lembut menyapukan tisu basah dan antiseptik ke bagian tubuhnya yang terluka. Ia jadi kehilangan separuh kemampuannya untuk berkata-kata sejak Andy membongkar penyamarannya.

"Nah, sudah. Sekarang kamu bisa pakai lagi bajumu dan istirahat."

Sekali lagi Jo hanya membisu sambil menuruti instruksi Andy.

"Apa sebaiknya tidak kamu lepas saja korsetmu itu. Kasihan makhluk indah yang ada di dalamnya. Mereka pasti tersiksa." Andy meringis jail.

Tapi sinyal marah Jo malah menguat mendengar kata-kata Andy. Ia melotot sambil mendesis, "Mesum."

Andy yang sibuk menyiapkan sesuatu di meja kecil di seberang tempat tidur pura-pura tidak mendengar. Satu menit kemudian ia mengulurkan segelas air berwarna kekuningan pada Jo.

"Apa ini? Bukan obat tidur atau sejenisnya, kan?" tanya Jo curiga.

Andy mengerucutkan bibir. "Selalu curiga. Atau waspada? Hah, terserah. Itu hanya vitamin C. Biar pulih staminamu. Hanya itu yang kupunya di sini."

Jo jadi merasa bersalah telah berburuk sangka. Tanpa bicara lagi ia menghabiskan isi gelas itu. "Terima kasih."

Tiba-tiba raut wajah Andy berubah. Ia menyeringai. "Hehehe.... Kamu tertipu. Itu tadi memang vitamin C, tapi sudah kucampur obat perangsang."

Wajah Jo langsung tegang. Ia segera berpikir cepat. Toilet! Muntahkan! serunya dalam hati. Ia meloncat dari kasur dengan menahan sakit.

Tapi tepat di depan pintu toilet Andy menahan pinggang Jo dengan kedua lengannya. Laki-laki itu tertawa terkekeh.

"Berhenti, Jo. Ayolah. Aku cuma main-main. Itu tadi benar-benar cuma vitamin C. Hahaha."

Jo mengurungkan niat untuk masuk toilet dan hanya berdiri tegak dengan diam sementara lengan Andy masih melingkari pinggangnya. Rasa dongkolnya bertumpuk-tumpuk. Ia agen tangguh salah satu andalan agensi tapi samarannya terbongkar dengan mudah. Lalu harus pasrah dengan luka yang tak begitu parah tapi membuatnya tak bisa banyak bergerak. Dan yang lebih menjengkelkan lagi, ia dengan mudah pula ditipu mentah-mentah dengan candaan murahan ini.

Satu hal penting lagi. Si bos gila dengan santai memeluknya dari belakang dan ia hanya bisa mematung karena memorinya mendadak memutar ulang kenangan masa lalu yang terus membayangi meskipun ia sudah berupaya dengan berbagai cara untuk membuangnya jauh-jauh. Jantung Jo berdegup tak karuan.

Oh, tidak, tidak. Ini gawat, batin Jo. "And, lepas. Kita harus bicara. Serius." Jo menekankan kata 'serius' dengan nada memerintah.

"Eh, benar sekali. Aku memang selalu serius denganmu," jawab Andy sambil melepaskan pelukannya. "Padahal aku masih kangen memelukmu. Peluk lagi, ya? Sebentaaaar saja."

Jo berbalik dan melipat kedua lengan di dada. Tak ada sedikitpun tanda-tanda keramahan.

Andy merengut. "Oh, baiklah." Ia mengedarkan pandang sesaat untuk mencari tempat duduk yang tepat. Akhirnya ia memilih bersila di atas karpet lembut yang berukuran tak terlalu luas.

Jo mengambil tempat di hadapan Andy dengan mengambil jarak yang dirasanya aman. Aman dari kerusuhan yang mungkin sewaktu-waktu muncul entah dalam bentuk seperti apa.

"Aku masih cinta padamu," kata Andy sebelum Jo sempat mengeluarkan kata-kata. Ekspresinya sangat serius kali ini.

"Banyak hal yang sudah terjadi, And. Tidak akan sama seperti dulu. Kita bukan lagi sepasang remaja yang melupakan realita."

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang