Truth

4.1K 483 78
                                    

Ketika membuka mata di ruang perawatan, yang pertama kali dilihatnya adalah Andy yang langsung menciumi tangannya yang tidak terpasang jarum infus.

"Hei, And. Kamu kelihatan berantakan," sapa Jo lemah tapi tetap berusaha tersenyum.

"Bagaimana tidak. Istriku terluka. Dan hebatnya, dia masuk rumah sakit sehari setelah menikah," kata Andy sambil tersenyum pahit.

"Baiklah. Aku minta pindah bagian administrasi atau yang lain saja setelah ini."

"Aku tidak memaksamu. Maaf. Aku hanya sangat sangat khawatir. Rasanya, jantungku seperti copot ketika tahu kamu masuk gawat darurat."

"Tidak. Aku serius akan minta pindah bagian. Apa saja asal bukan operatif lapangan."

Andy menatap mata Jo yang masih redup. "Tapi, apa kamu tidak akan menyesal?"

"Aku akan lebih menyesal melihatmu terus khawatir."

"Meskipun ada sisi diriku yang gembira dengan keputusanmu saat ini, tapi kamu tetap harus pikirkan baik-baik lagi nanti."

"Andrew Bayusaga?"

"Ya, Nyonya Josephine Bayusaga?"

"I love you so much."

Andy tersenyum lebar. "I love you, too. Tapi masalahnya sekarang adalah honeymoon kita benar-benar tertunda."

"Tunggu aku benar-benar sembuh dan kamu bisa membawaku ke mana saja. Aku akan minta cuti lama."

"Janji?"

"Janji."

"Tanpa Rolf, Ajay dan misi?"

Jo tertawa kecil, tapi cukup membuat sengatan kecil di perutnya. Hal yang segera mengingatkannya pada satu rahasia yang belum ia ungkapkan pada orangtua Andy.

"Dan setelah itu aku akan katakan yang sebenarnya tentang kondisiku pada Mamamu."

Andy mengerucutkan bibir. "Kamu sungguh tahu cara merusak suasana ya?"

Tiga hari kemudian kondisi Jo sudah terlihat sangat baik meskipun lengan kanannya harus digips karena salah satu tulang retak lumayan parah. Tulang iga bawahnya yang memar pun sudah membaik dan bagian perut yang terkena hantaman juga sudah tidak terlalu menyakitkan, walaupun ada rasa perih tapi bagi Jo yang terbiasa dengan berbagai cidera, itu bukan hal besar.

Dokter belum mengizinkannya pulang meskipun ia sudah merasa sehat.

"Sabar ya, Suami. Kata dokter, tiga hari lagi baru boleh pulang," kata Jo pada Andy.

"Aku sanggup menunggumu delapan tahun, tiga hari itu sama sekali bukan masalah."

"Tapi delapan tahun itu kamu tidak melihatku di depanmu, sekarang aku ada di depan hidungmu, dan kurasa itu  jelas beda rasanya," goda Jo.

"Jo, jangan buat aku lupa bahwa kamu masih sakit dan ini kamar rumah sakit, ya?" Andy menatap Jo sedemikian rupa sambil terus merapat dan naik ke ranjang pasien.

"And! Jangan gila, ya?" pekik Jo panik.

Andy semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Jo. Lalu ia menyeringai jail. "Hehehe... Ternyata kamu kenal takut juga..."

"Sinting."

"Betul. Tapi suamimu." Andy tertawa.

Tawa Andy terhenti ketika pintu kamar rawat inap VVIP itu terbuka.

Wanita itu langsung mengerutkan kening ketika melihat Andy berada di atas ranjang pasien. "Apa tidak bisa kau tunggu sampai pulang?" katanya dengan nada pedas, seperti biasa.

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang