Dispute

5.1K 482 92
                                    

Mayor Emilio yang sudah bertekad mendapatkan Jo dan merasa berpeluang besar karena wanita itu akan melewatkan masa penyembuhannya di hacienda keluarganya, di sebuah daerah pertanian di luar ibukota Serenidad.

Tapi peluang itu ia rasakan menyempit karena kehadiran Andy yang tanpa malu dan ataupun ragu ikut menginap di hacienda familia Velazquez . Ia tak bisa menolak kehadiran rivalnya itu karena Andy mendapat dukungan penuh dari Kika yang jelas tidak menyadari panasnya udara persaingan yang timbul antar dua lelaki beda generasi itu.

Pada dasarnya Andy memang menyukai si kecil itu, tapi dalam situasi ini, ia sedikit memanfaatkan kedekatannya dengan Kika.

"Heh, Junior!" panggil sang mayor ketika Jo sedang beristirahat dalam kamar.

Andy yang sedang asyik menonton film animasi bersama Kika menoleh. Ia sengaja mempermainkan sang mayor dengan pura-pura tidak mengerti. "Saya, Mayor?"

Mayor Emilio melotot kesal. Tapi ekspresi wajahnya segera ia rubah dalam sekejap ketika Kika ikut menoleh. Ia memasang sebuah senyum yang sangat kaku.

"Papa, tidak boleh panggil nama orang sembarangan. Papa sendiri yang bilang sama Kika. Kak Andy, Papa. Andy Bayusaga."

Celoteh si kecil itu mengirimkan sinyal kemenangan kecil di raut muka Andy sedangkan sang mayor harus menyimpan rasa dongkolnya dalam-dalam. Untuk sementara.

"Oh, iya. Maaf ya, Sayang. Andy Bayusaga, kemarilah, anak baik," kata sang mayor dengan menekankan kata 'anak' dalam kalimatnya.

Andy mengernyit di belakang Kika.

"Nah, itu baru benar. Kak Andy memang anak baik," sahut Kika polos yang membuat Andy meringis.

Andy bangkit meninggalkan Kika mengekori sang mayor yang menarik sedikit ujung bibirnya untuk mengulas sebuah senyum mengejek.

Mereka berdiri dalam diam untuk sesaat sambil melempar pandang ke arah sabana di sekitar hacienda. Angin semilir yang menerpa menjadi pemecah keheningan mereka.

"Jadi, Jo akan Anda ajak jadi nyonya koboi di sini? Tampaknya ternak Anda lumayan banyak, Mayor?" sindir Andy.

Jika Andy adalah rekan satu kesatuannya, sang mayor pasti sudah marah dan mungkin sudah membuat perhitungan dengan sindiran si anak ingusan, tapi ia hanya mendengkus sambil terkekeh pelan. "Mungkin. Kalau dia mau. Itu terserah Jo. Tapi yang jelas di sini tidak ada mertua sadis yang bisa meracuninya sewaktu-waktu."

Ia mengharapkan Andy kesal. Tapi si rival malah tertawa terbahak-bahak.

"Mama? Meracuni? Hahaha... Oh, Mayor, ingat itu teman Anda lho...Hahaha... Saya pastikan lelucon Anda ini suatu saat didengar sendiri oleh yang mulia Lydia Bayusaga... Hahhaha..."

"Dasar anak sinting," umpat sang mayor. "Heh, apa kau tidak malu menumpang di rumah orang terlalu lama? Pulanglah. Ya, betul. Pulanglah sebelum uang sakumu habis." Mayor Emilio mengharapkan Andy benar-benar naik darah kali ini dengan kembali memberi penekanan pada kata 'uang saku' pada pewaris tunggal keluarga Bayusaga.

"Uang saku? Hahaha... Anda ternyata suka melawak juga, Mayor. Tapi sayang Anda salah, kami dulu lebih suka membawa kotak bekal makan siang. Ya. Kami. Aku dan Jo. Kami anak-anak yang tumbuh bersama. Hahaha."

Astaga, gerutu sang mayor dalam hati. Tidak mempan malah memantul balik semua sindiranku. Dasar anak sinting!

"Saya akan pulang beberapa hari ini. Bukan karena menyerah. Tentu saja bukan. Tapi karena saya punya tanggung jawab untuk menambah uang saku untuk persiapan masa depan bersama Jo," Andy berkata dengan nada serius. "Dan saya pasti akan kembali."

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang