"Aku ke kamar mandi dulu, jangan hancurkan kamarku."
Y/n memutar bola mata malas setelah mendengar penuturan dari Sohyun, Sohyun meminta Y/n untuk tetap diam.
Tapi bukan Kim Y/n namanya jika mendengarkan ocehan Kim Sohyun yang melarangnya melakukan apapun, Y/n meringsut turun dari ranjang dan mulai berkeliling menjelajah kamar yang lumayan luas ini.
"Lihatlah, dia bahkan tidak memasang satu fotopun dikamarnya. Atau dia tidak pernah mengambil foto selama ini? Dia masih belum berubah? Ahh, tidak! Aku yakin si Sohyun pemalu itu sudah berubah, tidak mungkin dia masih menjadi pemalu dan takut kamera." Y/n masih memutari kamar dominan biru muda itu. Sohyun memang menyukai warna biru muda, Y/n menyukai violet, dan Shinhye menyukai warna pink. Tiga warna yang serasi.
Y/n beralih menuju meja belajar Sohyun yang tampak rapi, berbeda sekali dengan miliknya yang selalu berantakkan. Y/n selalu malas membersihkannya setelah belajar.
"Eh, photocard?"
Tangan yang selalu usil itu terulur mengambil sesuatu yang terjepit diantara buku, Y/n yakin kalau itu adalah photocard.
"Bangtan Sonyeondan?" Y/n mengeja tulisan yang ada di photocard itu, disana juga ada sebaris manusia namun dalam mode backlight, jadi wajahnya tidak terlihat.
Bangtan Sonyeondan? Y/n seperti pernah mendengar dua kata itu. Bukan lagi pernah, sering. Seingat Y/n, ia sering mendengarnya. Tapi apa? Y/n tidak pernah peduli dengan ocehan manusia disekitarnya saat di London, dan sekarang dia menyesal karena tidak menyimak benar salah satu obrolan mereka.
"Bangtan Sonyeondan? Apa ya? Aduhh, kenapa aku lupa?"
"Y/n?"
Y/n terlonjak di tempat, dan spontan berbalik menghadap Sohyun yang berdiri dengan rambut basah dan kening berkerut. Sohyun barusaja selesai mandi.
"Apa yang kau lakukan disana? Kau.. tidak berniat menghancurkan koleksi novelku, kan?" Tanya Sohyun selidik.
Untung saja, Y/n sempat menyembunyikan photocard yang ia temukan dibalik tubuhnya. Kalau tidak, pasti Sohyun sudah menghabisinya karena lancang mengobrak-abrik barang-barangnya.
"Bisa aku pinjam yang ini?" Alibi Y/n menunjuk sebuah buku novel dengan sampul berwarna softpink. Terlihat menarik.
Sohyun mengerutkan dahi, menatap Y/n dengan tatapan yang sulit dimengerti. Namun, setelahnya berjalan mendekati meja belajarnya dan mengambil buku yang ditunjuk Y/n.
"Ini bukan milikku, tapi ceritanya bagus. Kau boleh pinjam, jangan sampai lecet atau rusak. Pemiliknya galak."
Y/n mengerjap pelan, setelah itu mengangguk. "Aku tidak akan merusaknya."
Sohyun mengangguk. "Good!" Setelah itu berjalan menuju meja rias untuk menata rambut.
Y/n menghela napas lega, kemudian mengeluarkan photocard yang sejak tadi disembunyikan olehnya. Dia masih penasaran, tapi enggan untuk bertanya.
"Sohyun--"
"Y/n-yaa, ayo jalan-jalan." Sahut Sohyun.
"Kita akan kemana sore seperti ini? Jangan belanja, aku sudah belanja bersama Minhyun Ahjussi sebelum datang kesini." jawab Y/n malas.
Sohyun tampak berpikir, setelah itu menjentikkan jari." Aku tahu."
"Kemana?"
"Menemui seseorang yang pasti sangat kau rindukan."
.
.
.
.
.Mobil hitam yang ditumpangi dua gadis cantik ini telah terparkir rapi di halaman parkir dengan alas padang rumput dan tanpa atap. Sangat alami karena terlindungi oleh pohon besar dengan dahan lebar.
Dua gadis cantik keluar dari mobil dan berjalan beriringan menuju sebuah tempat, tapi Y/n tidak tahu tempat apa yang akan dikunjungi. Sohyun tidak memberitahunya.
"Kita mau kemana?" Tanya Y/n bingung.
Sohyun yang semula menatap lurus kedepan, sekarang menoleh pada Y/n yang menatapnya dengan kening berkerut. Ia tersenyum.
"Kau merindukan Shinhye, kan? Aku akan mengantarmu ke tempat Shinhye, aku yakin dia juga merindukanmu."
Y/n terdiam setelah Sohyun menyelesaikan kalimatnya. Shinhye? Benar, Y/n merindukan Shinhye. Tapi Shinhye sudah pergi 10 tahun yang lalu karena tragedi itu.
"Ayo kita beli bunga untuk Shinhye." Sohyun menarik pergelangan tangan Y/n dan membawa gadis itu ke sebuah kedai bunga didekat pemakaman.
"Mawar putih." Itu adalah bunga kesukaan mendiang Shinhye.
"Khamshamnida, ahjumma."
Y/n hanya diam mengikuti langkah Sohyun yang mulai memasuki area pemakaman, ia masih tertegun dengan yang dikatakan Sohyun mengenai Shinhye yang juga merindukannya.
Jujur. Y/n sangat merindukan Shinhye, tapi dia lebih merindukan Sohyun. Merindukan Kim Sohyun yang selalu membuat senyumnya merekah, bukan Kim Sohyun yang selalu murung setelah kejadian itu.
"Annyeong, Shinhye-yaa. Aku datang lagi, bagaimana kabarmu?"
Sohyun duduk di samping batu nisan Shinhye dan meletakkan bunga yang tadi dibelinya, ia mengusap batu nisan itu yang sedikit kotor karena tanah.
"Ahh, aku mempunyai kejutan untukmu. Kau tahu? Bocah gendut tukang makan itu ada disini lohh. Lihat.. dia semakin gendut saja, dan porsi makannya semakin besar. Tadi saja saat makan bersamanya, aku hanya mendapat sedikit."
Y/n tersenyum, matanya mulai terasa panas dan berair. Dan selanjutnya, butiran bening itu meluncur dengan bebasnya.
"Y/n-yaa, kemari. Kau pasti merindukan Shinhye, kan? Ayo sapa dia."
Y/n menunduk, memejamkan mata, dan menghela napas. Setelahnya kembali mendongak dengan senyum tipis.
"Annyeong, Shinhye-yaa. Aku mengunjungimu, aku merindukanmu, bagaimana kabarmu?"
Setelah sekian lama, tiga putri keluarga Kim akhirnya bisa berkumpul kembali. Seperti saat mereka masih bersama, merengek meminta jalan-jalan dan membeli es krim. Walau sekarang, mereka berkumpul dengan cara berbeda.
Kim Sohyun, Kim Shinhye, dan Kim Y/n. Inilah kisah mereka, kisah baru yang akan mereka jalani.
.
.
.
Tbc~MunLovea
Senin, 12 November 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold (BTS Little Sister) - [SELESAI]✔
Fanfiction[IMAGINE PROJECT] BOOK 1 KIM UNIVERSE Kisah ini hanyalah tentang perjuangan seorang gadis yang berusaha mengungkap semua kebenaran pada keluarganya.. Terlalu lama meninggalkan kota kelahirannya, membuatnya harus menerima fakta bahwa terlalu banyak k...