59.

3.6K 374 18
                                    

Y/n mengerjapkan matanya, kepalanya masih terasa berat. Namun sebuah belain lembut pada rambutnya membuat ia merasa nyaman, hal pertama yang ia lihat ketika membuka mata adalah wajah khawatir sang paman.

"Y/n-yaa, apa yang kau rasakan?"

Pusing. Hanya itu yang tersisa, ia sudah tidak merasakan mual lagi. Hanya saja rasa pusing ini yang terus melekat dengannya.

"Y/n, beritahu Oppa apa masalahmu? Kenapa kau minum hingga mabuk berat? Kau pasti punya masalah besar. Sudah Oppa bilang jangan pendam masalahmu."

Y/n tersentak, apa Minhyun sudah tahu semuanya? Gadis itu menghela napas, pasti salah satu dari kakaknya memberitahu.

Matanya mengedar menyusuri ruangan, menyadari bahwa ia pasti berada di salah satu ruang rawat rumah sakit. Y/n mengerjap, menoleh pada Minhyun.

"Oppa.. Aku di rumah sakit mana?"

"Han Hospital, kenapa?"

Y/n menghela napas, itu berarti ia tidak berada di rumah sakit yang sama dengan Sohyun. Jujur, ia belum siap bertemu dengan siapapun, apalagi Sohyun.

"Kim Y/n.."

Y/n menoleh dengan kening berkerut. "Appamu menelpon Oppa.."

Y/n tampak terkejut, "Apa yang Appa katakan?"

"Dia memintamu pulang, tanpa penolakkan. Oppa menceritakan keadaanmu ini karena Oppa tidak tau kenapa kau tiba-tiba sakit seperti ini, Oppa pikir kau punya penyakit yang dulu pernah menyerangmu dan sekarang kambuh. Tapi, Appamu malah marah pada Oppa dan memaksa agar kau pulang."

Iya. Penyakit itu. Sebenarnya bukanlah penyakit, tapi sebuah tragedi yang membuat Y/n berada di ambang hidup dan mati selama hampir tiga bulan. Tapi keluarganya di Korea tidak pernah ada yang tahu tentang hal itu.

"Aku tidak mau."

"Appamu akan datang. Dan ini akan menjadi terakhir kali kau ke Korea. Ayolah, Oppa mohon kau menurut.."

"Aniyo, Oppa."

"Kalau Oppa bilang nenekmu di LA sakit, apa kau akan tetap keras kepala?" Minhyun terlihat mulai kesal dengan Y/n yang kekanak-kanakan.

Y/n kembali terkejut, sekarang ia benar-benar benci dengan hal yang tiba-tiba. "Oma?"

Minhyun mengangguk. "Sekarang kau hanya punya nenekmu, jadi jangan kecewakan dia. Setelah kehilangan kakek disini, Oppa yakin kau tidak ingin kehilangan nenekmu. Jadi, pergilah jenguk nenekmu, dan kembali kesini setelah meyakinkan Appamu bahwa kau akan baik-baik saja."

"Tapi, Oppa.."

"Oppa tau kau paling tidak suka mengecawakan orang lain."

Tapi aku sudah mengecewakan banyak orang hanya dengan satu kebodohanku, Oppa. Ingin rasanya Y/n mengatakannya, namun ia belum siap membuat satu orang lagi kecewa.

"Oppa, bisakah aku menemui seseorang sebelum pergi?"

"Siapa? Sohyun?"

Y/n menggeleng. "Aku akan menggunakan penerbangan tengah malam, dan besok pagi Oppa antar aku menemui orang itu."

...

"Annyeong, Kim Y/n.."

Y/n mendongak, ia berdiri dan membungkuk menyapa pemuda yang sekarang tersenyum ramah padanya. Mereka kemudian duduk saling berhadapan untuk memulai obrolan.

"Ada apa kau ingin bertemu denganku?"

Y/n tersenyum dan menghela napas sebelum menjawab. "Jihoon-ah, aku akan kembali ke London nanti malam, dan aku ingin minta tolong sesuatu padamu sebelum aku pergi."

Pemuda yang tak lain adalah Park Jihoon itu terkejut hingga membulatkan mata. Ia ingin bertanya banyak hal mengenai alasan Y/n akan pulang ke negara asalnya, namun hanya satu pertanyaan yang berani ia ajukan.

"Apa?"

"Aku tidak minta sesuatu yang sulit, tapi ini akan sangat sulit bagiku jika aku tidak melakukannya.. Kumohon bantu aku. Dan aku akan sangat berterimakasih jika kau mau."

"Apapun itu, aku akan membantumu."

...

Y/n membenamkan wajahnya pada dada bidang Minhyun, ia akan sangat merindukan pamannya nanti. Minhyun yang juga merasakan hal yang sama, merengkuh erat sang keponakkan seraya mengecup puncak kepalanya berkali-kali.

"Jaga dirimu baik-baik, ne? Jangan lupa selalu kabari Oppa.." ujar Minhyun setelah melepaskan pelukkannya.

Y/n tersenyum dan mengangguk, namun kemudian senyum itu luntur dan berganti. "Oppa.. Bagaimana Oppa akan mengatakan pada Oppadeul dan Sohyun?"

"Oppa akan bilang yang sebenarnya.." Y/n menunduk, tampak merasa sangat bersalah.  Namun Minhyun kembali meyakinkan sang keponakan. "Tenang saja. Kau tidak sengaja melakukan itu, jadi pasti mereka tidak akan menganggapmu lari setelah melakukan kejahatan. Oppa akan menjelaskannya.."

Minhyun sudah tau semuanya. Tadi, di perjalanan pulang setelah pertemuan Y/n dan Jihoon, Y/n mengumpulkan keberanian untuk bercerita pada Minhyun. Namun ia tetap tidak bisa menceritakan masalah perasaannya terhadap Wonwoo pada sang paman.

"Hmm.. Oppa, aku masih berat untuk pergi.."

"Hey.. Kenapa kau jadi selemah ini? Mana Kim Y/n ku yang memiliki tingkat percaya diri dan tekat yang diatas rata-rata? Ayolah, jangan buat pamanmu ini rindu bahkan sebelum berpisah."

"Oppa.. Aku.."

"Kim Y/n, kami menyayangimu. Kami menyayangi Kim Y/n yang dulu. Bawel, jail, ceria.. Bukan Kim Y/n yang terus larut dalam rasa bersalah. Ayo, mana senyum manismu itu?"

Y/n tersenyum, terpaksa.

"Tidak, tidak. Bukan fake smile, senyum yang lebar. Seperti ini.." Minhyun memamerkan senyum lebar hingga deretan giginya terlihat, membuat Y/n terkekeh pelan dan memukul lengannya.

"Ahh.. Oppa, kau selalu bisa membuatku merasa lebih baik."

Y/n bergerak memeluk Minhyun. "Sudah tugas Oppa membuatmu selalu bahagia."

Sekarang, Minhyun malah khawatir. Sebentar lagi ia akan terpisah jauh dari sang keponakan, dan itu berarti Minhyun tidak bisa menjaga Y/n. Ia sangat khawatir, lebih khawatir dari apapun. Apalagi setelah mendengar keadaan Y/n yang sebenarnya lewat obrolannya dengan sang kakak kemarin.

"Y/n, Oppa menyayangimu. Semoga kau selalu bahagia."

"Gomawo, Oppa. Y/n menyayangi, Oppa. Sangat."

Tbc~

MunLovea
Jum'at, 25 Januari 2019

The Truth Untold (BTS Little Sister) - [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang