"Engg.. Kami hanya.. Terbiasa.."
Sungguh. Jungkook bingung untuk menjawab semua pertanyaan Y/n. Dia sangat ingin mengatakan yang sebenarnya pada sang adik, tapi ia takut dengan respon yang akan adiknya berikan, apalagi sekarang dia sedang sendiri tanpa para kakaknya yang bisa membantunya menenangkan sang adik.
"Tapi-"
"Y/n, apa kau ingat. Dulu kau pernah jatuh disana karena berlari menghindari kejaranku, lututmu terluka dan hyungdeul memarahiku." sahut Jungkook mencoba mengalihkan topik, beruntungnya itu berhasil membuat Y/n menoleh ke tempat yang ia tunjuk dan tersenyum.
"Dan saat Oppadeul memarahi Jungkook-Oppa, Oppa hampir menangis, saat itu aku tertawa dibalik punggung Yoongi Oppa." Y/n sangat mengingat saat itu, Jungkook tertawa renyah dan mencubit pipi cuby Y/n karena gemas.
"Usil sekali."
Mereka tertawa bersama, ini seperti menghabiskan waktu beberapa menit untuk membayar 11 tahun kebersamaan mereka yang hilang. Jungkook sangat bahagia, tapi dia akan lebih bahagia ketika semua kembali seperti dulu.
Saat delapan anak laki-laki sedang bermain dengan tiga adiknya, tertawa bersama tanpa ada rasa perbedaan dan iri. Saat diantara mereka hanya ada rasa sayang dan kebahagiaan, saat mereka berada dalam satu tawa.
"Hyung, kurasa saranmu agar Y/n tidak tau semua masalah disini memang benar. Aku tidak mau kehilangan tawa ini setelah Y/n tau semuanya.." Jungkook tersenyum hangat dalam batinnya.
Dia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang terus ia dapatkan saat melihat sang adik bisa tertawa sepuas ini. Y/n terlihat sangat bahagia, dan kebahagiaan itu tersalur padanya.
Namun tiba-tiba tawa Y/n berhenti, Y/n sempat melamun beberapa saat, hingga akhirnya tersenyum kecut seperti menyayangkan sesuatu. Jungkook mulai merasa khwatir pada perubahan ekspresi adiknya.
"Y/n-yaa, gwaenchanayo?"
Y/n menoleh pada Jungkook, tersenyum tipis namun manis, setelah itu kembalu mengalihkan pandangan pada objek yang tadi berhasil membuat tawanya berganti.
Jungkook mengikuti arah yang dituju sang adik. Ternyata Y/n sedang memperhatikan beberapa gadis yang sedang mengobrol dan tertawa bersama.
"Oppa, bagaimana rasanya punya sahabat?"
"Punya sahabat?" kening Jungkook berkerut, namun Y/n malah mengangguk.
"Rasanya seperti memiliki dunia baru yang tidak kau temukan saat masih didalam lingkaran keluarga, tapi sahabatmu juga bisa menjadi keluargamu. Tempat berbagi suka dan duka, seperti saudara. Memang kenapa?"
"Terdengar menyenangkan." Y/n tersenyum kecut, sementara Jungkook sedikit terkejut.
"Maksudmu?"
"Ahhh.. Tidak." Y/n tersenyum. "Sejak dulu aku selalu mendengar kata bestfriend tanpa tau rasanya memiliki seorang sahabat. Ck, bahkan aku tidak pernah percaya kalau sahabat itu ada. Aku hanya tau ada orang lain di kelasku yang selalu memandang aneh penampilanku, tapi mereka mulai mendekat ketika tau apa peran Appa di negara itu. Sebelumnya mereka selalu memberiku tatapan meremehkan, lagian siapa yang mau dekat dengan anak orang kaya tapi kurang update perkembangan dunia luar seperti seorang Kim Y/n?" sambungnya dengan senyum miris.
"Teman kelas? Ahh.. Kenapa aku jadi membahas teman kelas? Hehehe. Bahkan aku hanya merasakan bangku sekolah di kelas 10, selebihnya aku hanyalah gadis homeschooling yang terkurung didalam rumah yang kata orang lain adalah sebuah istana, padahal bagiku rumah besar itu adalah penjara sempit. Anak orang kaya tanpa ponsel dan selalu dikawal ketat saat keluar rumah seperti seorang tawanan. Aku sekali.." Y/n mengakhiri kisah pilunya dengan kekehan yang membuat hati Jungkook ngilu.
Ternyata ini adalah kehidupan Kim Y/n selama ia berada di London. Sangat jauh berbeda dengan Kim Y/n kecil si gadis petakilan yang paling benci dengan penolakkan dan larangan.
"Apa kau tidak punya teman sama sekali?" tanya Jungkook hati-hati.
Y/n tersenyum. "Teman? Ada. Bukankah semua murid di sekolahku adalah temanku? Dikelasku dulu ada 35 murid, mereka temanku bukan?" jawab Y/n dengan polosnya.
"Bukan itu. Maksud Oppa, apa kau tidak punya teman dekat? Seperti Sohyun disekolah? Oppa dengar Sohyun punya sahabat bernama Sofia dan Tzuyu di kelasnya."
Y/n berdecak dan tersenyum kecut. "Aku tidak suka dan aku tidak butuh. Mereka hanya memanfaatkanku, mereka mendekat karena tau aku anak dari pengusaha sukses yang berpengaruh di Lodon. Mereka tidak tulus ingin berteman denganku, aku benci mereka." Y/n menjawabnya dengan sepenuh hati, terlihat sorot amarah dalam mata coklatnya.
"Mereka membuatku terkurung lagi." sambung Y/n lirih seraya menunduk dan memejamkan mata, berusaha menahan air mata yang bisa meluncur kapan saja. Jungkook mengusap punggung sang adik, mencoba menenangkan.
"Sudah, jangan bahas itu lagi. Bahas saja kenangan menyenangkanmu."
"Mereka suka Kpop." singkat Y/n seraya membayangkan bagaimana para gadis di kelasnya melakukan fangirling.
"Lalu kau?" tanya Jungkook, Y/n menggeleng.
"Wae?"
"Oppa kau tau Appa kan, dia tidak suka musik, dan aku tidak boleh mendengarkan musik. Selama 11 tahun aku hidup tanpa musik, dan aku sempat senang masuk sekolah karena aku yakin ada banyak musik disana. Tapi itu hanya berlangsung satu tahun, dan aku kembali kehilangan semuanya.."
"Bisa bayangkan seorang gadis yang suka menari dan bernyanyi hidup tanpa musik selama 11 tahun?"
Tbc~
MunLovea
Rabu, 02 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold (BTS Little Sister) - [SELESAI]✔
Fanfiction[IMAGINE PROJECT] BOOK 1 KIM UNIVERSE Kisah ini hanyalah tentang perjuangan seorang gadis yang berusaha mengungkap semua kebenaran pada keluarganya.. Terlalu lama meninggalkan kota kelahirannya, membuatnya harus menerima fakta bahwa terlalu banyak k...