23. (You POV)

4.1K 424 4
                                    

"Y/n, mianhae."

Aku berlari menghampiri Sohyun yang mulai ambruk, lalu memangku kepalanya, wajah mulai memucat. Sekarang, aku benar-benar tidak bisa menahan air mata ini, bulir bening itu mengalir begitu saja, rasanya sesak melihat saudariku satu-satunya tergolek lemas seperti ini. Dan itu karenaku.

"Sohyun, kumohon buka matamu. Sohyun. Kim Sohyun! Kubilang buka matamu!"

Sohyun seakan menulikan telinganya, matanya tetap terpejam dengan wajah yang semakin memucat dan suhu tubuhnya yang mendadak mulai dingin. Aku semakin panik, tapi tidak bisa berbuat apapun.

Ini adalah kelemahanku, selalu blank dan mendadak bodoh saat panik dan terkejut. Apalagi posisiku sekarang harus menahan sakit di kepala dan rasa sesak di dada. Keadaanku dan Sohyun saat ini sangatlah mengenaskan.

Aku butuh seseorang untuk membantu kami, aku tidak mau berakhir di tempat ini dalam keadaan sedang saling merajuk dengan Sohyun. Itu tidak elite dan tidak seru.

Aku menoleh ke kanan dan kiri, berharap ada orang lewat dan berbaik hati menolong dua saudari yang sedang berjuang melawan maut mereka.

Tidak ada orang. Aku semakin panik. Kenyataannya aku meminta Sohyun untuk menemuiku di dekat danau, jauh dari jalan raya dan jarang dijangkau manusia. Pertama kali dalam hidupku, aku menentukan tempat yang salah tanpa pikir panjang untuk melakukan hal besar seperti tadi. Bertanya masa lalu seseorang adalah hal besar.

"Sohyun, kumohon bertahanlah."

Sungguh. Ini sakit. Bukan hanya sakit pada kepala dan dadaku, melihat Sohyun membuatku merasa sakit yang tidak dapat dijelaskan. Bodoh kau, Kim Y/n! Kau adalah saudari bodoh yang mendorong saudarimu sendiri dalam kondisi ini di tempat yang tidak tepat.

Jika terjadi sesuatu pada Sohyun, aku tidak akan mema'afkan diriku sendiri sampai kapanpun, dan aku tidak akan lagi berbicara pada siapapun. Aku takut perkataanku akan membuat orang lain menderita seperti yang sekarang dialami Sohyun. Tidak!

"Sohyun!"

Aku menoleh ketika mendengar suara berat menyerukan nama saudariku, seorang pemuda dengan wajah terkejutnya berlari kearahku dan Sohyun. Aku mengenal wajah itu, tapi tidak tahu namanya. Yang kutahu, dia adalah pemuda yang dekat dengan Sohyun, atau mungkin kekasihnya.

Bagus. Dia yang akan menyelamatkan aku dan Sohyun. Aku selamat dari siksaan tidak elite ini, dan Sohyun juga akan segera mendapat penanganan.

"Apa yang kau lakukan pada Sohyun?"

Kenapa dia harus bertanya, posisinya sekarang gawat darurat, tapi masih sempatnya pemuda berwajah bule ini menanyakan hal yang pastinya bisa ia tanyakan setelah membawa Sohyun ke rumah sakit. Menyebalkan sekali.

"Jangan banyak bertanya dan bawa Sohyun ke rumah sakit. Dia pingsan."

Pandangan pemuda itu yang semula menatapku tajam, beralih ke wajah pucat Sohyun. Ia segera mengambil alih tubuh Sohyun kegendongannya ala bridal style, membawa Sohyun meninggalkan area taman ini, juga meninggalkanku yang entah kenapa berat untuk melangkah.

Aku meraih slimbag milikku dan ransel Sohyun yang tertinggal, berniat untuk bangkit dan menyusul mereka. Tapi kepalaku tiba-tiba terasa seperti dihantam puluhan bata, sangat sakit.

Aku kembali terduduk, rasa sesak didadaku bukan berkurang tapi malah semakin menjadi. Ditambah dengan kepalaku yang terasa berat, aku sampai tidak kuat berdiri.

"Eomma. Appaa. Aphayo." aku hanya bisa merintih, sungguh ini sakit.

"Kau kenapa?"

"Sakit."

Aku tidak tahu suara siapa yang bertanya, yang kujawab hanya satu kata itu. Ini memang sakit, dan aku tidak kuat lagi. Setelah mengatakannya, semua buram, gelap, dan-- Hilang.

.
.
.
.
.

Kepalaku masih terasa berat saat aku mulai menemukan kembali kesadaranku. Ini masih gelap, karena aku belum bisa membuka mataku. Rasanya panas sekali, dan aku masih ingin menutup mata sampai rasa pusing ini sedikit mereda.

Beberapa saat setelahnya, kepalaku terasa lebih baik. Aku mencoba membuka mata, tapi saat itu serasa ada hantaman pada kepalaku.

"Akh~ Appa. Eomma. Sakit."

Aku merasakan sebuah tangan menyentuh punggung tangan dan kepalaku, tangan itu mengusapnya lembut. Aku tidak tahu siapa yang melakukannya, tapi aku tahu kalau si pelaku melakukannya dengan penuh kasih sayang.

"Sohyun-ah, gwaenchanayo. Oppa ada disini, disampingmu."

Oppa?

.
.
.
Tbc~

MunLovea
Kamis, 20 Desember 2018

The Truth Untold (BTS Little Sister) - [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang