Nathan White
Aku tahu ini terdengar benar-benar gila tapi aku dapat merasakan bahwa Ariella terkejut ketika aku mengutarakan pertanyaan itu. Pikiranku mungkin terlalu bodoh, mengapa aku bertanya pertanyaan seperti itu. Tentunya ia memiliki keluarganya sendiri mengapa aku bahkan berharap bahwa aku adalah benar ayah dari Anna. Aku melihat dokter baru saja berlalu dari ruangan perawatan Anna, aku mendengar Ariella berbicara dengan dokter perihal kepulangan dan penerbangannya malam ini. Mengapa harus terburu- buru meninggalkan Los Angeles? Aku mengenalnya sangat baik, bahkan terlampau baik dari pada aku mengenal diriku sendiri. Aku tahu ada sesuatu yang ia sembunyika saat ini, aku dapat merasakannya dari gerak geriknya yang gugup ketika bersamaku. Ini benar-benar gila tapi aku harus membuktikan ini semuanya, aku tidak bisa hanya diam dan menunggu hingga takdir menuntunku dengan semua kebenarannya. Aku membutuhkan bukti lain untuk membuatku mungkin akan berhenti memikirkannya...
"Dokter.." aku memanggil dan berjalan mendekatinya.
"Yaa.." dokter menatapku dan menungguku untuk berbicara.
"Saya Nathan... saya membutuhkan bantuan dokter.. saya harap dokter bisa membantu saya."
"Yaa.. Nathan? Apa yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin melakukan tes DNA." Kataku pelan namun cukup bagi dokter untuk mendengarnya. Lalu aku mulai menjelaskan perihal keadaan yang terjadi, mengenai kedatangan Anna serta pertanyaannya mengenai apa benar aku adalah ayahnya? Aku harus mengetahui jawaban atas pertanyaan itu.
"Saya mohon.... Saya butuh kebenaran atas semua ini.." kataku lagi ketika ia masih berpikir seperti mencari kesungguhan dari perkataanku.
"Okay.." dokter mengangguk dan menyetujui permohonanku.
"Satu lagi dokter, jangan beritahukan siapapun perihal ini, bahkan ayah saya sekalipun. Saya mengenal dokter sebagai salah satu teman ayah, tapi saya mohon untul hal ini.. Cukup saya yang mengetahuinya.. Apa saya bisa mengandalkanmu dok?" pintaku serius.
"Yaaa, saya mengerti.. " katanya tersenyum dan berlalu meninggalkanku. Aku menghela nafasku lega dan segera menuju ke ruangan tempat Anna di rawat. Aku melihat Ariella masih duduk di sisi tempat tidur memandangi putrinya yang sedang tertidur.
"Kamu.. Sudah menghubungi suamimu tentang hal ini? Maksudku tentang kamu tidak bisa kembali dengan penerbangan malam ini?" Ia menoleh menatapku ragu dan mengangguk.
Aku harus berusaha setenang mungkin dalam keadaan seperti ini. Tidak sekarang Nathan.. walaupun aku sangat ingin bertanya tentang hal ini.. Yaa tapi aku sudah terlalu lama tidak mendapatkan jawaban atas semua pertanyaanku, aku membuthkannya, aku sangat membutuhkan jawaban dari ribuan pertanyaan yang selalu ada di benakku.
"Apakah benar bahwa Anna adalah alasan mengapa kamu meninggalkanku?" Aku melihatnya menoleh menatapku tajam.
"Aku tidak ingin membicarakan hal ini." Katanya singkat dan memalingkan wajahnya menghindari bertatapan mata denganku.
Aku tersenyum pahit. "Yeah.. aku tahu kamu tidak ingin membicarakan hal ini sekarang, tapi aku butuh penjelasan setelah 7 tahun lamanya aku menunggu semua jawaban mengapa kamu pergi meninggalkanku." Kataku tenang, namun Ariella masih diam.
"Ku mohon Nathan.. jangan membicarakan hal ini sekarang.. ku mohon.." katanya tidak menatapku dan ia hanya menatap Anna. Aku menghela nafasku, aku tidak tahan berada disini sekarang, terlalu banyak hal yang terjadi hari ini. Aku mengambil jasku dan segera berlalu keluar ruangan. Mungkin aku hanya tidak bisa dan tidak mau menerima kenyataan bahwa mungkin ini untuk yang terakhir kalinya, kesempatan terakhir atau kebenaran terakhir yang harus aku hadapi bahwa Ariella sudah semenjak lama melupakan apa yang terjadi diantara kita. Shit! Aku benci memikirkan hal ini lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Mom with (out) Daddy ( INDONESIA )
Romance"Mama..." Aku melihat Anna berjalan mendekat, aku menghapus air mata di pipiku dan tersenyum padanya. "Apa kamu terbangun di malam hari?" "Maafkan aku... maafkan aku mama..." katanya segera mendekati dan memelukku erat. "Maafkan mama juga sayang...