Nathan White
Aku terbangun dari tidurku dan merasakan sinar matahari yang menyentuh wajahku. Aku berusaha dengan sekuat tenagaku untuk bangun walaupun badanku sekarang terasa remuk di seluruh bagiannya. Aku memejamkan mataku dan menyentuh kepalaku yang sangat sakit karena aku terlalu mabuk semalam.
Aku berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.. Sudah dua hari berlalu sejak aku tiba disini, aku selalu pergi ke club saat malam hari dan aku hanya ingat aku akan terbangun di atas tempat tidurku dengan sakit kepala yang teramat sangat. Bahkan aku tidak dapat mengingat bagaimana cara aku bisa pulang ke rumah setiap malamnya atau bahkan malam sebelumnya. Darren pasti membantu membawaku pulang ke rumah...
Aku segera menuju kamar mandi, membersihkan diriku dan memakai sweaterku. Aku mengerang sakit ketika aku berusaha mengenakan sweater ini.. tidak seharusnya aku terlalu mabuk dan berakhir dengan perkelahian seperti itu.. Aku mengenakan jam tanganku dan melihat kembali cerminan diriku di kaca..
Nath.. kau terlihat sangat buruk..
Terdapat memar kecil di sisi bibirku, warna biru kemerahan di sisi pipi bagian kiriku, aku menghela nafasku dan segera mengambil kunci mobilku menuju ke lantai bawah.
Aku duduk di kursi bar dan aku melihat Jane berjalan mendekatiku.
"Apa tuan ingin sarapan atau makan siang?"
"Tidak... berikan aku satu gelas air dan obat penahan rasa sakit."kataku masih memegang kepalaku yang masih sakit. Aku tidak suka mabuk, namun aku tidak memilki cara lain untuk meringankan semua beban perasaanku ini.
"Ini" Jane memberikan aku segelas air dan juga obat di telapak tanganku. Aku segera mengambilnya dan meminum obat itu. Aku harap obat ini bisa membuatku merasa lebih baik.
"Apa yang terjadi?" Tanya Jane menatapku khawatir. Aku menatapnya lalu menggelengkan kepalaku.
"Jika kamu sudah menemukannya dan beritahukan semua hal yang perlu dia tahu, jadikan dia milikmu, seperti yang selalu kamu inginkan bukan.."
"Aku sudah memberitahukan dia semuanya.. tapi aku sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk menjadikannya kembali menjadi milikku."
"Apa yang kamu maksudkan? Kamu hanya perlu bertanya padanya maukah dia menikah denganmu?"
"Seseorang sudah melakukan hal itu terlebih dahulu, seseorang sudah melamarnya dua hari yang lalu." Aku dapat mendengar Jane terkejut dan melihatku dengan penuh prihatin. Ya.. aku memang menyedihkan bukan..
"Maaf aku tidak tahu tentang hal ini.. jadi ini semua yang menjadi alasan kamu menjadi seperti ini? Mabuk, berkelahi?"
"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mengurangi rasa sakitku saat ini.. Aku mencintainya Jane.. Aku sangat mencintainya.. terlalu dan sangat hingga aku sendiri tidak tahu bagaimana cara berhenti mencintainya... aku bahkan tidak apa yang harus aku lakukan dengan semua yang sudah terjadi saat ini." Aku menghela nafasku dan berjalan menuju lift meninggalkannya yang masih terdiam.
"Nath.. kamu mau kemana?" tanyanya khawatir.
"Jangan khawatir.. aku tidak berencana untuk pergi ke club saat ini.. lagipula club juga belum buka bukan sekarang ini.. club akan buka di malam hari.. dan ini masih siang hari." Aku tersenyum dan melambaikan tanganku hendak meninggalkannya..
"Nath.. setidaknya jangan mabuk lagi malam ini.."
"Aku tidak bisa janji Jane.." aku tersenyum dan pintu lift tertutup, membawaku ke lantai basement.
"Tuan" Darren menyapaku ketika aku keluar dari lift dan berjalan menuju mobilku BMW I8.
"Aku akan mengemudikannya sendiri Darren.." kataku dan segera masuk ke mobil.
"Tapi tuan.."
"Tidak apa tenanglah.. aku tidak berencana untuk mabuk mala mini.. jika aku melakukannya aku akan menghubungimu.. dan terima kasih untuk membawaku kembali ke penthouse tadi malam.."
"Ya Tuan" dan aku pergi mengemudikan mobilku.
Apa yang harus aku lakukan saat ini? Aku mengemudikan mobilku menuju suatu tempat. Aku memarkirkan mobilku dan berjalan memasuki sebuah mansion. Ya.. sebuah mansion. Aku membeli mansion ini tujuh tahun yang lalu, ketika aku berpikir untuk menunjukkan dan mengajak Ella kesini. Aku berencana memberitahukannya bahwa ini adalah hadiah pernihakan untuk kita.. Tapi belum sempat aku memberitahukannya, ia sudah pergi saat itu. Bahkan mungkin ia tidak akan pernah tahu aku membeli mansion ini untuknya.
Aku kembali membangun dan menata setiap bagian dari mansion ini... aku tidak tahu mengapa aku tetap melakukannya.. mungkin bagian dari diriku masih mengharapkan bahwa suatu hari nanti aku dan dia dapat kembali bersama dan tinggal bersama di mansion ini.. Mansion ini cukup besar, dengan kolam renang di taman bagian belakangnya dengan pemandangan danau dan juga gunung menghiasi latar belakang mansion ini didirikan. Aku kembali memikirkan Anna dan Alya yang akan bermain di taman belakang, berenang dan aku akan duduk di sisi kolam renang menjaga dan juga bermain bersama dengan mereka. Membayangkan hal ini saja sudah membuatku kembali tersenyum.
Setelah aku mengetahui bahwa aku memiliki seorang putri, aku segera menghubungi arsitek-ku untuk membantuku membangun dan mendesain kembali kamar tidur untuk kedua putriku.. Sekarang bahkan dapat aku katakan kamar mereka sudah siap.. dinding berwarna merah jingga, mainan, boneka, pernak pernik tuan putri serta semuanya yang sudah lengkap aku siapkan di kamar mereka.. Aku tersenyum dan berjalan memasuki kamar mereka.. Aku bisa membayangkan bagaimana mereka akan sangat senang jika mereka memiliki kamar yang besar serta berbagai mainan yang ada tersedia di dalamnya. Aku merindukan putri-putriku...
Aku kembali berjalan menuju kamar utama yang ada di sisi kamar anak-anak. Seharusnya ini menjadi kamar aku dan juga Ella. Kamar utama ini memiliki pemandangan yang paling indah dari seluruh mansion ini. Aku memberikan sebuah kaca besar di sisi ruangan yang memberikan pemandangan danau dan gunung dalam satu frame yang sangat indah. Aku bahkan sudah mempersiapkan meja kecil di sudut untuk tempatku bekerja dan sebuah perpustakaan kecil di sebelahnya untuk Ella. Aku tahu ia sangat suka membaca dan ia pasti akan sangat senang memiliki sebuah peprustakaan kecil seperti ini. Aku kembali tersenyum bodoh membayangkan semua ini...
Aku dapat melihat sunset di sisi jendela yang sudah tergambar jelas di sisi danau. Pemandangan yang sangat indah jika dilihat dari sini, tapi pemandangan ini tidak akan pernah terasa lengkap dan sempurna tanpa ada dia bersamaku. Aku masih berdiri terpaku dan diam disini melihat pemandangan ini di balik jendela kamar utama ini.
Apa yang harus aku lakukan dengan mansion ini? Tempat ini menyimpan begitu banyak impian dan harapan aku untuk dapat memiliki keluarga kecilku, bersama dengan dia dan juga kedua putriku.. Tapi sekarang hanya ada aku sendiri disini..
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Mom with (out) Daddy ( INDONESIA )
Romance"Mama..." Aku melihat Anna berjalan mendekat, aku menghapus air mata di pipiku dan tersenyum padanya. "Apa kamu terbangun di malam hari?" "Maafkan aku... maafkan aku mama..." katanya segera mendekati dan memelukku erat. "Maafkan mama juga sayang...