Ariella Grace
"Tidurlah sayang.. kita akan segera sampai di rumah." Aku menyelimuti Anna yang duduk di sisiku.
Setelah Anna tertidur, aku kembali menatap jendela pesawat di sisiku, pemandangan Los Angeles dari atas sangatlah indah. Sesaat kemudian, aku terbawa pada memori dimana aku berharap aku bisa melupakannya dan aku bahkan berharap ingatan itu tidak akan muncul lagi.
*Flashback*
Aku melihat refleksi diriku pada cermin di hadapanku. Setelah menangis semalaman, aku memutuskan untuk segera kembali ke tempat tinggalku malam itu juga. Aku mencari penerbangan malam hari dan segera meninggalkan Los Angeles saat itu. Hatiku sangat sakit untuk menerima semua kenyataan yang ada, aku dan dia memang ada di dunia yang sama, namun apa yang dikatakan ayahnya benar, kita tidak akan pernah bisa bersama. Sudah satu minggu aku berada di Seattle, sudah satu minggu juga aku kehilangan handphoneku dan memberitahukan mamaku apa yang terjadi padaku di Los Angeles.
"Kamu harus bicara padanya." Kata mamaku mendekat dan duduk di sisiku.
"Tidak ma" aku menatapnya dan menggeleng.
"Jangan keras kepala, jangan keraskan hatimu juga... Jangan pergi meninggalkannya tanpa mendapatkan penjelasan darinya."
"Ini semua terlalu rumit ma terlalu susah untuk dimengerti , aku bahkan tidak punya keberanian untuk menerima semua kebenarannya, bagaimana jika yang dikatakan ayahnya benar bahwa ia akan menikah dengan wanita lain bulan depan."
"Bicaralah padanya secara langsung. Tanya sama dia, hadapi kebenaran dan kenyataan yang ada, Jangan bersembunyi dan menghindar seperti ini. Setidaknya kamu sudah mengetahui kebenarannya langsung dari mulutnya. Lihatlah segala sesuatu dari sisi lain, jangan hanya melihat dari sisimu, terkadang apa yang terlihat tidak seperti apa yang kita bayangkan nak."
"Aku akan memikirkannya ma." Aku mengangguk dan melihat mama yang tersenyum di sisiku.
"Kamu terlihat sangat pucat, apa kamu ingin makan sup?"
"Tidak maa.. mungkin ini hanya period-." Lalu seketika aku terdiam. Period. Seharusnya minggu ini adalah periode- tapi- tunggu... aku belum... mengapa aku lupa- tanggal.. aku menoleh melihat tanggal di dinding..
"Maaa..." kataku panic menatapnya.
"Ada apa sayang?"
"Aku rasa.. Aku hamil ma." Kataku tidak percaya dan mama mengedipkan matanya menatapku seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan. Aku dan mama hanya saling menatap dan terdiam untuk beberapa saat.
"Kita akan pastikan hal ini, kamu bersiap ya, kita pergi ke rumah sakit dan mengecek bersama, yaa?" aku hanya bisa mengangguk.
Aku dapat merasakan tanganku yang gemetar dan mama menggengamnya seolah mengerti apa yang sedang aku rasakan. Sedangkan tanganku yang lain menyentuh perutku. Bagaimana jika benar bahwa aku hamil? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana ini?
"Ayo." Mama masih menggengam tanganku dan bahkan menemaniku hingga di ruang pemeriksaan dokter. Dokter mulai melakukan pemeriksaan dengan beberapa alat dan gel yang dioleskan di perutku. Jantungku berdebar sangat kencang. Setelah ia selesai dan membersihkan gel di perutku, aku kembali duduk bersama mama berhadapan dengannya.
"Bagaimana hasilnya dokter?" tanyaku takut.
"Aku sangat senang menginformasikan pada Nona Ariella, bahwa nona hamil, selamat ya! Keadaan bayinya baik dan sehat, dan sepertinya sudah berusia Sembilan minggu." Aku hanya dapat membuka mulutku dan menatap mama yang masih tenang dan bahkan memberikan senyum nya pada dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Mom with (out) Daddy ( INDONESIA )
Romance"Mama..." Aku melihat Anna berjalan mendekat, aku menghapus air mata di pipiku dan tersenyum padanya. "Apa kamu terbangun di malam hari?" "Maafkan aku... maafkan aku mama..." katanya segera mendekati dan memelukku erat. "Maafkan mama juga sayang...