Nathan White
Aku baru saja mendarat dan tiba di Los Angeles.. Aku tidak ingin memikirkannya malam ini.. Semua ini terlalu sulit untuk aku terima.
Aku memberitahukan Darren untuk mengantarku ke suatu tempat.
"Tunggulah disini.." kataku pada Darren dan aku segera berlalu memasuki sebuah club dan duduk di sana. Musik menghentak keras namun aku tidak dapat mendengarkan apapun, hanya keheningan yang ada di sekitarku.. aku bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya aku rasakan saat ini...
Aku benci harus kembali memiliki perasaan ini.. perasaan sakit, putus asa, kehilangan, hancur, semua bergabung menjadi satu kesatuan... Aku tahu seberapa banyaknya minuman yang aku teguk tidak akan mampu benar-benar menghilangkan rasa sakit ini... rasa sakit ini masih ada dan terus akan ada entah sampai kapan aku pun tidak mengetahuinya.... Aku terus meneguk minuman di hadapanku, aku hanya berharap minuman ini mampu menghilangkan sedikit saja rasa sakitku.. Aku hanya ingin melupakan apa yang terjadi malam ini... Aku mengangkat tanganku dan memberikan tanda pada bartender untuk kembali memberikan aku minuman lagi..
Ariella... nama ini memberikan efek yang sangat besar untuk hatiku... seperti sebuah anak panah yang mengenai targetnya tepat pada titik yang dituju... terlalu sakit untuk dapat dirasakan, terlalu hancur untuk bisa di deskripsikan.. terlalu rumit untuk dapat dijelaskan.. Bagaimana caranya agar aku bisa menghapus semua perasaan ini? Apa yang harus aku lakukan untuk bertahan di keadaan seperti ini?
"Hey tampan... apa kamu sendirian?" seorang wanita datang mendekatiku dan merangkul lenganku. Aku berusaha melepaskan rangkulan tangannya dariku.
"Hey... biarkan aku menemanimu disini.. kamu terlihat kesepian dan sendirian disini.."
"Pergiii" aku melepaskan tangannya kasar dari lenganku.
"Hey kau!" seorang pria bertubuh besar datang padaku dan memegang erat kerah kemejaku. Seketika aku berdiri di tempatku, dan aku rasa aku sudah cukup mabuk untuk dapat berdiri dengan tegak saat ini, aku berusaha berdiri namun semua yang ada di sekitaku seakan bergerak dan seketika sebuah pukulan mendarat di pipiku. Aku hanya dapat merasakan dinginnya lantai menyentuh wajahku. Aku mengusap darah yang mengalir di sudut bibirku.. Damn it!
Aku berusaha sekuat tenaga untuk kembali bangun dan dengan satu gerakan, aku menyentuhkan kepalanku tepat di wajahnya. Aku terhuyung sedikit dan kembali menyandarkan diriku ke meja bar di belakangku.. Seandainya aku tidak terlalu mabuk saat ini, aku pasti akan-
Aku kembali merasakan satu pukulan di wajahku dan di perutku lagi dan lagi... Ya... rasa sakit ini, mungkin lebih baik dan bisa membantuku mengurangi rasa sakit ketika aku kehilangannya. Mungkin lebih baik seperti ini, setidaknya rasa sakit ini membuatku sedikit melupakan rasa sakit ketika aku kehilangannya..membantuku melupakan rasa sakit ketika aku melihat lelaki itu memasangkan cincin di jarinya.. Aku hanya terdiam dan tidak melawan membalas pukulannya lagi dan lagi....
Aku hanya mampu terbaring lemah dan merasakan dinginnya lantai saat ini. Penglihatanku juga sedikit memudar dan aku dapat merasakan seseorang menopang tubuhku dan membantuku berdiri.
"Tuan... tuannn" aku dapat mendengar suara Darren yang terus memanggilku namun aku hanya mampu memejamkan mataku dan seketika semuanya menjadi gelap.
Richard White
Aku masih menunggu Nathan untuk meeting penting pagi ini dengan semua jajaran direksi tapi sudah hampir sepuluh menit ia tidak juga datang dan menghadiri meeting ini. Ada apa dengannya? Dia tidak pernah terlambat seperti sebelumnya terutama disaat meeting penting seperti saat ini.
"Slyvester... hubungi dia segera.. beritahu aku dimana dia sekarang?" kataku pada asisten di sisiku.
"Baik tuan.." aku melihat Slyvester yang sedang melakukan panggilan telepon dan segera keluar dari ruang meeting, setelah beberapa saat, ia kembali memasuki ruang meeting kembali.
"Tuan.. Tuan Nathan White tidak diketahui dimana keberadaannya.. tapi dari informasi yang ada, dia sudah tiba di LA subuh ini tapi ia tidak juga kembali ke penthousenya" katanya berbisik melaporkan informasi ini padaku. Apa yang sebenarnya ia lakukan sekarang..
Bagaimana ia bisa tidak datang di meeting yang sangat penting ini.. Aku segera berdiri dan mengatakan pada seluruh jajaran direksi untuk mengatur kembali meeting ini di lain waktu dan kembali pada pekerjaan mereka masing-masing sekarang. Aku juga memerintahkan Slyvester untuk mengantarkan aku kembali ke penthousenya. Aku tahu ia masih tidak ingin bicara padaku dan hanya berbicara jika itu berkaitan dengan masalah perusahaan, bahkan terkadang ia selalu menghindar untuk berbicara padaku. Tapi aku tidak akan tinggal diam ketika ia membuat semuanya menjadi berantakan seperti ini.
Aku memasuki penthousenya dan mencarinya, namun ia tidak ada disana.
"Temukan dia dan bawa dia segera kemari.. setuju atau tidak, bawa dia kemari segera.. aku mengizinkan kalian untuk menyentuhnya dan memaksanya jika memang itu di butuhkan untuk bisa membawanya kemari." Kataku pada semua bodyguard yang berdiri di hadapanku.
Aku duduk kembali di sofa menunggunya untuk datang, dan aku akan bertanya langsung padanya dan memintanya untuk bertanggung jawab atas kelalaiannya tidak menghadiri meeting yang sangat penting untuk perusahaan di pagi ini.
Setelah menunggu hampir satu jam lamanya, aku menoleh ketika lift terbuka. Aku melihat Darren yang membantu menopangnya untuk berjalan. Aku segera berdiri dari tempat duduku dan menatapnya tajam.
"Aku tidak apa.. okay.. pulanglah ke rumah... aku tidak membutuhkanmu lagi.." katanya pada Darren. Aku dapat mencium bau alcohol di seluruh tubuhnya, dan aku juga melihat seluruh wajahnya yang babak belur dan sedikit darah yang masih ada di sudut bibirnya. Aku melihatnya berusaha melepaskan rangkulan Darren dan seketika ia kembali jatuh ke lantai.
"Kataku aku tidak apa.. lepaskan tanganmu" katanya marah pada Darren ketika membantunya untuk kembali berdiri. Aku melihatnya kembali berusaha berdiri dan berjalan. Ia menghentikan langkahnya ketika melihat aku berdiri di hadapannya.
"Ohhh.. aku punya tamu spesial... Apa yang anda inginkan? Dad...kau sudah menang saat ini.. aku beritahu yaa..." ia tersenyum dan aku dapat melihat ia mengusap air mata yang membasahi matanya. Apa yang sebenarnya terjadi dengannya! Aku dapat melihat ia kembali berjalan menghindariku dan terjatuh kembali.
"Cukup! Darren.. bantu aku membawanya ke kamar." Kataku dan kami berdua menopang tubuhnya dan membaringkannya di atas tempat tidur. Aku berusaha mengatur nafasku yang terengah-engah.. Aku terlalu tua untuk dapat melakukan hal ini. Darren mengangguk padaku dan meninggalkan kami. Aku berjalan mendekat dan duduk di sisi tempat tidurnya. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Mengapa ia seperti ini?
"Apa yang sebenarnya terjadi denganmu?!" ia membuka matanya dan menatapku dengan sedih.
"Semuanya sudah berakhir dad... aku sudah selesai... aku kehilangannya lagi..." ia menatapku dan aku dapat melihat air matanya mengalir, Aku melihatnya menutup wajahnya dengan lengannya dan menangis. Aku tidak pernah melihat putraku menangis sebelumnya, namun melihatnya seperti ini, hatiku pun merasakan sakit yang ia rasakan.
"Aku sangat mencintainya... Aku benar-benar mencintainya... Aku menyayanginya dengan seluruh hatiku dan hidupku... Aku sangat amat menyayanginya hingga aku tidak tahu bagaimana aku bisa berhenti menyayanginya." Katanya masih menangis terisak.
Aku hanya mampu teridam menatapnya, aku tahu ia mencintai wanita itu.. dan aku sendiri yang membawa wanita itu untuk keluar dari kehidupan putraku.. Aku selalu berpikir bahwa aku tahu yang terbaik untuk putraku ketika yang sebenarnya, malah aku tidak sepenuhnya benar... aku yang menghancurkan putraku dengan apa yang sudah aku lakukan sendiri.. Aku mengusap lembut rambutnya dan aku dapat melihat Nathan yang sudah tertidur saat ini.
"Maafkan aku nak.. semua ini salahku.. Aku pikir aku sudah melakukan yang terbaik untuk kehidupanmu yang lebih baik... tapi aku salah dan membuat semuanya malah menjadi lebih buruk..."
"Maafkan aku nak..." aku mengusap air mataku dan mengecup kening putraku.
Aku harus memperbaiki semua kekacauan yang sudah aku buat tujuh tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Mom with (out) Daddy ( INDONESIA )
Romance"Mama..." Aku melihat Anna berjalan mendekat, aku menghapus air mata di pipiku dan tersenyum padanya. "Apa kamu terbangun di malam hari?" "Maafkan aku... maafkan aku mama..." katanya segera mendekati dan memelukku erat. "Maafkan mama juga sayang...