34 - Teror Rumah Baru

308 16 0
                                    

Mobil Ferrari putih milik Al tiba dirumah keluarga Hilman yang sekarang menjadi keluarga barunya membuat Al tersenyum senang.

Ia akan memulai hidup barunya bersama Rendi dan Evelyn Mami dan Papinya yang akan menyayangi dirinya seperti apa yang selalu diharapkannya sejak kecil dulu.
Al menginginkan kasih sayang seorang Ayah tentang bagaimana kehidupan. Ya, Al ingin seperti geng Blueblood mempunyai ayah yang teramat menyayangi nya, melindungi nya atau memarahinya Al ingin merasakan hidup normal seperti seorang anak pada umumnya.

"Selamat datang tuan muda Alam," sapa satpam.

"Panggil aja Al, pak." sahut Al tersenyum tipis kemudian memasuki rumah keluarga Hilman.

"Anak nya pak Rendi dan Bu Eve cakep kayak bintang film," satpam itu tersenyum kemudian membantu membawakan koper Al.

"Hai jagoan Mami, gimana? Kamu gak nyasar kan?" tanya Evelyn memeluk Al.

Al menggeleng. "Gak kok Mi. Buktinya Al udah sampe,"

"Pak, tolong bawa koper anak saya ke kamarnya ya," pinta Evelyn tersenyum.

"Siap Bu Eve," sahut satpam.

"Mami bilang sama satpam itu kalau kamu anak kandung Mami baru pulang dari Macau," Evelyn tersenyum.

"Mami berlebihan deh, iya sih aku baru pulang dari Macau tapi, udah sebulanan yang lalu Mi," protes Al.

"Gak papa dong. Kan kamu selamanya akan jadi anak Mami dan Papi, sayang. Lagian ini kan rumah baru, pekerja nya juga baru jadi mereka gak tahu status kamu yang lama, percaya sama Mami," Evelyn tersenyum.

Al tersenyum. "Makasih ya Mi. Makasih untuk semuanya. Al bersyukur banget,"

"Udah sssttsss. Jangan dibahas, kamu itu anak tunggal Mami satu-satunya." Evelyn membekap mulut Al.

"Papi mana Mi?" tanya Al bingung.

"Lagi pergi sebentar, gak lama kok," Evelyn tersenyum. "Gimana rumahnya sayang? Kamu suka gak? Kalau kamu gak suka kita cari rumah lain,"

Al menggeleng. "Mami,  Al gak perlu apa-apa lagi. Cukup sayangi Al seperti anak Blueblood lainnya yang --"

"Udah udah. Kamu jangan bahas masa lalu kamu atau Mami bakalan marah," Evelyn tersenyum.

Al mengangguk.

"Sayang, Mami udah siapin sarapan. Duduk sini," Evelyn mendudukan Al di kursi.

"Mami, Al bukan anak kecil," protes Al tertawa pelan.

"Pokoknya kamu nurut," Evelyn menyuapi Al.

"Ekhem gitu ya Mami, main sama berondong," goda Rendi baru datang.

"Papi," panggil Al tersenyum kemudian menyalami Rendi.

"Gimana perjalanan kamu jagoan? Gak nyasar kan?" tanya Rendi tersenyum.

Al menggeleng. "It's so fun. Al suka malah kalau rumah kita di pinggiran kota begini. Sepi, sejuk dan tenang aja,"

"Syukurlah kamu suka rumah di pinggiran kota begini, Papi pikir kamu bakal ngeluh jauh dari rumah sahabat kamu atau dari kampus," Rendi menghela napas lega.

"Gak lah Pi, rumah Gema malah di ujung barat kota malah, dia bilang enak tinggal di kawasan masih belum rame penduduk," sahut Al tersenyum.

"Kita sarapan dulu yuk," ajak Evelyn tak sabar.

"Oh iya, Kamu suka basket kan? Papi tadi minta orang bikin lapangan basket di depan rumah kita," ucap Rendi.

"Serius Pi?" tanya Al bersemangat.

ShutterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang