Leo memberikan name tag Dedi pada Nay, begitu memegangnya Nay langsung tidak sadarkan diri dan semua langsung memejamkan mata sesuai instruksi Al agar mereka semua dapat melihat kejadian di masa lalu Dedi.
***
Seorang laki-laki berseragam pramuka, di seragamnya tersulam nama Dedi Pratama yang memberikan surat izin dari panitia pada kedua orang tuanya.
"Ma, ini surat izin," Dedi memberikan secarik kertas.
"Diksar UKM Pramuka? Enggak boleh, Mama gak setuju Dedi!" sang Mama murka.
"Ma, masa ikut UKM aja gak boleh sih," protes Dedi.
"Tidak Dedi! Papa juga tidak mengizinkan, kamu fokus saja kuliah jangan ikut kegiatan tidak penting itu," sang Papa ikut murka.
"Pa, Ma cuma tiga hari aja masa gak boleh sih. Dedi ini laki-laki Pa, Ma bukan anak gadis!" Dedi menggeleng.
"Gak boleh, pokoknya kamu gak boleh pergi!" tegas Mamanya.
"Masuk ke kamar kamu, Dedi!" perintah Papanya.
"Tapi Pa, Ma?" protes Dedi.
"Masuk," Papanya langsung menyeret Dedi kembali ke kamar dan mengunci Dedi dari luar.
"Pa, Ma aku bukan anak kecil lagi!" teriak Dedi menendang pintu. "Sial, sejak kak Deni meninggal hidup gue yang sengsara di kekang terus," kesal Dedi.
Kedua orang tua Dedi trauma berat sejak Deni anak sulung mereka meninggal dunia tiga tahun lalu karena mengikuti diksar UKM Mapala di kampus Galaxy, mereka takut Dedi juga akan di bully maka dari itu mereka melarang Dedi ikut kegiatan di kampus Andromeda.
Dedi melihat jendela langsung tersenyum dan melompat dari jendela lalu pergi ke kampus.
Pemandangan berganti menjadi halaman kampus Andromeda.
Dedi berlari setengah mati sambil membawa tas ranselnya. Ia memang sedikit datang terlambat dan teman-teman seangkatannya sudah memasuki bus.
"Eeeiitt, mau main masuk bus aja, surat izin dari orang tua bawa gak? Kita gak mau tanggung jawab ya kalo gak ada surat izin orang tua," ucap salah satu panitia bername tag Bagas.
"Aduh, maaf kak lupa bawa," alibi Dedi.
"Gak bisa. Kamu tidak boleh ikut kalau tidak membawa surat izin dari orang tua, kita gak mau ada resiko!" tegas Bagas.
"Kak please kak," mohon Dedi.
"Memang kemana sih orang tua kamu?" tanya Bagas.
"Di luar negeri kak, sibuk banget kak," alibi Dedi.
"Pokoknya kamu gak bisa ikut!" tegas Bagas.
"Kak please kak," mohon Dedi.
"Maaf ya, kalau terjadi apa-apa sama kamu dan orang tua kamu gak tahu yang ada nanti kami disalahkan," Bagas menggeleng.
"Bus nya jalan aja, jalan," teriak salah satu panitia bername tag David melalui pengeras suara.
"Sekali lagi maaf," Bagas menggeleng.
"Bagas ayoo cepetan," ajak rekannya bernama David.
Bagas berlari ke bus panitia dan masuk di dalamnya. Dedi yang melihat itu pun ikut masuk ke dalam bus dan duduk di kursi paling belakang.
Para panitia masih belum menyadari bahwa ada Dedi di kursi belakang sampai akhirnya mereka tiba di desa Sekapur.
Semua turun dari bus dengan riangnya, kemudian Dedi pun bergabung bersama kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shutter
HororGeng Blueblood kembali setelah dua tahun cuti dari kampus. Sudah tau alasannya? Ya, semua sudah tau bahwa geng Blueblood termasuk geng yang solid dan setia kawan paling tinggi satu cuti semua pun ikut cuti. Melanjutkan kembali pendidikan di kampus A...