Keempat

6.4K 576 78
                                    

Halo, semuanya.
Maaf baru bisa nulis lanjutannya sekarang. Sebelumnya, author mau ngasih tahu dulu bahwasanya chapter kali ini ada sedikit adegan R-18. Yang belum cukup umur, jangan baca ya! 😂

Sebenarnya adegannya gak banyak sih, maklum takut digebukin massa kalau nulis banyak-banyak. Dan chapter ini ditulis berdasarkan chapter 117 extra 4 dari novel aslinya. Jadi yang gak mau dapat spoiler, jangan dibaca ya.
.
.
.
.
.
Saat itu adalah malam hari dengan aroma pohon magnolia yang menyebar ketika adegan perulangan itu terjadi.

"Hahahahahahahahahahahahahahahaha!" Wei WuXian tertawa dengan begitu histeris. Dia memukul meja kayu di hadapannya beberapa kali dan masih merasa tak puas dalam mengungkapkan perasaannya.

Di sudut ruangan, Lan WangJi terduduk tak berdaya dengan sebuah buku yang sudah mulai menguning termakan usia. Buku tua itu berisi gambar-gambar tak senonoh yang menodai mata bagi beberapa orang; tetapi adalah surga dunia yang memuaskan gairah bagi sebagiannya lagi. Bagi Lan WangJi, tentu saja itu yang pertama.

"Wei Yingーー!" Suaranya penuh dengan penekanan saat dia mengucapkan nama anak laki-laki itu. Sejak kapan dia sepakat untuk memanggilnya dengan nama kelahirannya? Lan WangJi sendiri tidak menyadarinya saat dia memanggil nama itu.

Mereka sedang berada di dalam paviliun perpustakaan di Cloud Recesses saat momen itu terjadi. Hari itu adalah hari biasa di masa penghukuman Wei WuXian untuk menyalin surat Perilaku milik sekte Lan. Tetapi entah sejak kapan itu dimulai, saat Lan WangJi menyadarinya semuanya sudah terlambat. Dia dilecehkan habis-habisan oleh Wei WuXian, baik secara seksual maupun batin.

Ketika perhatian Lan WangJi teralihkan dari sutra Buddhanya ke sebuah kertas berisi potret dirinya dengan sehelai bunga di kepala, Wei WuXian mengambil kesempatan itu dan menukarkan bukunya dengan buku tidak bermoral berisi gambar-gambar tidak senonoh. Sungguh kelancangan yang patuh dipuji! Terlebih lagi, ini Lan WangJi yang kita bicarakan. Orang waras mana di dunia ini yang berani bertindak demikian kepada seseorang yang dihormati seperti dirinya kalau bukan Wei WuXian?

Wei WuXian hampir terjatuh dari atas meja ketika dia membalas panggilan itu, "di sini. Aku di sini." Tangannya bersusah payah diangkat. Sudut matanya penuh dengan titik-titik air yang siap menetes kapan saja. Ini pertama kalinya dia tertawa segila itu.

Lan WangJi menarik keluar pedangnya, Bichen. Ekspresinya tidak menunjukkan ketenangan sama sekali. Wei WuXian yang melihat hal itu juga cepat-cepat menarik sepertiga dari Suibian keluar.

"Sikap! Tuan Kedua Lan! Jaga sikapmu! Aku juga membawa pedangku hari ini. Kalau kita mulai berkelahi, apa paviliun perpustakaanmu akan baik-baik saja?" Wei WuXian memperingatkan sebelum benar-benar ditusuk mati oleh Lan WangJi.

Lan WangJi tidak mengindahkan kata-kata itu dan menunjuk Wei WuXian dengan ujung pedangnya, berkata, "orang macam apa kau?!"

Wei WuXian membalas, "orang macam apa aku? Seorang pria!"

Lan WangJi terdiam sebentar kemudian mengamuk, "kau tidak tahu malu!"

Alih-alih menyesali perbuatannya, Wei WuXian kembali membalas, "apa aku harus merasa malu tentang hal ini? Jangan bilang kau tidak pernah melihat hal seperti ini sebelumnya. Aku tidak percaya padamu."

Lan WangJi mengeratkan rahangnya ketika mendengar balasan seperti itu. Ada pergumulan yang terjadi di dalam hatinya perihal masalah itu. Apakah ada yang salah dengan seseorang yang tidak pernah menyentuh buku pornografi? Apakah tidak mengoleksi buku semacam itu adalah sebuah aib di kalangan remaja zaman sekarang? Apakah menjadi polos dan terbebas dari noda duniawi itu perbuatan yang tidak termaafkan? Kalau bukan, lalu ada apa dengan tatapan yang seolah-olah seluruh dunia akan runtuh kalau dia tidak membacanya? Tidak pernah membacanya bukan berarti Lan WangJi tidak mengetahui apapun tentang hal itu!

Segalanya BaginyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang