Keenam-belas

3.4K 365 51
                                    

Perhatian: ini hanya fanfic. Mohon maaf kalau ada ketidakcocokan dalam hal adegan, dll. :)

Dengan mata berwarna kuning keemasan, kepala berbentuk bundar dengan leher panjangnya, gigi-gigi taring berwarna kuning yang saling bersilangan, serta empat buah cakar, orang-orang akan mengenalinya sebagai sesosok ular raksasa. Namun ketika mereka melihat ke bawah dan menemukan bahwa ular yang tidak biasa ini memiliki cangkang yang juga tidak biasa, mereka akan merasa bahwa ular ini lebih mirip seperti seekor kura-kura raksasa secara keseluruhan. Hanya Lan WangJi yang sepertinya mengenali makhluk buas apa yang ada di hadapan mereka saat ini terlepas dari benar atau salahnya dugaannya.

Makhluk buas itu diam untuk sementara waktu. Wei WuXian tidak berani gegabah. Semua orang di tempat itu sama tegangnya dengan yang lain. Tidak ada yang berani membuka suara, bahkan bernapas pun dilakukan sepelan mungkin.

Lan WangJi tidak dapat melihat dengan begitu jelas wajah dari kura-kura raksasa itu dikarenakan pencahayaan yang kurang dan posisinya yang tidak strategis. Tetapi melihat dari reaksinya yang tetap diam, Lan WangJi menduga bahwa kura-kura raksasa itu tidak dapat melihat objek di depan matanya dengan jelas. Hal inilah yang kemudian memicu pada kediaman total Wei WuXian. Sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama.

Monster itu menyemprotkan uap air dari kedua lubang hidungnya yang kebetulan tertutupi oleh daun maple yang juga dapat ditemukan di permukaan air kolam itu. Hal ini kemudian membuat Wen Chao takut dan menyalahartikan aksi tersebut sebagai bentuk persiapan amukan dari monster itu, membuatnya tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi dan menjerit ke arah Wen ZhuLiu, "kenapa kau belum membantuku juga?! Bantu aku sekarang! Apa yang kau tunggu?!"

Menyadari bahwa suara itu berasal dari hadapannya, monster itu juga otomatis langsung menyadari keberadaan dua makhluk asing di atas cangkangnya. Dia langsung mengamuk, menarik mundur kepalanya yang panjang untuk mengambil ancang-ancang, sebelum maju kembali dengan taring-taringnya yang terbuka lebar ke arah mereka.

Wei WuXian tidak punya pilihan lain selain melemparkan senjata satu-satunya yang ada di tangannya ke arah monster itu. Namun seolah bergesekan dengan besi padat, pedang yang dilemparkannya dan mengenai sisik monster tersebut menciptakan percikan api kecil sebelum tenggelam begitu saja ke dalam air. Perhatian monster itu teralihkan untuk beberapa saat oleh lapisan menyilaukan dari sisi pedang yang tenggelam.

Memanfaatkan kesempatan ini, Wei WuXian mengambil ancang-ancang dan meletakkan seluruh bobot tubuhnya dan Wen Chao pada kedua kakinya sebelum mendorong maju dan melompat ke batu lain di sekitar sana. Siapa yang mengira bahwa di saat perhatiannya dan kewaspadaannya paling banyak tertuju pada monster itu, Wen ZhuLiu malah datang dan ingin menyerangnya?

Jiang WanYin berteriak dari arah belakang, "awas di belakangmu! Si Tangan Pelarut Inti datang!"

Pernapasan Lan WangJi tercekat selama beberapa saat. Matanya membelalak ketika dia mengira Wei WuXian akan berakhir di tangan Wen ZhuLiu. Siapa yang menduga bahwa Wei WuXian cukup tangkas untuk menangkis serangan tangannya yang mematikan dan bahkan sempat mundur beberapa langkah darinya meskipun dengan bayaran Wen Chao yang terlepas dari sandraannya? Lan WangJi kembali bernapas lega untuk sesaat.

Murid-murid dari sekte Wen tidak menunggu lebih lama lagi dan langsung mengeluarkan busur mereka, menembakkan puluhan hingga ratusan anak panah ke arah monster itu yang terasa lebih seperti tusuk gigi baginya. Percikan-percikan api kecil terlihat di mana-mana. Pertarungan itu terlihat sengit dari luar, namun tidak ada satu pun tembakan yang berhasil memberikan pukulan yang fatal terhadap monster itu.

Perhatian Lan WangJi teralihkan untuk beberapa saat dari Wei WuXian dikarenakan perang mendadak yang diciptakan oleh sekte Wen. Orang-orang berpakaian putih dengan corak matahari merah tersebut tampak memenuhi seluruh sudut pandang Lan WangJi, berkeliaran ke sana-sini dan menembak dengan amatir ke arah monster tersebut. Lan WangJi merasa kondisi kakinya semakin memburuk dikarenakan aktivitas berat yang mereka lakukan beberapa hari ini. Namun alih-alih berhenti dan beristirahat, Lan WangJi menyeret kakinya bergerak dengan ekspresi yang tidak berubah. Bahkan seribu pedang pun yang menusuknya tidak akan mampu membuat pria itu mengerjapkan mata. Hanya butuh seorang Wei WuXian untuk membuatnya menciptakan segala jenis ekspresi. Seolah-olah napasnya yang tercekat dan matanya yang membelalak untuk orang itu tadi hanyalah ilusi di tengah-tengah kegemparan ini, mengingat betapa dingin dan tak tersentuhnya Lan WangJi.

Segalanya BaginyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang