Kedelapan-belas

3.7K 401 119
                                    

Wei WuXian yang tidak pernah menduga seorang Lan WangJi akan bertindak di luar dari karakternya dan mendorongnya, tidak cukup waspada dengan gerak-geriknya dan tersungkur ke tanah akibat dorongan itu. Dia menjerit pelan sambil menggertakkan gigi-giginya ketika lukanya yang belum kering tanpa sengaja tersentuh lagi, "…Lan Zhan, kau… apa aku melakukan sesuatu padamu?! …ini cukup untuk membalas dendam karena telah membunuh ayahmu!"

Lan WangJi tahu bahwa Wei WuXian mengatakan hal itu tanpa pikir panjang. Dia tahu mulut pria itu memang tidak bisa dijaga; jangankan mengatakan sesuatu yang membawa-bawa ayah, ibu, dan nenek moyang, Wei WuXian bahkan berani membawa-bawa 'kemaluan' dalam pembicaraan mereka(lihat chapter Ketiga).

Lan WangJi tidak seharusnya memasukkan kata-katanya ke dalam hati dan mengabaikan saja celotehannya seperti biasa. Tetapi karena kata-katanya secara kebetulan mengandung kata 'ayah' dan 'kematian', Lan WangJi mau tidak mau diingatkan kembali akan peristiwa yang baru-baru ini terjadi pada sektenya yang mengakibatkan ayahnya hampir kehilangan nyawanya. Dia tanpa sadar mengencangkan kepalan tangannya sebelum melenturkannya kembali setelah mendapatkan penguasaan dirinya kembali.

Melihat Wei WuXian yang masih tersungkur ke atas tanah, Lan WangJi merasa sedikit bersalah karena telah mendorongnya dengan keras. Dia mengulurkan tangan, berniat untuk membantunya bangkit. Namun sebelum Lan WangJi sempat menyentuhnya, Wei WuXian sudah terlebih dahulu bangkit dan duduk dengan usahanya sendiri, beringsut mundur beberapa kali bahkan tanpa menyadari bahwa beberapa detik yang lalu, seseorang dengan marga Lan tertentu baru saja menyesali perbuatannya dan berniat untuk membantunya bangkit.

Wei WuXian berceloteh lagi, "baik, baik! Aku tahu kau tidak menyukaiku. Jadi aku akan duduk lebih jauh. Jangan datang kemari! Jangan mendorongku lagi. Itu menyakitkan sekali."

Lan WangJi tidak tahu apakah dia harus merasa sedih karena Wei WuXian mengira bahwa dia membencinya selama ini dan berusaha menjauhinya kali ini dengan duduk lebih jauh darinya atau apakah dia harus merasa bersalah karena mendengar lelaki itu mengucapkan kata 'itu menyakitkan sekali' dari mulut bebeknya itu entah mengapa menyisihkan perasaan pedih di hatinya. Dia tidak tahan mendengar Wei WuXian mengaku sakit, seolah-olah luka menganga di kakinya tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan penderitaan kecil pemuda itu. Untuk sesaat, Lan WangJi merasa bahwa dia telah kehilangan akal sehatnya karena berpikir bahwa dia bersedia-bersedia saja untuk menanggung jenis penderitaan apapun kalau itu demi Wei WuXian.

Wei WuXian melemparkan padanya pakaian putihnya yang sebelumnya telah dikoyaknya menjadi kain-kain yang lebih kecil dan berujar, "kau bisa mengikatnya sendiri. Aku tidak akan ke sana."

Melihatnya menjauhinya seperti itu menyakiti hatinya. Tetapi Lan WangJi tetap diam dan tidak merespon.

Wei WuXian membentangkan pakaiannya ke dekat api agar cepat kering. Beberapa saat telah berlalu dengan mereka yang saling menjaga jarak─lebih tepatnya Wei WuXian─dan tidak berbicara satu sama lainnya. Jangankan berbicara, menatap pun tidak. Mereka seperti pasangan suami-istri di mana istri yang biasanya cerewet dengan segala jenis celotehannya merajuk dan menolak untuk berbicara karena merasa diperlakukan dengan tidak adil. Sementara sang suami, Lan WangJi sendiri, memutuskan untuk bersikap keras kepala dengan menerapkan prinsip 'yang berbicara duluan, dia yang kalah'.

Sebenarnya, meskipun tampak seperti pria yang keras kepala, Lan WangJi hanya tidak tahu apa yang harus dikatakannya kepada Wei WuXian terlebih dahulu. Dia bukan tipe yang memulai pembicaraan terlebih dahulu, tidak seperti Wei WuXian. Selain itu, ada terlalu banyak hal yang sedang berkecamuk dalam kepalanya saat ini. Bukan hanya tentang Wei WuXian saja, dia masih harus memikirkan tentang keluarganya. Seperti yang dikatakan oleh Wei WuXian tadi, ayahnya pada kenyataannya memang hampir kehilangan nyawanya, kakaknya menghilang tanpa ada kabar, dan sekarang Wei WuXian masih saja membuatnya kesal, menyesal, dan salah tingkah setiap kali dia terlibat.

Segalanya BaginyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang