Kedua-puluh-enam

3.7K 308 209
                                    

Saat itu adalah musim gugur di wilayah perburuan di gunung Baifeng. Sekte LanlingJin mengundang sejumlah kultivator dari berbagai daerah dan wilayah untuk menghadiri kompetisi berburu yang diselenggarakannya di tengah gunung itu. Banyak kultivator-kultivator dari sekte besar maupun kecil memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan kemampuan berburu mereka dan untuk merekrut anggota-anggota baru. Sedangkan kultivator-kultivator yang tidak memiliki sekte maupun mereka yang baru saja diterima sebagai anggota baru suatu sekte tertentu memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat diri mereka agar lebih dikenal publik.

Gunung Baifeng dikelilingi oleh sepuluh menara pengawas yang tinggi. Menara-menara pengawas itu ditujukan untuk para penonton yang hadir untuk menyaksikan jalannya acara. Tidak jarang bisikan-bisikan meriah dan heboh terdengar dari menara pengawas setiap kali sekelompok kultivator dari sekte tertentu melewatinya. Ada juga kultivator-kultivator wanita yang sampai nekat melempar bunga dari atas menara sebagai bentuk apresiasi terhadap kultivator tersebut.

Kuda sebenarnya tidak dibutuhkan dalam perburuan malam. Akan tetapi, menunggang kuda ketika menghadiri acara formal seperti ini bukan hanya menunjukkan rasa hormat terhadap tuan rumah dan para tamu undangan lainnya, tetapi formasinya juga dapat menciptakan atmosfir yang agung dan menawan dipandang mata.

Lan WangJi dan Lan XiChen memimpin formasi berkuda dari sekte GusuLan ke depan dengan perlahan. Keduanya terkenal sebagai Duo Jades Lan yang citranya sudah menyebar ke seluruh dunia kultivasi. Tidak ada satu pun kultivator yang tidak mengenal mereka. Apalagi dengan ketampanan yang dimiliki keduanya dan kewibawaan sejak lahir, dua bersaudara itu cukup banyak menarik perhatian khalayak umum di tempat itu.

Kultivator-kultivator wanita yang cukup agresif dalam bertindak sudah melemparkan sejumlah bunga untuk menyambut mereka sejak di pintu masuk. Sorakan terdengar di mana-mana. Untungnya, ini bukan pertama kalinya mereka mengalami hal seperti ini. Baik Lan WangJi maupun Lan XiChen tidak terkejut sama sekali menanggapi bunga-bunga yang ditaburkan ke arah mereka. Lan XiChen seperti biasanya tersenyum ke arah menara pengawas dan menganggukkan kepalanya, membalas dengan sopan setiap kuntum bunga yang ditujukan kepadanya. Demikian juga halnya dengan Lan WangJi, meskipun dia tidak tersenyum seperti kakaknya.

Lan WangJi pada dasarnya tidak menaruh perhatian banyak pada bunga-bunga yang ditaburkan ke arahnya. Tetapi ada setangkai bunga yang aneh yang arah lemparannya tidak berasal dari atas, melainkan berasal dari belakangnya. Lan WangJi melirik ke arah belakangnya melalui sudut matanya dan tangannya langsung menangkap bunga itu.

Siapa yang memiliki waktu luang untuk bermain-main dengannya dan melemparkannya setangkai bunga kepadanya? Memangnya siapa lagi makhluk yang tidak ada duanya di muka bumi ini, yang berani menyinggung seorang Hanguang-Jun kalau itu bukan orang yang sama yang dulunya juga pernah melemparkan sejumlah kertas berisi ocehan kosong di paviliun perpustakaan Cloud Recesses beberapa tahun silam? Selain orang itu, Lan WangJi tidak bisa memikirkan siapapun lagi.

Lan WangJi benar-benar menoleh kali ini dan mendapati dua sosok yang tidak asing baginya sedang menunggu giliran formasi berkuda mereka untuk tampil. Jiang WanYin ada di barisan paling depan dan sedang mendecakkan lidahnya dengan tidak sabaran. Di belakangnya, Wei WuXian sedang duduk dengan siku di atas kepala kuda hitamnya dan berpose menyampinginya, mengobrol santai dengan dayang-dayang di sekitarnya dan mengabaikannya­sengaja ataupun tidak.

Lan WangJi tidaklah bodoh. Dia bukan lagi remaja lima belas tahun yang akan tertipu oleh akting Wei WuXian yang berpura-pura bodoh. Paling-paling Wei WuXian hanya ingin bermain-main dengannya. Bukankah itu hobi Wei WuXian untuk menjahilinya dan membuatnya salah tingkah? Kalau itu Lan WangJi yang dulu, dia mungkin hanya akan mengabaikannya karena meladeni Wei WuXian hanya akan membuatnya merasa konyol. Tetapi setelah bertahun-tahun tidak mengalaminya lagi, bahkan seseorang dengan iman seteguh Lan WangJi pun akan merasa tergoyahkan dan sulit untuk mengabaikannya begitu saja.

Segalanya BaginyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang