Kedua-puluh-sembilan

2.2K 201 144
                                    

Itu adalah satu hari di mana perburuan di gunung Baifeng adalah peristiwa yang sudah terjadi dua bulan yang lalu. Di Yunmeng, banyak kultivator yang datang dan pergi melakukan perjalanan ke tempat baru setelah kehancuran sekte QishanWen. Beberapa yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke YunmengJiang terlihat antusias dengan kunjungan mereka ke sana. Pasalnya, sekte YunmengJiang merupakan salah satu dari empat sekte besar yang telah berkontribusi banyak atas kejatuhannya sekte QishanWen. Kultivator-kultivator dari sekte kecil hingga menengah berbondong-bondong datang untuk mencari pengalaman atau hanya sekadar untuk berkunjung. Tidak hanya YunmengJiang, perubahan pada dunia kultivasi belakangan ini juga telah memberikan banyak pengaruh pada tiga sekte besar lainnya, yaitu GusuLan, LanlingJin, dan QingheNie.

Lan WangJi adalah salah satu dari kultivator-kultivator itu. Sebagai seseorang yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di Yunmeng, melihat ke sana-sini dan berusaha mencari tahu jalan mana yang harus diambil bukanlah hal yang aneh. Sikapnya yang tenang dan jarang bersuara juga bukanlah faktor yang bisa membuatnya menjadi pusat perhatian. Namun lantas apa yang membuat semua kultivator yang mengetahui keberadaannya langsung memberikan perhatian penuh mereka kepadanya? Beberapa dari mereka yang cukup lantang, bahkan mendatanginya dan memberi hormat kepadanya, menyapa, “HanGuang-Jun.”

Oh, tentu saja karena dia adalah Lan WangJi, adik dari kepala sekte GusuLan saat ini dan kultivator yang sangat berbakat di usianya. Siapa yang tidak mengenal HanGuang-Jun? Namanya cukup dikenal di dunia kultivasi, bahkan bisa dibilang setara dengan Yiling Laozu dan LianFang-Zun.

Lan WangJi menundukkan kepalanya sedikit, membalas sapaan dari kultivator tersebut dengan sopan dan tetap melanjutkan perjalanannya. Langkahnya tergolong cukup pelan bila dibandingkan dengan orang lain pada umumnya, tetapi itulah yang menjadi salah satu daya tariknya. Berjalan selangkah demi selangkah dengan postur yang tegap namun tidak terlihat kaku, membuat Lan WangJi terlihat elegan layaknya seorang biksu yang sedang melakukan perjalanan ke barat. Dengan Bichen di tangan kanannya dan guqin di belakang yang digantung di punggungnya, Lan WangJi semakin terlihat anggun dan bangsawan. Semua orang yang bisa melihat tahu meletakkan posisi mereka dan tidak berani mengganggunya lebih banyak. Semua orang terkecuali satu orang, dan orang itu adalah apa yang dicarinya dari gerombolan orang ini.

Dari arah depannya, seorang gadis muda tiba-tiba datang berlari menghampirinya. Gadis muda tersebut tidak berhenti di depannya untuk mengatakan sesuatu ataupun melakukan sesuatu kepadanya. Alih-alih, dia justru melewati Lan WangJi begitu saja sembari menyikut bahunya sedikit. Tersenyum kepadanya, gadis tersebut melemparkan sesuatu kepada Lan WangJi sebelum berlari pergi.

Lan WangJi menangkap objek itu dengan gesit dan mendapati bahwa itu adalah kelopak bunga putih seputih salju. Lan WangJi meremas kelopak bunga itu dengan lembut dan gambaran akan seorang pria yang melemparkan objek yang sama kepadanya dua bulan yang lalu muncul dalam benaknya.

Lan WangJi bertanya ketika itu, “apa kau yang melemparkan bunga ini?”

Namun pemuda itu menjawab, “bukan, bukan aku.”

Pandangan Lan WangJi melunak dan sejenak dia berpikir, benar. Kali ini memang bukan kau.

Belum selesai Lan WangJi berpikir, seorang gadis lainnya tiba-tiba muncul di hadapannya dan melemparkan kepadanya sekuntum bunga biru. Gadis itu menargetkan dadanya, namun bunga itu mengenai bahu Lan WangJi yang lagi-lagi ditangkap dengan gesit oleh Lan WangJi. Sebelum Lan WangJi sempat mengatakan apapun kepadanya, gadis itu sudah berlari pergi sambil tertawa cekikikan begitu saja.

Ketiga kalinya dilakukan oleh gadis yang lebih muda dengan rambut yang disanggul dua. Di tangannya ada seikat bunga berwarna merah cerah yang terlihat sangat indah. Gadis muda itu berlari pergi begitu saja selepas dia melemparkan ikatan bunga itu ke dada Lan WangJi yang lagi-lagi yang ditanggap dengan gesit olehnya.

Segalanya BaginyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang