Udah dua minggu nggak up, kan, ya?
Atau lebih hehe maapkan. Kita lanjut lagi, ya.
Siap?
Typo, kasih tau aja.
...
Aleta turun dari motor setelah motor itu menepi di pekarangan rumah Renata. Mereka baru saja kembali dari minimarket untuk membeli beberapa camilan. Mereka juga menggunakan motor Donny. Johan ikut turun dan Aleta berjalan lebih dulu ke teras rumah Aleta. "Buru-buru banget. Rumah Renata nggak akan lari kali, Al," kata Johan sambil meletakkan helmnya di motor.
Aleta menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Johan. "Gue nggak punya banyak waktu," jawab Aleta tapi Johan justru bergerak mendekatinya.
"Iya yang sibuk. Cuma helmnya copot dulu," kata Johan tepat di hadapan Aleta.
Aleta menatap ke arah atas. Dia baru menyadari bahwa dia belum melepaskan helm. Saat tangan Aleta sudah bergerak ingin melepaskan kaitan tali helm Johan dengan cepat mengambil alih.
Aleta terdiam saat wajah Johan tepat di hadapannya dengan jarak sedekat ini. Matanya tak menatap mata Aleta. Dia memperhatikan tangannya yang melepaskan kaitan tali helm yang Aleta gunakan.
"Nggak usah lihatin gue gitu. Nanti makin cinta," goda Johan sambil menatap Aleta sedangkan tangannya bergerak mengangkat helm dari kepala gadis itu.
Aleta sontak mengalihkan pandangan matanya sambil meneguk liurnya. Dia tertangkap tengah memperhatikan laki-laki itu.
"Lo lucu kalau lagi ngalihin perhatian gini." Johan memegang helm dengan satu tangannya kemudian tangan yang lainnya mengacak rambut gadis itu dengan gemas.
"Ish, selalu aja." Aleta berdecak sambil mengerucutkan bibirnya.
Johan hanya menanggapi dengan senyum sekilas lalu meletakkan helm yang Aleta gunakan tadi ke atas motor. Lalu Aleta segera menuju rumah Renata.
Aleta berjalan menghampiri teman-temannya yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponsel masing-masing. Sedangkan Johan di belakang Aleta sambil menenteng kantong plastik yang berisikan camilan yang mereka beli beberapa menit lalu.
"Lama amat," desis Andi sambil merampas plastik dari tangan Johan lalu mengacak isinya sambil memilih yang mana yang akan ia makan.
Aleta duduk pun dengan Johan. "Kok Pricille nggak ikut?" tanya Johan.
Renata menoleh. "Kenapa emangnya? Lo mau dia ada di sini?"
"Aneh aja, sih, dia nggak ikut," ucap Johan lalu meraih satu camilan dan membukanya.
"Gue nggak mau aja dia tau soal ini." Perkataan Renata sontak membuat semua mata melihat kepadanya. Terkecuali Donny.
"Kenapa?" tanya Aleta.
"Bukannya dia udah jadi temen kita, ya?" tambah Andi.
"Gue udah bilang ini, sih, sama Donny. Gue nambahin Pricille ke list orang yang patut di curigai," jelas Renata.
"Maksud lo? Nggak logis banget. Apa untungnya dia ngelakuin ini ke Aleta?" tanya Johan.
Renata menatap Johan tajam. "Lo kok sewot banget? Kenapa? suka sama dia?"
Johan memutar malas bola matanya dan ingin menyangkal perkataan Renata tapi Donny langsung angkat suara. "Nggak usah ke mana-mana dulu pembahasannya. Kita fokus dulu ke masalah utama. Orang yang ngintai Aleta," kata Donny.
Andi mengangguk setuju dan berikutnya Renata mengambil kertas dan meletakkannya ke atas meja.
Kertas itu bertuliskan nama-nama orang. Ada lima nama orang yang tertera di sana. "Ini list nama yang dicurigain," ucap Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish Look for Miracle | Lengkap √
Teen Fiction(Re-publish) Judul awal "Aleta" Kamu akan tetap menjadi mentariku kala gelap menghampiri... Kamu tetap menjadi mentariku kala malam menemani... Kamu tetap menjadi mentariku bahkan ketika dunia tak mengizinkan mentari dan bintang bersatu... Kisah...