Johan mengetuk jarinya beberapa kali di meja. Matanya terus melirik pergelangan tangannya, jarum jam di tangannya tersisa lima menit untuk bel berbunyi. Meja Johan sudah bersih tak ada satupun barang lagi, dia sengaja sudah menyimpan semua alat tulisnya meskipun guru di depan kelasnya masih terus menjelaskan materi.
Johan langsung berdiri ketika bel berbunyi. "Johan," tegur Bu Anis.
Johan menunduk lalu duduk kembali, menunggu sang guru membereskan barangnya lalu ke luar terlebih dahulu. Akhirnya Bu Anis sudah keluar dan Johan dengan cepat melangkah menuju lantai tiga. Andi dan Donny hanya mengejarnya dari belakang.
Tepat saat Johan menghentikan langkahnya, orang yang ingin ia temui kini sudah berada di hadapannya. "Johan? Kamu nyari aku?" tanya Rani dengan binar di matanya.
Johan tak merespons dia mendekat lalu menarik tangan Rani menjauh dari keramaian siswa. "Johan, tangan aku sakit. Pelan-pelan," keluh Rani.
Johan menghempaskan tangan Rani dengan kasar saat mereka sudah tiba di taman belakang sekolah. "Kamu kenapa, sih?" tanya Rani sambil meringis memegangi pergelangan tangannya yang memerah akibat genggaman tangan Johan barusan.
"Siapa yang lo suruh nabrak gue dan ngintai Aleta?" tanya Johan.
"What? Orang siapa? Aku nggak ngerti," jawab Rani.
"Nggak usah belagak nggak tau." Sinis Johan.
"Johan, kalau lo ke sini Cuma buat ngomongin hal yang berhubungan dengan Aleta. Sori gue nggak ada waktu," kata Rani dan berniat meninggalkan tempat itu tapi dengan cepat Johan menahannya.
"Johan, sakit. Awhh." Rani meringis kembali.
"Siapa?" tanya Johan tajam dan saat itu Andi dan Donny tiba di belakang Johan.
"Gue nggak tau, Johan!" teriak Rani saat merasa cekalan tangan Johan semakin mengeras.
Donny mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan sebuah video rekaman. Di video menunjukkan apa yang sudah Rani lakukan kepada Aleta beberapa hari lalu. Di sana terlihat jelas bahwa dia menjambak lalu menggunting seragam Aleta. "Lo masih mau ngelak?" tanya Donny.
Rani tersenyum sinis. "Gue ngelak apa? gue nanya soal orang yang ngintai rumah Aleta dan nabrak Johan bukan soal video itu."
"Ini semua pasti ada hubungan sama lo," sahut Andi.
"Gue nggak tau." Rani membuang muka.
"Kalau lo nggak mau jawab video ini akan sampai ke kepala sekolah." Ancam Johan.
Rani menatap Johan dengan tajam. Napasnya sedikit memburu. "Harus berapa kali gue bilang? Gue nggak tau!" seru Rani.
"Nggak mungkin. Jelas-jelas lo malam itu bilang lo akan buat Aleta lebih menderita, kan?" sindir Johan.
"Lo tau akibat lo, Aleta masuk rumah sakit dan belum sekolah sampai sekarang," lanjut Johan.
"Gue nggak tau apapun soal orang yang kalian tanya. Gue berani bersumpah demi apapun," kata Rani yang sudah frustrasi saat mereka semua taka da yang mempercayainya.
***
Johan, Andi dan Donny berkumpul di rumah Andi. Mereka sengaja berkumpul untuk membahas mengenai orang itu. Johan sudah melakukan ancaman yang bisa membuat Rani mengaku tapi perempuan itu tetap menjawab bahwa dirinya tak tahu apapun. Lalu siapa?
Dari balik pintu Donny masuk sembari membawa Renata. "Lo ngapain ajak ini anak?" tanya Andi.
"Ish, lo kenapa, sih, musuhan banget sama gue?" Renata berdecak.
"Gue sengaja ngajak Renata mungkin dia bisa tau sesuatu." Kini Donny yang menjawab sambil duduk di sofa.
"Donny udah bilang ke gue soal orang serba hitam itu. Kata Donny ternyata nomor plat motornya sama dengan yang nabrak Johan, ya?" tanya Renata lalu ikut duduk sambil meletakkan tasnya.
Johan hanya mengangguk. "Han, sori ya, yang kemarin gue nggak maksud bilang gitu ke lo. Gue cuma nggak tau gimana cara buat Aleta aman." Renata menatap Johan ragu-ragu.
Johan merespons dengan mengangguk lagi. "Gue rasa emang ada yang Aleta sembunyiin. Pertama dia emang nggak kasih tau soal kenapa dia mutusin lo dan gue malah taunya dari lo. Kedua waktu itu pas yang Revan anak kelas sepuluh nemuin Aleta di kantin, inget nggak?" tanya Renata.
Semua mengangguk. "Nah mereka ngomong jauh dari kita, kan? Seolah emang pembicaraan yang privasi banget. Setelah ngomong sama Revan Aleta juga agak aneh, dia terus lihat HP dan raut muka dia langsung berubah gitu. Lo semua juga udah nanya sama Rani tapi dia bilang dia beneran nggak tahu, kan? Ini berarti emang bukan Rani. Motif Rani ngebully Aleta Cuma karena dia sayang lo dan nggak suka lo sayang Aleta. Terus kenapa dia mau ada orang yang nabrak lo?" jelas Renata.
"Aleta juga bukan tipe orang yang akan langsung ciut kalau cuma di ancam dengan hal-hal semacam yang Rani lakukan. Pasti ada hal yang jauh lebih besar dari ini," lanjut Renata.
Johan mengangguk menyetujui. Sejauh Johan mengenal gadis itu memang yang dikatakan Renata benar. Namun otaknya masih terus bergelut dengan pertanyaan apa alasan besar itu.
"Satu lagi. Lo semua pada aneh nggak, sih, kenapa dua kali Aleta masuk rumah sakit cuma Riki?" Sambung Donny.
"Kan Aleta bilang Riki cowok yang dia suka sekarang. Jadi, ya wajar dia ngasih taunya Riki. Mungkin mereka juga udah jadian," kata Andi.
"Lo yakin Aleta beneran suka Riki?" tanya Renata.
"Kenapa enggak?" Kini Johan yang buka suara sambil memandang Renata.
"Gue tau lo frustrasi karena di putusin dan di tolak mentah-mentah. Tapi sekarang coba kalian pikirin. Logikanya pas Riki datang dan bilang semuanya kenapa muka Aleta syok? Kenapa Aleta bungkam? Kenapa dia enggan natap lo sebelum lo yang minta? dan kapan Aleta kenal Riki? Gue rasa lo semua tau Aleta bukan tipe anak hits yang punya teman di mana-mana bahkan teman sekelas pun dia sulit beradaptasi," jawab Renata.
Johan hanya memegang kepalanya, dia awalnya memikirkan hal yang sama tapi apa yang ia lihat di rumah sakit kemarin membuat semua pemikirannya salah. Ia ingat betapa eratnya Aleta menggenggam jari Riki. Ia ingat betapa Aleta merasa tak ingin dengan kehadirannya hari itu.
"Inti pembicaraan kita, Riki di curigai?" tanya Andi.
"Gue nggak tau. Tapi yang pasti Riki menjadi satu-satunya orang yang lebih banyak tau Aleta di banding kita," kata Renata lesu. "Padahal gue sahabat dia dari SMP," lanjut Renata menunduk lesu.
"Emang nggak di anggap lo." Ledek Andi.
"Jahat banget, sih, lo to the point gitu," kata Renata mengerucutkan bibirnya.
"Atau bisa Riki ada niat jahat sama Aleta?" ungkap Donny seketika membuat semua mata menoleh ke arahnya.
"Kita nggak ada yang tau kali jenis manusia di bumi ini. Rambut boleh sama hitam tapi isi kepala nggak sama dan nggak bisa terlihat serta ditebak," kata Donny menyadari tatapan mereka semua mengarah kepadanya.
"Kalau gitu kita harus cari tau semuanya secepat mungkin," kata Johan.
...
Salam sayang
NunikFitaloka
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish Look for Miracle | Lengkap √
Novela Juvenil(Re-publish) Judul awal "Aleta" Kamu akan tetap menjadi mentariku kala gelap menghampiri... Kamu tetap menjadi mentariku kala malam menemani... Kamu tetap menjadi mentariku bahkan ketika dunia tak mengizinkan mentari dan bintang bersatu... Kisah...