Bab 55 - Pelaku sebenarnya?

1.2K 37 4
                                    

Aleta mengerjapkan matanya beberapa kali. Perlahan penglihatannya menjadi jelas. Dilihatnya Arna tengah berdiri sambil memegang bahunya. Arna tersenyum haru menatapnya. “Akhirnya kamu sadar, Sayang,” ujarnya mengusap dahi Aleta.

Aleta ikut tersenyum. Tubuhnya masih terasa begitu lemas. “Johan mana Oma? Aleta ingat Johan ada di tempat itu nolongin Aleta.” Aleta melirik sekitar tapi tak menemukan pria itu.

“Ada. Dia tadi keluar bareng Riki,” jawab Arna.

Aleta mengangguk mengerti.

Suara knop pintu terdengar. Pintu terbuka dan menampilkan Johan di baliknya. Johan tersenyum melihat Aleta yang sudah membuka mata. Dia mendekat dan Arna sedikit memberi ruang untuk pria itu.

“Lo udah sadar.” Johan menghela napas lega menatap Aleta.

“Semua berkat lo yang datang malam itu.”

“Gue beneran takut malam itu. Sekarang, gue lega lo udah buka mata lo kembali,” ujar Johan menggenggam tangan Aleta.

Aleta tersenyum. Dia bahagia Johan baik-baik saja setelah dari komanya. Dia bahagia laki-laki itu ada di sisinya.

“Oh iya, Pricille gimana keadaannya?” tanya Aleta.

“Lo jangan banyak pikiran dulu, ya?”

***

Riki mengepalkan tangannya dengan kuat. Amarah di dalam dirinya meluap-luap. Sekarang, dia sedang mengendarai motor menuju tempat seseorang. 

Awalnya dia akan menyelesaikan semua ini dengan cara yang rapi. Berharap bahwa itu akan lebih melindungi Aleta tapi nyatanya Aleta tetap terluka.

Dia memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah. Rumah bercat cokelat dengan sebuah mobil yang terparkir di area halaman depan.

Riki menggedor-gedor pagar rumah itu. Tidak perduli dia akan mengganggu tetangga atau siapapun. Dia hanya menemui orang itu. “Woi keluar lo bangsat!” teriaknya sambil terus menggerakkan pagar itu.

Satpam rumah itu membukakan pagar sambil terus memaki-maki Riki yang teriak-teriak. Riki menerobos meski terus ditarik oleh satpam itu. “Gue mau ketemu sama majikan lo. Minggir!” Riki menatap tajam dan detik berikutnya menghempaskan satpam itu hingga terjatuh.

Riki berjalan cepat dengan sorot mata membara. Pintu rumah itu terbuka lalu keluar seseorang yang ia cari. Dia berdiri dengan raut wajah seolah tak terjadi apapun, membuat Riki semakin mengeratkan kepalan tangannya.

Bugh.

Satu hantaman mendarat di raut wajah orang itu.  Dia menatap Riki dengan wajah seolah tak mengerti.

“Bangsat lo,” kata Riki dan kembali melayangkan pukulan di wajah orang itu.

“Lo datang ke rumah orang dan marah-marah lalu nonjok gue? Lo nggak waras?” tanya orang itu sambil menghapus darah di sudut bibirnya.

Satpam tadi datang menarik lengan Riki untuk mundur. Riki meronta dan mendorong serta menghajar satpam itu lagi. Amarah benar-benar menguasai dirinya saat ini.

Wish Look for Miracle  | Lengkap √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang