Bab 61 - Kembaran dan Ibu sesungguhnya?

1.2K 25 17
                                    

“Al, Al,” panggil Renata dengan nada heboh saat Aleta baru saja melepas helm dan memberikannya kepada Johan.

“Lo harus tau,” kata Renata lagi sambil mengatur napasnya.

“Kalau ngomong mbok, ya, santai dulu, Ta. Kenapa?” tanya Aleta.

Renata menelan paksa saliva lalu mengatur napasnya sekali dan berujar, “Ini tentang Riki.”

Aleta terdiam sesaat. “Riki kenapa?” tanyanya.

“Dia tadi di depan gerbang. Muka dia kusut banget, babak belur dan dia kacau banget kayaknya, Al.” Renata menjelaskan dengan terburu-buru.

“Sekarang dia di mana?”

***

Tidak ada pilihan Aleta membolos sekolah hari ini. Sesuatu di dalam dirinya memaksa untuk menemui Riki. Mengapa dia sampai terluka? Renata mengatakan bahwa Riki menitip pesan tentang di mana dia menunggu Aleta.

Aleta tak sendiri. Johan bersamanya. Selalu. Saat ini mereka sudah berada di sebuah rumah kecil. Rumah ini tak pernah Aleta datangi. Rumah kecil yang lusuh serta sangat sepi.

Saat Aleta ingin masuk ke dalam Johan memegang tangannya lalu menggenggamnya sambil menuntun Aleta untuk masuk.

Perlahan derap kakinya menimbulkan pantulan suara di setiap sudut ruangan. Rumah itu dipenuhi debu, banyak alat-alat yang terpakai lagi. Di setiap dinding terdapat sarang laba-laba.

“Riki, ini gue. Aleta,” ujar Aleta berharap mendapat sahutan dari empu nama yang ia ujarkan.

Langkah kaki Aleta serta Johan kini telah berhenti. Mereka berdua melirik ke segala penjuru rumah. Berharap menemukan sosok yang ia cari.

Saat mereka tengah sibuk mengamati setiap penjuru, derap seseorang dari pintu yang sepertinya kamar terdengar. Di balik pintu usang itu menampilkan sosok laki-laki.

Aleta sontak melihat ke arah laki-laki itu. Dilihatnya dari atas sampai bawah penampilannya. Perlahan genggaman tangannya dan Johan terlepas dan mulai melangkah mendekati sosok di depan pintu kamar itu.

Laki-laki itu Riki. Dia ikut mendekat ke arah Aleta. Semakin dekat semakin jelas wajah Riki. Semua yang dikatakan Renata benar. Pria ini begitu kacau. Di sudut bibirnya memar seperti bekas tonjokan juga di sudut matanya. Rambutnya berantakan, matanya sembab. Ada apa dengannya? Mengapa dia di sini?

Kini mereka sudah berhadapan. Tubuh Riki yang lebih tinggi dari Aleta membuat dirinya sedikit mendongak. Tangannya perlahan menyentuh wajah Riki. Entah apa ini, yang jelas di sudut hatinya Aleta merasa ikut perih melihat keadaan pria di hadapannya ini.

Saat Aleta ingin membuka suaranya Riki langsung memeluk Aleta dengan erat. Aleta hanya diam mendapat perlakuan itu. Dia tak membalas pelukan itu.

Riki melepas pelukan lalu menatap Aleta sambil memegang leher serta sesekali mengelus rambutnya. Ada cairan di sudut mata pria itu. Dia menangis?

“Lo nggak apa, kan?” tanya Riki masih menatap Aleta dengan tatapan yang begitu pilu dan sulit untuk Aleta terjemahkan. Apa pria ini seperti ini karenanya?

“Gue nggak papa. Harusnya gue yang nanya gitu. Lo kemana aja? Maaf gue nggak ikutin kata-kata lo malam itu dan makasih udah buat Revan mengakui semuanya.” Aleta membalas tatapan Riki.

Wish Look for Miracle  | Lengkap √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang