Aku belum cek typo:(
...
Sekarang Aleta tengah bergegas dengan langkah sedikit tergesa. Rekaman suara dari Renata kemarin membuat malamnya tak tenang. Ia hanya tidur sekitar dua jam tadi malam.
Dia masih belum bisa mempercayai sepenuhnya apa yang dia dengar melalui rekaman suara itu. Selama ini sama sekali tak pernah terbesit di pikirannya bahwa Pricille dan Revan terlibat dalam aksi pesan rahasia yang terus menghantuinya beberapa waktu ini. Terlebih lagi Revan. Bukankah dia yang tempo hari memberitahu bahwa Aleta diikuti oleh seseorang? Apa seseorang itu adalah dirinya sendiri?
Aleta memijit pelipisnya sambil terus berjalan. Jika mereka memang terlibat maka apa yang menjadi alasannya? Aleta menghela napas berat. Untung hari ini masih ujian tengah semester jadi mereka pulang lebih cepat dari waktu biasanya.
Semua sudah berkumpul di taman belakang sekolah. Di sana juga ada Pricille dan Revan. Aleta menghentikan langkahnya saat semua mata yang ada di taman menoleh ke arahnya.
Aleta meneguk liur sekali sambil meyakinkan diri bahwa apapun alasan mereka Aleta tidak boleh terbawa emosi apalagi sampai dendam.
“Gue masih nggak ngerti kenapa gue tiba-tiba dipaksa ke sini,” kata Revan menatap Donny tak suka. Sepertinya Donny lah yang memaksanya kemari.
“Lo bisa jelasin ini ke kita setelah dengar rekaman ini,” sahut Renata lalu mulai mengeluarkan ponselnya dan memutar rekaman suara yang ia maksud.
Aleta memandangi Pricille dan Revan secara bergantian. Memperhatikan ekspresi mereka saat mendengarkan rekaman itu.
Saat suara dalam rekaman itu berakhir. Pricille langsung memandang Johan sedangkan Revan tidak menunjukkan reaksi apapun.
“Jelasin keterlibatan kalian sama orang yang mengirimi Aleta pesan beberapa waktu terakhir,” ujar Renata.
“Ini bukan pertama kali gue lihat klian berdua ketemu. Jadi, jangan mencoba mengelak,” imbuh Renata.
“Ngirim pesan gimana? Aku nggak tau sama sekali soal pesan yang kalian maksud,” jawab Pricille bergantian menatap semua orang di sana kecuali Revan.
“Gue bilang ngelak,” sergah Renata.
“Kenapa lo semua terkesan menghakimi kita di sini? Kenapa lo semua nggak nanya tugas apa yang dimaksud di pembicaraan kita?” tanya Reva menaikan satu alisnya dann tersenyum miring.
“Tugas? Apa penting kita nanya itu saat semuanya udah jelas kalau lo memiliki tugas untuk nyelakain Aleta?” Johan justru berbalik bertanya.
“Orang Indonesia harus memunahkan sikap suka sembarang menyimpulkan macam lo ini. Tugas nyelakain Aleta apa? Bahkan gue yang duluan lihat kalau Aleta diikutin,” sinis Revan.
Tangan Johan mengepal dan maju menarik kerah Revan. Namun reaksi Revan tetap santai.
“Nggak usah banyak bacot bangsat!” Kilatan emosi terlihat dari sudut mata yang Johan pancarkan.
“Pricille sekarang jelasin ke mereka semua, biar pada ngerti dan nggak main nuduh doang.” Revan menatap Pricille lalu Pricille mengangguk dan mulai berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish Look for Miracle | Lengkap √
Ficção Adolescente(Re-publish) Judul awal "Aleta" Kamu akan tetap menjadi mentariku kala gelap menghampiri... Kamu tetap menjadi mentariku kala malam menemani... Kamu tetap menjadi mentariku bahkan ketika dunia tak mengizinkan mentari dan bintang bersatu... Kisah...