Aleta membuka matanya dan mendapati Johan yang tidur sambil menggenggam tangannya. Tubuhnya dilantai dan kepalanya tertidur di sela tangan Aleta dan pinggir kasur.
Tangan kiri Aleta bergerak mengusap rambut laki-laki itu. Sepertinya Johan merasa sehingga kepalanya bergerak lalu mendongak dan menatap Aleta sambil menyipitkan mata khas bangun tidur.
Dia terlihat jauh lebih tampan ketika bangun tidur, pikir Aleta.
“Lo udah sadar?” tanya Johan memandang Aleta dengan penuh semangat.
Aleta tersenyum dan mengangguk. Pria itu kemudian membalas senyumnya. “Dokter Maya tadi nungguin di sini cuma ada telepon dari rumah sakit, jadi dia pergi.”
“Dokter Maya?”
“Gue tau semuanya. Penyakit lo,” kata Johan.
Aleta mengubah mimik wajahnya. Dia terkejut mendengar pernyataan Johan. Sejak kapan pria itu tahu?
“Sakit apa?” tanya Aleta memaksakan senyumnya.
“Kanker otak.”
Aleta diam. Rupanya Johan benar tahu tentang penyakitnya.
“Gue akan di sisi lo selalu. Lo pasti bakal sembuh.” Johan mendekat sambil menggenggam erat tangan milik Aleta. Matanya menatap dalam manik mata Aleta. Ada sebuah penuntutan percaya yang tersirat lewat mata itu.
“Gue tau lo kan selalu di sisi gue, Han. Tapi, tolong jangan berekspektasi tinggi tentang penyakit gue.”
***
Esok harinya Aleta sudah kembali bersekolah. Malam itu Arna menjemputnya dari rumah Johan.
Sejujurnya ada yang Aleta khawatirkan. Pricille. Dia tidak tahu bagaimana keadaan gadis itu saat ini. Aleta ingat betul malam itu Pricille ditembak karena menghalangi agar peluru itu tidak mengenai badannya.
Renata menghampiri Aleta dengan senyuman yang mengembang serta memeluk Aleta dengan sangat erat. “Gue kangen banget sama lo. Lo buat jantung gue mau copot tau nggak dengan insiden lo ditembak.” Renata mengerucutkan bibirnya sambil mendumel menatap Aleta.
“Sori. Gue sekarang udah baik-baik aja, Ta,” balas Aleta.
“Iya, sih. Aaaa gue seneng deh.” Renata kembali memeluk sahabatnya itu.
“Pricille belum masuk?” tanya Aleta.
Renata menggeleng. “Lo kenapa nanyain dia, sih? Dia udah terlibat dengan kasus penembakan lo malam itu. Dia berencana buat nyingkirin lo dari bumi tau nggak,” desis Renata.
“Ta–”
“Pelakunya udah di kantor polisi tapi belum mau ngaku siapa atasan mereka yang merencanakan semua ini. Geram banget gue sama itu orang.” Renata kembali mendumel.
“Ta, lo dengerin gue, ya. Gue akan cerita apa yang sebenarnya terjadi malam itu.” Aleta memegang bahu Renata dan menatapnya dengan tegas.
Aleta kembali mengingat kejadian malam itu. Malam yang membuat nyawanya dan Pricille hampir lenyap.
“Akhirnya lo mau ketemu,” kata Aleta sambil menatap Pricille.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish Look for Miracle | Lengkap √
Ficção Adolescente(Re-publish) Judul awal "Aleta" Kamu akan tetap menjadi mentariku kala gelap menghampiri... Kamu tetap menjadi mentariku kala malam menemani... Kamu tetap menjadi mentariku bahkan ketika dunia tak mengizinkan mentari dan bintang bersatu... Kisah...