Aleta turun dari mobil Johan saat mereka sudah tiba di rumah. Johan mengiringi langkah Aleta yang pelan menuju rumah. Pintu pagar telah terbuka dan mobil Oma Arna sudah ada di depan pagar. Itu artinya Arna sudah sampai.
Langkah Aleta semakin pelan saat mendengar samar suara orang yang bercengkrama. Pak Anung menghampiri Aleta. “Kata Ibu, Non bisa pergi sama Mas Johan dulu.”
Aleta mengerutkan dahinya. “Lho, kenapa?”
“Ah, anu ... pokoknya Ibu titip pesan begitu ke Bapak.” Pak Anung terlihat gugup sambil melihat ke arah pintu rumah yang terbuka sedikit.
“Itu Oma lagi ada tamu? Siapa?” tanya Aleta sambil memiringkan kepalanya karena terhalang oleh tubuh Pak Anung. Dia mengamati pintu rumah yang terbuka sedikit itu. Suara dari dalam masih terdengar samar. Namun sepertinya itu suara laki-laki.
“Tamu penting sepertinya, Non.”
“Saya nggak bakal ganggu, kok, Pak. Saya mau istirahat di kamar. Permisi.” Aleta menggeser tubuhnya lalu berjalan melalui Pak Anung yang masih berusaha menghentikannya.
Aleta merasa aneh. Mengapa seolah dirinya tidak boleh masuk ke dalam dan bertemu yang katanya tamu Oma itu. Rasa penasaran akan tamu itupun menyeruak dalam dirinya.
Di belakangnya Pak Anung masih terus meminta Aleta untuk pergi seperti yang dikatakan Arna sedangkan Johan tak berbicara dan tetap mengikuti Aleta.
Tangan Aleta memegang knop pintu. Sekilas dia menengok ke arah Pak Anung. Wajah Pak Anung sangat tampak cemas. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam?
Akhirnya knop pintu ditekannya lalu pintu terbuka penuh. Perlahan Aleta melangkah, Arna yang menyadari kehadirannya seketika terlihat tegang. Di hadapan Arna ada sosok laki-laki yang duduk di sofa. Posisinya membelakangi Aleta.
Tatapan menyelidik Aleta tujukan kepada Arna. Sambil terus melangkah mendekat, Aleta mencoba menerka siapa sosok laki-laki yang duduk di sofa itu. Dalam ingatannya, sosok ini tidak begitu asing untuknya. Apa dia pernah bertemu sebelumnya?
Arna berdiri sambil menatap Aleta cemas. “Kamu s ... sudah pulang, Al?” Dari suara yang dikeluarkan oleh Arna sangat jelas ada getaran di sana. Dia seolah khawatir.
Aleta hanya mengangguk sambil terus melangkah dan memperhatikan sosok laki-laki itu. Perlahan pria itu berdiri dan membalik badannya menghadap Aleta.
Saat itu juga langkah Aleta terhenti. Tatapannya mengendur serta jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Pria paruh baya ini, Aleta pernah melihatnya.
Tatapan pria itu menjadi sendu serta berkaca. Dia memandangi Aleta dari atas sampai bawah tubuh Aleta. Setelahnya dia kembali menatap Aleta yang mematung di tempat. Seulas senyuman terukir di wajah pria paruh baya itu. Perlahan dia mendekat kepada Aleta.
“Papa,” lirih Aleta sambil menghela napasnya. Benar, dia adalah Ayah Aleta. Laki-laki yang Aleta lihat di butik tempo hari.
Lelaki paruh baya itu kembali menampakkan senyumnya sambil mengerjapkan mata sekilas dan detik itu pula Aleta melihat suatu cairan tumpah melalui kelopak matanya.
Aleta sontak memundurkan langkahnya saat dilihatnya sang Ayah yang sudah semakin dekat. “Iya, ini Papa,” ujar Ayah Aleta sambil terus melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish Look for Miracle | Lengkap √
Fiksi Remaja(Re-publish) Judul awal "Aleta" Kamu akan tetap menjadi mentariku kala gelap menghampiri... Kamu tetap menjadi mentariku kala malam menemani... Kamu tetap menjadi mentariku bahkan ketika dunia tak mengizinkan mentari dan bintang bersatu... Kisah...