Bab 54 - Lewat sorot mata

1.2K 36 10
                                    

“Johan,” lirih Aleta sebelum gadis itu kehilangan kesadarannya.

Johan menepuk pelan pipi gadis itu. Menyingkapkan rambutnya lalu menepuk pipi lagi sambil merintih memanggil namanya agar bangun atau sekedar bertahan.

Johan tak menghiraukan sekitarnya. Dia terus memandangi Aleta dan merengkuhnya seraya terisak. Ponselnya sudah tergeletak di sembarang arah. Johan menggendong tubuh Aleta berniat membawa gadis itu pergi dari tempat ini dan segera ke rumah sakit.

Sebelum melangkah Johan melihat ke bawah. Ternyata orang yang terbaring satunya lagi adalah Pricille. Johan tidak mungkin membiarkannya di sini, hanya saja otaknya kini tak karuan. Hanya Aleta yang dipikirkannya.

Johan menyeimbangkan tubuh Aleta agar tak lepas dari gendongannya lalu dari arah depan datang Donny dan juga Andi beserta papanya.

“Lo nggak apa?” tanya Andi tergopoh-gopoh menghampiri Johan.

“Nggak. Tolong Pricille dia juga terluka. Lalu telpon polisi untuk lacak siapa orang yang melakukan ini. Orang yang sudah menyalahgunakan senjata,” kata Johan lalu melangkah membawa Aleta masuk ke dalam mobil.

Davide berniat mengikut Johan hanya saja Johan melarang. Dia memohon agar papanya menelpon polisi dan mencari orang itu. Perkiraannya dia belum terlalu jauh. Apalagi laki-laki itu tidak membawa kendaraan.

Johan meletakkan tubuh Aleta di mobil bagian penumpang sedangkan Johan menyetir. Dia memutar mobil dengan cepat lalu menancap gas setinggi mungkin.

Dia membawa mobil tak karuan sambil melirik ke arah Aleta sesekali. “Gue mohon bertahan, Al,” gumamnya dengan seluruh perasaan cemas.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi bahkan lampu merah Johan lalui begitu saja. Dia tidak perduli jika dia akan menjadi incaran polisi. Yang dia perdulikan saat ini hanyalah Aleta. Aleta seorang.

Johan menginjak rem mobil lalu dengan cepat menurunkan Aleta dan membawanya masuk ke dalam rumah sakit.

Johan tergopoh menggendong Aleta yang terkulai. Sampai di pintu depan rumah sakit beberapa gerombolan suster datang menghampiri sembari membawa brankar lalu Johan meletakkan Aleta di atasnya.

Johan menggenggam tangan Aleta sambil mengiringi brankar menuju UGD. “Gue mohon bertahan,” ujar Johan penuh harap.

Akhirnya Aleta sudah berada di dalam ruangan UGD dan tersisalah Johan yang hanya bisa menunggu di depan ruangan.

Baju Johan berlumuran darah Aleta serta tangannya juga terdapat darah. Namun tak dipedulikannya, dia hanya tertunduk lemah menunggu dengan penuh harap.

Martia dan Renata datang menghampiri Johan. Dia hanya mendongak tanpa sepatah kata. “Johan, kamu lebih baik ganti baju dan bersihkan badan dulu, ya, Nak.” Martia berujar setelah lama memperhatikan puteranya duduk lemah dengan wajah yang tertunduk.

“Johan harus tunggu Aleta dulu,” jawab Johan.

Suara roda brankar dan drap sepatu bersentuhan dengan lantai terdengar kemudian. Johan mendongak lalu menemukan sebuah brankar yang sedang diiringi oleh suster juga dengan Donny, Andi dan papanya.

Itu Pricille. Gadis itu mengalami hal yang sama seperti Aleta. Tubuhnya juga berlumuran darah. Johan menghela napas berat. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa mereka berada di sana? Siapa orang yang melakukan ini semua?

Wish Look for Miracle  | Lengkap √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang