Bab 19
...
“Al, itu ada temen kamu,” kata Arna yang baru saja kembali dari ruang tamu dan tak sengaja bertemu dengan Aleta saat Aleta sedang menuruni anak tangga dari kamarnya.
“Siapa Oma?” tanya Aleta yang terus menuruni anak tangga.
“Namanya Riki kalau nggak salah,” jawab Oma lalu berlalu meninggalkan sang Cucu.
Aleta segera menuju ruang tamu dan benar saja Riki sudah duduk di sofa. “Sori nunggu,” kata Aleta lalu ikut duduk di sofa.“Nope,” jawabnya sambil terkekeh.
“Oh iya, ada perlu apa?” tanya Aleta.
“Gue butuh jawaban atas permintaan gue siang tadi. Gimana?”
“Ya ampun sampai ke rumah segala, padahal bisa di sekolah besok.” Aleta sedikit terkekeh tak habis pikir.
“Ya nggak apalah, gue udah kepo banget biar sekalian nyiapin lagunya kalau lo mau.”
Aleta terdiam beberapa saat. Dia bingung. Sejujurnya dia belum menemukan jawabannya apakah dia akan membantu Riki atau tidak. Tadi sepulang sekolah dia sibuk mencari Revan tapi tidak ditemukan sedangkan Aleta juga lupa menanyakan kelas Revan.
“Lo nggak mau, ya?” tanya Riki yang melihat Aleta belum juga membuka suara.
“Eum, oh iya gue lupa nawarin. Lo mau minum apa?” tanya Aleta spontan.
“Lo beneran nggak mau, ya?” Riki kembali bertanya dan tak menghiraukan tawaran soal minum dari Aleta.
Aleta menghela napas. “Karena lo malam-malam udah ke rumah, gue mau bantu lo,” ucap Aleta.
“Yes,” ujar Riki dengan raut wajah yang sangat bahagia.
Aleta terkekeh lalu kembali menawarkan soal minuman lagi tetapi di tolak oleh Riki karena katanya dia akan segera pulang untuk memikirkan lagu yang cocok untuk mereka bawakan. Dia tampak begitu bersemangat.
Sewaktu Aleta mengantar Riki di depan pintu, Riki menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk Aleta artikan. Cukup lama dan Aleta hanya membeku sebelum akhirnya Riki tersenyum dan berpamitan pulang.
Riki meninggalkan rumah Aleta yang menyisakan aroma parfumnya, sedangkan Aleta masih membeku di tempat. Dia merasa tatapan Riki begitu menusuknya. Ada apa sebenarnya? Mengapa kini perasaannya tak tenang seolah pikiran pun enggan beralih dari tatapan itu.
***
Pagi ini Aleta sengaja datang pagi, dia berdiri di depan parkiran menunggu Revan. Sesekali dia menggerutu pada dirinya karena tidak menanyakan kelas Revan. Lalu dari kejauhan Aleta melihat motor sport milik Johan melewati gerbang dan memasuki area sekolah atau lebih tepatnya parkiran.
Motor Johan sudah semakin dekat dengan tempatnya berdiri. Aleta baru menyadari bahwa ternyata Johan tak sendiri. Dia bersama seorang perempuan yang berada di boncengannya. Namun, Aleta tidak bisa mengenalinya karena terhalang dengan tubuh Johan.
Tak lama motor Johan sudah terparkir di sebrang tempat Aleta berdiri. Johan turun setelah cewek yang di boncengnya turun, dia masih membelakangi Aleta. Sampai akhirnya turun, membuka helm sambil berbalik arah dan ternyata cewek itu adalah Pricille.
Pricille berjalan menuju Aleta setelah meletakkan helmnya di motor Johan. “Hai Al,” sapanya.
Aleta tersenyum kaku. Pikirannya masih dipenuhi mengapa Johan dan Pricille bisa pergi bersama. “Hai,” jawabnya.
“Ngapain lo berdiri di sini?” tanya Johan yang menyusul di belakang Pricille.
“Lagi nunggu orang,” jawab Aleta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish Look for Miracle | Lengkap √
Fiksi Remaja(Re-publish) Judul awal "Aleta" Kamu akan tetap menjadi mentariku kala gelap menghampiri... Kamu tetap menjadi mentariku kala malam menemani... Kamu tetap menjadi mentariku bahkan ketika dunia tak mengizinkan mentari dan bintang bersatu... Kisah...