Aleta terpaku melihat Johan ternyata ada di sini. Dia menatap tepat di mata laki-laki itu. Bahu Johan terlihat naik turun seolah dia baru saja menaiki seribu anak tangga. Johan terus menatapnya dan tak bergeming sedikitpun dari ambang pintu itu.
Aleta merasakan sesak dalam dirinya saat memandang mata laki-laki yang selalu bertengger di dalam ruang lingkup hatinya. Perlahan Aleta meneguk air liurnya saat langkah Johan mendekat ke arahnya. Dengan cepat Aleta menggenggam tangan Riki yang masih berada di sampingnya. Sementara Johan terus melankah mendekatinya dengan tatapannya yang tak beralih dari mata Aleta.
Seketika Johan menghentikan langkahnya ketika matanya beralih ke tangannya dan Riki saling menggenggam. Johan tersenyum sekilas. "Gue ke sini ngikutin Riki. Gue nggak tau kalau lo masuk rumah sakit," ujar Johan.
Aleta mengangguk. "Emang gue yang nggak nyuru Riki kasih tau siapapun kalau gue di rumah sakit." Jawab Aleta.
Lagi-lagi Johan tersenyum sekilas lalu menunduk sebentar sembari menarik napas. "Gue ke sini Cuma mau bilang gue tau apa yang Rani lakuin ke lo. Dan setelah lo masuk, dia akan mendapatkan hal yang setimpal."
"Gue nggak minta lo lakuin apapun," kata Aleta.
"Gue ngelakuin bukan buat lo. Gue ngelakuin ini karena gue ketua OSIS. Gue nggak mau ada siswa berikutnya yang menjadi korban bully lagi," jawab Johan.
Aleta hanya mengangguk. Riki menatapnya dan berkata, "Lo nggak papa? Kayanya udah waktunya istirahat. Sekarang istirahat, ya?" Riki mengatakannya dengan lembut membuat Aleta sedikit heran tapi dia baru teringat, ini mungkin bagian sandiwara atas pengakuan Riki tempo hari. "Gue permisi," ujar Johan lalu berbalik menuju pintu dan ke luar ruangan.
Saat itu juga napas Aleta melemah. Air mata jatuh dari pelupuk matanya. Tangan yang tadi dtautkannya dengan tangan milik Riki kini telah di tariknya dan menutup wajahnya. Arna mengelus pundaknya dan Aleta terus menangis sejadi-jadinya. Ternyata begitu sakit berpua-pura di depan orang yang begitu kita cintai.
Hanya ini jalan satu-satunya yang bisa Aleta lakukan untuk Johan. Dia harus bisa menahan perihnya agar Johan terbiasa tanpanya. Agar Johan melupakannya, sehingga jika waktu dia sudah datang Johan tidak akan terpukul begitu dalam. Dia begitu teramat mencintai laki-laki itu. Namun apa yang bisa ia lakukan hanya dengan cinta? Nyatanya dia tidak memiliki waktu untuk terus tetap mencintai dan berada di sisi laki-laki itu.
***
Johan ke luar rumah sakit dengan perasaan yang sangat sulit di definisikan. Melihat Aleta begitu erat menggenggam tangan Riki membuat perasaannya hancur. Apa memang benar bahwa perempuan itu tidak memiliki sedikitpun perasaan lagi untuknya? Johan menjambak rambutnya dengan kasar lalu menuju parkiran.
Johan membanting pintu mobil dengan keras. "Are you oke?" tanya Pricille. Johan tak merespons dia hanya menundukkan wajahnya di stir mobil.
Pricille memang bersamanya. Dia berniat mengantarkan Pricille pulang dan perjalanan dia melihat mobil Riki lalu dia mengikutinya karena berpikiran bisa saja Riki menemui Aleta. Ternyata memang benar Riki menemui gadis itu.
"Aleta di dalam?" tanya Pricille.
Johan mengangkat kepalanya lalu mengangguk lemah. Lalu Pricille menagkup wajah Johan menghadapnya. Johan tak menolak, dan saat itu jari Pricille mengahapus air mata yang ada di wajah Johan. "Cerita ke gue," kata Pricille.
"Emang nggak akan pernah ad ague lagi di hati dia Cille," jawab Johan dengan mata lesunya.
"Johan," lirih Pricille.
"Dia benaran sayang Riki," ucap Johan lalu dia menjatuhkan dirinya dalam pelukan Pricille.
Hatinya benar-benar terasa mati setelah semua yang ia usahakan selama ini. Harusnya dari awal dia sudah bisa menerima keputusan Aleta sehingga tak perlu selalu membuat tali harapan bahwa gadis itu akan kembali mencintainya, kembali ke sisinya.
Pricille memeluknya sambil menenagkan Johan sementara Johan menangis dalam dekapan gadis itu dan sesekali meracau. "Gue benar-benar kehilangan dia."
Hari itu adalah kali pertama Johan menangis kembali setelah sekian lama. Selama ini dia tidak pernah menangis dan hari itu Pricille menjadi satu-satunya orang yang menjadi saksi serta Aleta adalah alasan dirinya menangis.
"Kenapa gue se sayang ini sama dia? Kenapa gue nggak bisa lupain dia seperti dia lupain gue? Kenapa dia terletak sangat dalam di hati gue? Kenapa?" Johan terus meracau sedangkan Pricille tak menanggapi. Dia hanya terus memeluk laki-laki yang ada di dekapannya saat ini.
Sampai Johan tertidur dan lelah meracau akhirnya Pricille memindahkan laki-laki itu ke kursi penumpang dan dirinya mengambil alih kemudi.
***
Johan melangkah dengan lesu setelah tiba di area sekolah. Dia tak berminat menyapa setiap orang yang di lalui. Sampai teriakan Andi membuat dia harus menghentikan langkahnya. "Kenapa?" tanya Johan.
"Gue kemarin lewat rumah Aleta bareng Donny dan gue ngeliat ada orang yang pakai pakaian aneh di depan pagar rumah Aleta," kata Andi.
"Pakaian aneh?"
"Iya, dia pakai baju serba hitam dan dia berdiri cukup lama di sana pas dia pergi kita ikutin tapi kayanya dia nyadar kalau kita ikutin jadi kita kehilangan jejak dia," jelas Andi.
Johan hanya menjawab dengan anggukan lalu dia membalikkan badannya dan melanjutkan langkahnya lagi. Mungkin saja orang itu adalah tamu Aleta atau Omanya yang sudah menunggu lama tapi taka da respons dengan pemilik rumah. Dia juga pernah melakukan itu saat mencari Aleta kemarin.
Johan pun tak berniat mencari tahu mengapa dia berpakaian serba hitam atau putih mungkin saja ddia memang suka warna hitam. Johan hanya mencoba untuk tak lagi mencampuri urusan yang menyangkut Aleta atau hatinya akan benar-benar perih dari ini. Dia masih belum ingin menjadi laki-laki payah yang yang patah hati bertubi-tubi karena seorang perempuan.
"Woi, lo nggak minat mau cari tau?" teriak Andi melihat Johan hanya menyelonong pergi tanpa menggubris.
Namun detik berikutnya Johan menghentikan langkahnya. Pakaian serba hitam? Johan mengingat kembali saat dirinya tertabrak motor tempo hari. Orang yang menabraknya saat itu juga menggunakan pakaian serba hitam dan dari motifnya sudah Johan pikirkan berkali-kali bahwa ada unsur kesengajaan.
Johan memutar balik badannya dan menemui Andi lagi. "Lo lihat beneran kemaren?" tanya Johan.
"Iyalah kan udah gue bilang, ogeb."
"Ciri-cirinya?"
"Cuma itu pakai pakaian serba hitam. Gue sama Donny Cuma liat dari belakang. Oh iya, dia pakai motor hitam dan helm dia juga hitam. Platnya gue lupa tapi," kata Andi.
Johan terdiam. Benar orang yang menabraknya dan orang yang Andi dan Donny lihat adalah orang yang sama. "Lo kenapa jadi diam, woi?" Andi memukul lengan Johan.
"Gue curiga orang yang kalian liat sama dengan orang yang nabrak gue waktu itu. Semua ciri-ciri yang lo sebutkan sama."
"Serius lo?" tanya Andi.
"Kalau lo ingat no platnya bisa dipastikan lagi. Gue ingat no plat yang nabrak gue kemarin," kata Johan.
"Mungkin gue lupa tapi mungkin juga si Donny yang ingat," ucap Andi.
Johan mengangguk. "Apa ini maksudnya orang itu mengintai lo dan Aleta?" tanya Andi.
"Kemungkinan besar iya, tapi penyebabnya yang masih di pertanyakan."
...
Salam sayang
NunikFitaloka
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish Look for Miracle | Lengkap √
Novela Juvenil(Re-publish) Judul awal "Aleta" Kamu akan tetap menjadi mentariku kala gelap menghampiri... Kamu tetap menjadi mentariku kala malam menemani... Kamu tetap menjadi mentariku bahkan ketika dunia tak mengizinkan mentari dan bintang bersatu... Kisah...