Aku rekomen lagu sambil baca part ini.
Menepi by NGATMOMBILUNG
...
Aleta tetap bungkam dan hanya memperhatikan perempuan paruh baya itu berjalan menuju kantor.
Wanita yang ia sebut 'Mama' melaluinya dengan santai tanpa menoleh ke arahnya sedikitpun. Mereka hanya terpisah jarak beberapa meter. Semakin jelas Aleta semakin yakin bahwa itu benar-benar Ibunya, tapi apa yang ia lakukan di sini?
Perlahan punggung wanita paruh baya itu semkin menjauh dari pandangan Aleta. Dada Aleta terasa sesak, pelupuknya mulai bergetar menahan sesuatu yang siap meluncur begitu saja. Aleta sedikit bergeser dari tempatnya berdiri semula. Tangannya bergerak meraba dinding. Tungkai kakinya terasa lunglai.
Detik itu juga air matanya melalui pelupuk. Aleta menarik napas dalam-dalam mencoba menetralkan perasaannya meski nyatanya begitu kacau. Begitu sakit dan sesak.
Aleta memejamkan matanya dan mengembuskan napasnya. Dia tidak boleh seperti ini di sini. Dia menegapkan badan lalu berjalan menuju kelas. Meski dia ragu bisa fokus di mata pelajaran nanti.
Langkah Aleta gontai melalui pintu kelas serta tatapannya hampa. Di memorinya masih terlukis bayangan yang baru saja ia lihat beberapa menit lalu.
Sampai di bangku Aleta meletakkan tasnya lalu dia hanya duduk dan diam tak membuka suara. Pricille serta Renata selalu menanyai keadaannya tapi tak Aleta hiraukan.
Selang beberapa menit ketua kelas mengumumkan bahwa hari ini guru yang mengisi kelas berhalangan untuk hadir jadi mereka diberikan tugas. Aleta cukup lega dengan itu setidaknya dia tidak perlu membagi cabang pikirannya.
Renata kembali berbicara dengan Aleta. “Al, lo sebenarnya kenapa?” tanya Renata.
Aleta tetap menggeleng seperti sebelumnya dan disertai dengan tatapannya yang kosong. Mulutnya yang bungkam membuat Renata terus menekan dengan menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali.
“Kita keluar sekarang.” Renata menarik lengan Aleta lalu mereka keluar dari kelas.
Aleta hanya mengikut di belakang Renata tanpa menolak atau berontak.
“Sekarang lo harus ngomong sama gue,” kata Renata setibanya mereka di ruang sekretariatan OSIS.
Renata menutup pintu lalu mendudukkan tubuh Aleta di bangku dan Renata tetap berdiri menunggu jawaban dari sahabatnya itu.
“Gue nggak apa-apa Ta,” jawab Aleta setelah sekian lama bungkam.
“Nggak mungkin, Al. Dari muka lo semua juga tau kalau lo nggak baik-baik aja. Lo masih anggap gue sahabat lo nggak, sih?”
Aleta kembali bungkam.
“Al!” Renata membentak Aleta.
“Gue selama ini emang nggak lo anggep, ya. Gue bingung harus gimana dan berapa lama temenan sama lo biar lo bisa perlakuin gue layaknya sahabat. Berbagi cerita sama gue sekalipun cerita yang menyakitkan. Kalau lo emang nggak mau, oke, gue anggap nggak pernah ada kata sahabat antara kita.” Renata mengatakan semuanya dengan napas yang memburu. Dari raut wajahnya tampak sangat jelas bahwa dia kecewa.
Renata membalikkan badannya berniat keluar tapi detik itu juga Aleta membuka suara dan menghentikan langkahnya. “Gue lihat Mama,” kata Aleta dengan suara bergetar.
Aleta menunduk dalam-dalam. Air matanya sudah membanjiri wajah. Isakan mulai terdengar. Sekuat apapun dia menahan semuanya tetap saja akan runtuh. Pertahanannya selama ini runtuh dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish Look for Miracle | Lengkap √
Genç Kurgu(Re-publish) Judul awal "Aleta" Kamu akan tetap menjadi mentariku kala gelap menghampiri... Kamu tetap menjadi mentariku kala malam menemani... Kamu tetap menjadi mentariku bahkan ketika dunia tak mengizinkan mentari dan bintang bersatu... Kisah...