-
seungmin menilik arlojinya lagi dan mendapati bahwa jarum disana hanya bergerak sebanyak dua digit dari terakhir kali diperiksa. ia mendesah gusar, merasa waktunya terbuang percuma hanya untuk menunggu jam praktikum selesai.
laki-laki berkemeja flanel itu sudah seperti akan mati kebosanan saat jam menunjuk pukul sepuluh lebih dua puluh menit. beberapa orang dengan jas warna putih berhamburan keluar dari laboratorium, dan seungmin tidak bisa untuk tidak histeris saat melihat sosok sunwoo.
"sunwoo kampret—"
"ssh jangan ribut." cegah sunwoo begitu seungmin berjalan ke arahnya dengan tatap mematikan. "lo ditunggu pak hyunjin tuh."
seungmin bisa menyaksikan manik sunwoo yang beberapa kali melirik ke arah pintu dosen. ia tahu terkadang sunwoo bertingkah menyebalkan, tapi dari caranya berbicara kali ini bisa dipastikan bahwa bocah itu tidak berbohong.
"good luck, mate."
sunwoo menepuk pundaknya dua kali sebelum melontar senyum penuh arti dan melenggang pergi—larut dalam gerombolan mahasiswa lainnya.
di sisi lain seungmin bisa melihat awan berpetir tepat di atas kepalanya. hanya dengan menatap pintu ruang dosen dengan nama 'hwang hyunjin' tertulis diantara nama dosen-dosen lain, lututnya sudah terasa lemas. kepalanya terus memutar skenario-skenario terburuk yang akan terjadi begitu ia masuk.
"permisi,"
setelah bergelut dengan diri sendiri dan nyali yang entah terbang pergi kemana, seungmin mengetuk pintu kayu itu pelan, membukanya dengan gestur slow-motion sebelum melongokkan kepala ke dalam.
ia bernapas lega—sepertinya hanya ini hal baik yang terjadi hari ini—ketika di dalam ruang dosen yang berisikan beberapa meja kerja dengan tumpukan kertas yang bermacam-macam itu hanya terdapat satu manusia di pojok, mata lekat pada monitor di hadapannya.
setidaknya jika seungmin dimarahi habis-habisan, tidak ada orang lain yang menyaksikan.
"ya?"
hyunjin dengan jas tergantung di pinggir kursi kerjanya, menyahut hampir acuh tak acuh. jemarinya bergerak lincah di atas keyboard sementara fokus pandangan tidak pernah berubah dari satu arah.
seungmin mengambil selangkah maju dan dengan hati-hati menutup pintu kayu sebelum mendekat ke meja hyunjin yang paling jauh dari pandangan.
laki-laki itu menelan kasar liurnya, merasa tidak pernah segugup ini seumur hidup—tidak bahkan saat ia menyatakan cinta pada kekasihnya beberapa bulan lalu.
sementara seungmin mempelajari atmosfer yang mengudara diantara spasinya dengan hyunjin, laki-laki yang lebih tua sepertinya tidak memiliki satu persen pun keinginan untuk memulai konversasi.
kadang seungmin hanya ingin merutuk keras-keras dosennya karena hal seperti ini. padahal kan ia yang memintanya untuk datang jadi bukannya ia juga yang harusnya membuka dialog?
beberapa detik berlalu dan hyunjin benar-benar tidak memindahkan sorot matanya dari satu objek—layar laptop-nya. seungmin rasa ia bisa mati kebosanan untuk yang kedua kali jika tidak berusaha sendiri mencairkan tembok es tinggi diantara mereka berdua.
"ehm, pak hyunjin. maaf, saya yang tadi disuruh untuk menemui pak hyunjin setelah praktikum." ucap seungmin lirih dan halus—ia bahkan tidak bicara sehalus ini pada ibunya.
"hm, ya?"
seungmin menunggu, menunggu, dan menunggu. ia juga yang memulai percakapan. tapi hanya itu, hanya dua potong kata super pendek dan tidak jelas yang dilontar hyunjin sebagai balasannya.
'anjing maunya apa nih orang'.
umpatan lain di dalam hati. paling tidak seungmin tidak mengatakannya keras-keras.
"ng, iya pak. saya mau minta maaf perihal masalah tadi saya telat, tidak ikut praktikum dan malah berniat titip absen. saya mengaku salah dan bersedia diberi hukuman yang setimpal, pak. tapi tolong izinkan saya untuk mengganti praktikum hari ini di hari lain."
kalimat seungmin panjang, jelas, dan sopan. si bocah kim tersenyum, diam-diam merasa bangga akan kemampuan berbicaranya.
namun hanya berlangsung sepersekian detik, karena sekon selanjutnya mata elang hyunjin mendadak mengarah padanya—rasanya seperti disorot laser secara tiba-tiba.
"kamu ini siapa? nama belum disebut udah minta izin saja. kamu pikir mahasiswa di sini cuma satu? cuma kamu yang saya urusin?"
baik kepala maupun hati seungmin serasa disambar petir begitu lidah tajam hyunjin mengujar. maniknya melebar, tapi berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat ingin menangis atau menyumpahinya keras-keras.
"e-eh, maaf pak saya lupa. nama saya—"
"udah gak usah. saya udah tau, kamu kim seungmin kan?"
'lah anjir udah tau masih rempong nanya juga sialan'.
meski seungmin bisa memastikan mukanya memerah karena menahan emosi, ia masih memaksakan sebuah senyum kecut untuk menjawab pertanyaan retoris si dosen.
"iya, pak."
"kim seungmin yang katanya IPK-nya 4 itu?" lanjut hyunjin, tidak mengindahkan jawaban seungmin sama sekali. "wah, yang benar saja? masa mahasiswa sepintar itu attitude-nya seperti ini?"
demi celana dalam kim sunwoo yang sering tertinggal di tempat tinggalnya, seungmin benar-benar tidak punya ide antara harus mengubur diri selamanya atau menggebrak meja hyunjin dan meminta hukuman apapun saja daripada harus dipermalukan seperti ini.
alih-alih itu semua, nyatanya seungmin hanya diam. di balik bibir yang terkatup rapat, giginya saling beradu menahan kekesalan yang berapi-api. kedua telapaknya tergenggam kuat, kapanpun siap untuk melayangkan tinju jika ia diganggu sekali lagi.
hwang hyunjin benar-benar memancing emosinya.
ada selang beberapa detik yang hanya diisi oleh keheningan, dan tatapan penuh kritik dari mata elang hyunjin pada figur seungmin yang tengah berdiri di samping mejanya.
hingga kemudian ada suara kekehan bernada rendah, tidak lain tidak bukan berasal dari laki-laki yang tengah duduk bersilang kaki.
hyunjin tertawa sekilas, nadanya meremehkan membuat seungmin bahkan tidak sudi hanya untuk melirik ke arahnya sekali lagi.
"ya sudah kamu hubungi saya lagi untuk mengganti praktikum hari ini."
detik selanjutnya secarik kertas dengan dua belas angka disodorkan ke depan pandangan seungmin secara paksa, dengan usiran halus yang diujar oleh si dosen muda.
tidak mau lebih lama berada di sini, seungmin menerima kertas itu hampir dengan kasar, kemudian membungkuk sedikit sebelum keluar ruang tanpa kata.
setelah punggung seungmin menghilang di balik pintu, hyunjin tersenyum dan menggeleng pelan.
"ada-ada aja mahasiswa jaman sekarang."
-
[a/n]
i'm so sorry because correlation between title and content = 0
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙥𝙧𝙚𝙩𝙩𝙮 𝙥𝙖𝙥𝙚𝙧𝙬𝙤𝙧𝙠
Fanfictionmr. hwang is insufferably annoying and seungmin's never be able to get rid of it. ©2018