-
tw : alcohol
-
"mana lagi? ada yang luka lagi nggak?" tanya jinyoung halus setelah menempelkan plester di sudut bibir seungmin yang luka. "punggung lo sakit? tadi kan jatuh ke lantai, keras banget pasti?"
yang tengah diobati memilih untuk tidak menjawab. ia hanya menatap ke depan dengan kosong, menyaksikan perapian yang tengah dinyalakan di ruang tengah keluarga bae.
kediaman jinyoung selalu sepi, tidak seperti rumah minimalis sunwoo yang sebenarnya penuh kehangatan namun si bocah tunggal itu saja yang selalu menolak untuk dikunjungi jika kedua orangtuanya belum berangkat ke toko kue.
orangtua jinyoung jarang di rumah, sama seperti mama dan papa angkat seungmin. bedanya, seungmin semakin hampir tidak pernah melihat mereka lantaran ia tinggal memisah di apartemen. jinyoung bilang orangtuanya pulang tiap akhir pekan. frekuensi yang cukup rendah baginya untuk bisa berbagi hal sejenis quality time dengan keluarga.
langkah kaki sunwoo terdengar dari arah dapur, memecah keheningan yang semakin menjadi setelah jinyoung menghela napas pelan karena pertanyaannya berakhir tidak terjawab. dengan sekaleng bir yang ia curi dari kulkas jinyoung, sunwoo datang dengan raut muka ditekuk.
"gimana? udah puas sekarang kalo udah dipukul? udah beneran sadar kalo selama ini bego?" rutuk sunwoo habis-habisan, baru berani mengeluarkan seluruh emosinya karena sudah ada jinyoung si penengah sekarang--jika ia memarahi seungmin dengan hanya ada mereka berdua saja, bisa dipastikan pertengkaran hebat lain akan terjadi.
"hush, lo tuh kenapa sih orang lagi sakit juga." potong jinyoung--seperti yang sudah sunwoo duga.
yang masalahnya tengah diperdebatkan masih bungkam. kepalanya terasa pusing akan banyak hal--kuis yang ketiganya lewatkan tentu sudah hilang dari daftar. hatinya memanas tiap kali mengingat bagaimana berbedanya tatapan yang diberikan felix kepada changbin dan dirinya. seluruh tubuhnya sakit, harga dirinya rusak. seungmin sangat membenci situasi ini. ia benar-benar dikalahkan oleh changbin dengan sekali pukul.
"udah min, nggak usah dipikirin lagi. he doesn't deserve you and you deserve better. nggak ada gunanya mikirin orang yang udah jelas-jelas buang lo dari kehidupannya. lo juga harus buang dia jauh-jauh, oke?"
yang barusan bertutur itu jinyoung, yang menjadi objek kalimat adalah seungmin. tapi yang berdecih paling keras dan menenggak bir hingga habis kemudian tidak lain tidak bukan adalah sunwoo.
banyak. banyak sekali yang ingin sunwoo lontarkan sekarang ini kepada sahabatnya itu. ia ingin memarahi seungmin karena harus menunggu dirinya untuk terluka sebelum merelakan mundur dari medan perang. ia juga ingin memberitahunya bahwa orang seperti seungmin masih punya beribu opsi lain di hidupnya. banyak yang bisa ia lakukan selain meratapi nasib karamnya hubungan romansa tidak ideal itu.
dari lubuk hati terdalamnya, sunwoo ingin sekali mengatakan bahwa seungmin is deserved to be loved. ia adalah manusia yang baik dan siapapun yang bisa memenangkan hatinya di akhir punya keberuntungan yang tinggi.
seungmin is just that precious. sunwoo wants him to know, but he couldn't say those words easily.
lidah sunwoo terlalu kaku dan tidak terbiasa untuk mengatakan hal-hal seperti ini.
"gila." geram sunwoo saat kaleng bir keduanya habis. "young kayaknya gue bakal ngabisin bir lo hari ini. jadi lo nggak usah khawatir ketahuan sama bokap nyokap. pas mereka dateng, kulkas lo udah bersih."
alih-alih keberatan, jinyoung justru tertawa mendengar pernyataan sunwoo barusan.
"ya udah sih, gue juga pernah bilang mau traktir." balas jinyoung ria, mood-nya tiba-tiba naik karena topik pembicaraan berganti. "ambilin gue juga dong."
sunwoo yang tengah berjalan ke dapur pun mengacungkan jempolnya tanpa kata, mengiyakan untuk membuka kulkas lagi dan mengambil beberapa kaleng dari sana.
seungmin mendongak, menatap sunwoo yang dari punggungnya saja sudah memancarkan aura bahagia acap kali ia menenggak bir.
laki-laki bersurai kecokelatan itu berpikir sebentar, merasa akal sehatnya sudah hilang saat ia mencegah sunwoo kembali terlebih dahulu.
"ambilin gue juga satu."
langkah sunwoo berhenti tiba-tiba, disertai tatapan tidak percaya dari jinyoung yang duduk di sebelahnya. dua orang itu melirik satu sama lain, dengan si pemilik rumah yang masih tidak mengerti apa yang tengah terjadi dan si pembawa bir langsung menyunggingkan seringaian penuh kemenangan.
"akhirnya lo mau juga sat." ucap sunwoo, nadanya penuh kesenangan.
ia kembali membuka kulkas dan kini mengambil tiga lagi kaleng bir sekalian untuk dibawa ke ruang tengah.
jinyoung menoleh pada seungmin, setengah khawatir.
"seungmin, seriously? lo yakin nggak apa-apa? lo nggak kuat loh minum beginian."
"stop being a mom, jinyoung." potong sunwoo, kemudian dengan santai menyodorkan satu kaleng ke depan muka seungmin. "you're gonna love it, i promise."
"you don't have to do this, you know?"
seungmin meraih kaleng yang diberikan sunwoo, menatapnya kalut sebelum melirik jinyoung yang masih tidak berhenti memberinya raut khawatir.
"we're all like 21 so what the hell is wrong with that." ucap seungmin datar. "yang penting kan lo ada di sekitar gue, lo masih bisa ngontrol gue. santai aja."
dan malam itu, seungmin pun menenggak kaleng bir pertamanya, membiarkan akal sehatnya dibawa melayang hanya dengan tegukan kaleng pertama.
pak hyunjin
seungmin kamu dimana?-
[a/n]
see you guys at weekend💌
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙥𝙧𝙚𝙩𝙩𝙮 𝙥𝙖𝙥𝙚𝙧𝙬𝙤𝙧𝙠
Fanfictionmr. hwang is insufferably annoying and seungmin's never be able to get rid of it. ©2018