17 // tea between couch and carpet

2.7K 580 20
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

tw : absent parent

-

"lemon tea?" tawar hyunjin, tangannya mengangkat gelas berisi es teh lemon yang baru saja ia tuang dari wadah besar di dalam kulkas.

seungmin yang terduduk di atas karpet ruang tengah dengan tumpukan kertas laporan di depannya--mereka sepakat untuk mengerjakan tugas mereka di ruang tengah agar ada lebih banyak waktu untuk mengobrol dan act like a normal flatmate (kata hyunjin)--mendongak sedikit, menggeleng pelan untuk kembali menunduk.

hyunjin yang menyadari sorot mata seungmin meredup pun menghela napas. ia menyamankan diri di sofa, melipat kaki yang terselimuti celana kain kotak-kotak dan menyeruput tehnya sedikit.

"kamu kenapa jadi sedih banget sejak saya ajak ke makam orangtua saya? jangan gitu, saya jadi merasa bersalah." celetuk hyunjin sambil menyalakan laptop dan memangkunya.

yang ditanya tidak langsung menjawab. alih-alih ia semakin menunduk, dalam hati mengatakan bahwa seharusnya ia yang lebih merasa bersalah.

mengetahui fakta bahwa orangtua hyunjin sudah tidak ada lagi di dunia sementara si pemuda hwang bertingkah seolah ia tidak punya beban hidup, entah kenapa membuat seungmin malu akan dirinya sendiri.

ia memang tidak pernah tahu rupa orang tua kandung yang dengan tega membuangnya ke panti asuhan, tapi paling tidak ia masih punya mama dan papa angkat yang sehat, menyayanginya, dan selalu mendukungnya dalam bentuk apapun.

harusnya seungmin jauh lebih bersyukur, bukannya menangisi dan merasa menjadi orang paling tidak beruntung hanya karena sesuatu yang terjadi di masa lalu.

"you okay?" ulang hyunjin, ia bahkan sedikit menutup layar laptop-nya hanya untuk melirik ke seungmin yang masih belum berniat menyentuh setumpuk laporan praktikum yang harus diselesaikan.

seungmin menghela napas, merasa perlu melakukan sesuatu yang sama untuk berbagi cerita hidupnya kepada hyunjin.

selama ini seungmin memang tidak pernah punya orang lain untuk menjadi objek keluhan atau curahan hatinya selain jinyoung dan sunwoo. kedua sahabatnya itu sama-sama punya watak yang keras layaknya seungmin, sehingga terkadang respon yang dihasilkan tidak membantu banyak baginya.

bukannya seungmin menyimpulkan bahwa hyunjin mungkin cenderung berwatak lembut. namun setelah menyaksikan apa yang sudah dosennya lakukan selama beberapa hari terakhir tinggal seatap dengannya, seungmin kira berbagi cerita hidup dengannya bukan keputusan yang salah.

"well not really." jawab si bocah kim setelah beberapa detik berlalu. "i feel like, having more conversation with you. i want to share my story."

kalimat seungmin menarik atensi hyunjin sepenuhnya. laki-laki yang lebih tua itu kini resmi menutup laptop-nya dan mengalihkan pandangan kepada seungmin yang duduk di bawah.

"sounds good? cerita aja kalo mau."

lidah seungmin pun mulai bergerak, kini tanpa lagi ada keraguan. hatinya dingin, dan entah kenapa setiap satu kalimat berhasil terselesaikan, ada sepercik kehangatan yang menghampiri seiring senyum teduh hyunjin juga melebar.

seungmin bercerita dengan ringan. tentang kecelakaan yang dialami orangtua kandungnya, berada di panti asuhan, hingga jatuh ke asuhan orangtua yang baru. tidak lupa mengenai kejadian kemarin ketika sunwoo membuatnya mengingat masa-masa sulit itu.

"yeah, so something like that." tutup seungmin. "saya ngerasa aneh aja setelah tau orangtua bapak udah nggak ada di dunia, tapi bapak masih bisa jalanin hidup sampe jadi orang berada kayak sekarang. sementara saya, gampang banget nyerah cuma karena keinget fakta kalo saya anak haram."

"hush. siapa yang bilang kamu anak haram? mana ada istilah kayak gitu." sela hyunjin begitu dirasa cerita seungmin sudah sampai di penghujung.

seungmin mengulum bibirnya sendiri dan menghindari tatapan hangat yang disalurkan hyunjin. ia tidak bisa berlama-lama larut dalam manik kelereng itu.

ia merasa seperti akan jatuh ke dalamnya.

"seungmin, setiap anak yang dilahirkan ke dunia itu suci. nggak ada yang namanya anak haram. memang sebab kamu ada itu dari perbuatan yang haram, tapi bukan berarti bayi yang terlahir juga bisa dilabeli seperti itu." tutur hyunjin tulus. "kamu nggak boleh lagi nganggep diri kamu sebagai anak haram. kamu itu manusia yang utuh dan sempurna, sama kayak orang lain. sama kayak saya."

kalimat terakhir hyunjin mengundang tatapan seungmin lagi. laki-laki bersurai coklat itu mendongak, tanpa sadar terhipnotis oleh kata-kata positif dari hyunjin. ia tersenyum, mengikuti kurva yang dipampang hyunjin di paras dewanya sejak tadi.

"um, makasih pak. that means a lot for me." aku seungmin.

hyunjin berkedip sekali, seolah mengiyakan.

"kamu boleh cerita sama saya apapun, kalau kamu lagi sedih atau pengen curhat. saya pasti dengerin, kok."

sebuah anggukan diberikan oleh seungmin. hwang hyunjin benar-benar tidak seburuk yang ia bayangkan.

𝙥𝙧𝙚𝙩𝙩𝙮 𝙥𝙖𝙥𝙚𝙧𝙬𝙤𝙧𝙠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang