-
tw : absent parent
-
lahir ke dunia tanpa keinginan kedua orangtuanya sama sekali bukan pilihan hidup seungmin.
jika saja waktu dapat diputar balik, seungmin akan memilih untuk tidak dilahirkan sama sekali. mungkin akan jauh lebih baik jika ibunya memilih aborsi kala itu, daripada harus membuangnya ke panti asuhan sehari setelah keluar dari rumah sakit.
seungmin tidak pernah menyalahkan panti asuhan. ia selalu bersyukur akan bagaimana bunda panti merawatnya sejak bayi hingga berusia sebelas tahun dan mengantarkannya ke asuhan orangtua baru hingga sekarang.
seungmin tahu takdir tidak ada untuk disalahkan. tapi ketika mengingat bagaimana ia harus berakhir menjadi anak angkat dari orangtua yang bahkan tidak menyaksikan rupanya di waktu kecil, terkadang membuat dadanya sesak kembali.
apakah sehina itu dirinya hingga harus diserahkan ke tangan lain oleh orangtua kandungnya? apakah salah jika ia ada di dunia? apakah ia otomatis menjadi benda haram karena lahir diakibatkan sebuah kecelakaan?
apakah ia memang tidak pantas untuk dicintai?
seungmin ingin sekali membanting setirnya ke jurang selama perjalanan pulang, atau mungkin lebih sederhana, menghantamkan kepalanya sekarang juga ke dinding koridor apartemen yang tengah ia lewati.
namun sayang, seungmin masih punya orangtua angkat untuk dibahagiakan. ia masih punya beban di kedua pundak untuk setidaknya mencoba membalas budi atas kemewahan yang sudah diberikan kepadanya selama ini.
jika seluruh dunia meninggalkan seungmin, setidaknya ia masih punya dua orang untuk melabuhkan hati. mama dan papa angkatnya.
merogoh sakunya, seungmin membuka pintu apartemen bertuliskan 402 untuk kemudian melepas sepatu asal-asalan. langkahnya cepat dan lurus menuju kamar, tidak peduli akan fakta bahwa ada manusia lain yang juga tinggal di atap yang sama.
yang kemungkinan besar sedang menunggu ia pulang--karena orang tersebut masih sibuk memandangi layar ponsel di ruang tengah kendati jarum jam sudah menunjukkan dini hari.
"seungmin!" pekik hyunjin otomatis begitu seungmin lewat di depannya dengan terburu-buru. "kamu kok baru pulang? dari mana aja?"
nada hyunjin panik dan frustasi. melihat cara ia bangkit dari sofa tepat saat ekor mata menangkap siluet seungmin serta nada panggil yang tidak lagi hati-hati dan takut menyinggung, bisa disimpulkan bahwa waktu menunggu yang hyunjin lewatkan tidak bisa dibilang sebentar.
hyunjin khawatir bukan main saat mahasiswa-sekaligus-flatmate-nya ini belum mencapai apartemen hingga pukul setengah dua pagi, sederhananya.
"kim seungmin!"
hyunjin resmi membentak, terutama ketika alih-alih menjawab atau barang menengok, seungmin langsung melesat pergi ke dalam kamar dan mengunci pintunya tepat di depan muka hyunjin.
decakan keras keluar dari mulut si dosen muda. ia memang berencana sabar menghadapi seungmin untuk membuat hubungan mereka tidak lagi dipenuhi kebencian--sekaligus merasa bertanggungjawab karena ia sendiri yang sudah memancing image buruk seungmin kepadanya.
namun jika ia sudah mengerahkan seluruh sikap baik dan masih juga ditentang secara tidak sopan oleh laki-laki yang lebih muda, maka hyunjin rasa ia harus bertindak mengadili dirinya sendiri.
"kim seungmin! udah cukup ya kamu bertingkah kayak gini sama saya. kamu udah nggak sopan kalau begini caranya. saya udah khawatirin kamu sampai nggak tidur, tapi kamu noleh ke saya pun nggak." tutur hyunjin panjang lebar, tangannya tidak berhenti mengetuk pintu kamar seungmin dengan brutal. "kim seungmin i swear to god if you don't open your door i will--"
"apa?!"
pintu terbuka di tengah-tengah seruan beruntut hyunjin, menampakkan seungmin dengan mata merah dan sembab serta rambut yang berantakan.
hyunjin mendadak bungkam, tiba-tiba dirinya ditubruk rasa bersalah karena sudah meninggikan intonasinya barusan.
"kenapa? bapak mau marah-marahin saya juga? mau bilang kalau saya emang nggak pantas buat dicintai? nggak pantas ada di dunia ini, hah?" sentak seungmin sebelum sempat hyunjin membuka mulut kembali.
yang lebih tua meneguk liur gugup, takut jika kata-kata yang keluar justru akan semakin menghancurkan laki-laki rapuh di depannya.
"s-seungmin, maaf. bukan maksud saya buat bentak kamu. kamu lagi ada masalah, ya? maafin saya banget, kamu boleh cerita kalau memang kamu berkenan."
nada bicara hyunjin otomatis berubah seratus delapan puluh derajat. lidahnya melunak lagi, seiring dengan tatapan teduh yang ia berikan pada si bocah kim yang masih setengah sesenggukan.
"hiks..."
dan benar saja, dalam hitungan detik, dinding kokoh seungmin runtuh. ia menangis lagi, dengan satu tangan memegang kenop pintu sebagai tumpuan agar lutut lemasnya tidak menyerah, sedangkan tangan lainnya sibuk menghapus setiap tetesan air yang mengalir di kedua pipi.
hyunjin nyaris panik di saat-saat pertama. tetapi refleksnya yang cepat akhirnya memberi andil.
tanpa pikir panjang, hyunjin mengulurkan lengannya untuk merengkuh figur yang tengah tersedu-sedu, entah apa penyebabnya. tangan kiri memeluk pinggang seungmin erat, sementara tangan kanan mengelus ujung surai kecokelatan si bocah kim, sekaligus menenggelamkan wajah itu ke ceruk lehernya.
"nangis aja dulu, nggak apa-apa. everything will be okay, i promise."
si pemuda hwang menyalurkan kalimat semanis madu, membiarkan yang lebih muda menangis dalam pelukannya.
piyama tidurnya menjadi basah akan air mata, tapi sepertinya hyunjin tidak keberatan asalkan ia dapat membuat seungmin merasa lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙥𝙧𝙚𝙩𝙩𝙮 𝙥𝙖𝙥𝙚𝙧𝙬𝙤𝙧𝙠
Fanficmr. hwang is insufferably annoying and seungmin's never be able to get rid of it. ©2018