Hoseok's POV :
"Cheers,"
Gue ama Yoongi ngikutin gaya-gaya bule yang tos-an kalo mau minum bir. Namjoon kuat minum juga ternyata, nggak beda jauh sama makhluk astral disamping gue.
Ini Yoongi duduk mepet gue mulu. Eneg gue lama-lama. Jauhkan dia dari gue, please!
"Nggak minum?" Namjoon bertanya pada Seokjin yang isi gelasnya kosong.
"Tidak, sajangnim."
Gue merhatiin cara pandang Seokjin ke Namjoon yang-- please, jujur gue iri. Gue juga mau ada orang yang natap gue dengan tatapan penuh cinta dan kasih sayang kayak tatapan Seokjin ke Namjoon sekarang.
Hoseok juga mau...
Pas Seokjin sama gue tatap-tatapan, gue naik-turunin alis gue, ngegodain si Seokjin yang sekarang mukanya bersemu merah.
"Oh iya, kalian udah lama temenan?" Namjoon gantian ngeliat ke arah Yoongi dan Seokjin.
"Ne." / "Nggak juga."
Gue sama Seokjin barengan melotot ke arah Yoongi. Sementara Yoongi dengan santainya masang muka tak bersalah.
Padahal orang penuh dosa gitu, sok masang muka polos. Dasar dedemit.
Namjoon mengangkat alis. "Jadi?"
Seokjin bergumam. "Kami sudah saling kenal sejak SMA, sajangnim."
"Tunggu sebentar, Seokjin."
Seketika semua hening. Terfokus pada Namjoon yang keliatan kayak mau ngomong serius gitu.
"Bisa berhenti bicara formal dan memanggilku sajangnim?"
"NE?!" jerit Seokjin. Dia langsung menutup mulut, "Maafkan aku."
Namjoon jadi serbasalah. "Ya maksudku, kita berada di luar kantor, dan ini bukan jam kerja. Logisnya, kau bukan Sekretarisku di saat-saat seperti ini."
Seokjin masih memasang wajah super terkejutnya. Gue dalam hati udah loncat-loncat kek vampir cina.
Pendekatan dimulai.
"Jadi," Namjoon meminum birnya. "Diluar jam kantor, kau bisa bicara informal padaku, dan kau boleh memanggilku Namjoon saja."
Seokjin melongo. CEO The Beat baru aja nyuruh Seokjin buat manggil dia pake nama depannya?
"Namjoon-ah," tiba-tiba Yoongi ngomong. "Coba panggil gitu."
Sumpah temen gue yang satu ini ngga tau diri beneran.
"Ah, benar! Coba panggil aku begitu sekarang,"
Gue dalam hati bersyukur karena Yoongi udah ngomong kayak gitu tadi. Setidaknya dia buat jalan terbuka lebih lebar buat Seokjin makin dekat sama Namjoon.
Gue melirik Seokjin yang ngeliatin gue ragu. Gue mengangguk kecil, menyetujui hal yang diminta Yoongi dan Namjoon.
"Nam..joon-ah," lirih Seokjin.
"Nah, gitu!" Namjoon girang. "Mulai sekarang kalau diluar jam kantor atau kegiatan kantor, kau bisa memanggilku Namjoon-ah. Dan kau boleh bicara "gue-lo"."
Ini lebih dari apa yang gue harapkan. Alasan utama kenapa gue minta Seokjin buat ikut, supaya dia bisa punya lebih banyak waktu untuk ngobrol santai dengan Namjoon.
Tapi yang terjadi malah lebih dari itu. Seokjin bisa manggil Namjoon dengan informal kayak gitu adalah sebuah kemajuan yang pesat.
Mereka selangkah lebih dekat dari sebelumnya.
♢♢♢♢♢
Gue ketawa ngeliatin Seokjin yang menghela napas lega pas Namjoon pamit sebentar buat ke toilet.
"Tegang amat kek kanebo," gue bercanda.
Seokjin menutup matanya. "Kalo lo jadi gue, lo bakal tau gimana rasanya manggil bos lo sendiri pake nama depannya."
Gue ketawa kecil. "Bukannya bagus? Itu artinya garis antara lo sama Namjoon mulai menipis."
"Maksud lo?"
"Gini," gue melipat tangan di meja. "Nama panggilan itu sesuatu yang paling mendasar dalam suatu hubungan. Ketika seseorang mengizinkan kita buat manggil mereka secara "informal" itu berarti kita udah masuk jajaran orang-orang yang dianggap sebagai teman."
Mata Seokjin berbinar mendengar penjelasan gue. "Berarti..."
"Yap," gue senyum. "Lo udah mulai masuk jajaran itu. Lo udah selangkah lebih maju."
"Jangan percaya ama Hoseok. Boong dia mah," ketus makhluk astral.
Gue ngejambak rambut Yoongi pelan. "Itu mulut lo, gue cabein lama-lama."
Yoongi meminum bir-nya lagi. Mukanya udah mulai merah dan gue tau ini bocah udah mulai kobam. Sesekali dia udah mulai mengigau.
"Go go power rangers! Dengan kekuatan sihir, aku akan mengutukmu jadi upil, karena batu udah terlalu mainstream."
Dia mah kalo kobam nggak keren. Jijik jadinya.
Gue pun permisi sebentar ke toilet buat cuci muka. Kalo Yoongi udah kobam, itu artinya gue ga boleh kobam. Kalo kobam dua-duanya, entar khilaf.
Ogah gue mah khilaf sama makhluk astral.
Pas masuk toilet, gue ngeliat Namjoon yang lagi cuci tangan di wastafel. Gue senyum bentar ke arah dia dan gue masuk ke salah satu bilik.
Suara hp berdering dan gue yakin itu hp-nya Namjoon.
Soalnya hp gue di tas.
"Halo. Ah iya, aku lagi nongkrong sebentar. Kamu udah makan? Okay, sebentar lagi aku pulang. Iya sayang..."
Suara Namjoon menghilang bersamaan dengan suara pintu toilet yang terbuka.
Iya sayang.
Kata-kata Namjoon terngiang di kepala gue.
Hari ini, dua kali dia manggil seseorang dengan kata "sayang".
Gue mengintip keluar bilik dan mendapati toilet yang kosong.
Kalo Namjoon punya pacar, apa Seokjin tau?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE COMBS ▪️
Hayran Kurgu[Completed] Hai, gue Jung Hoseok, CEO dari The Combs, perusahaan jasa paling kece di dunia. Bergerak di bidang yang anti-mainstream, gue udah menangani banyak kasus dari klien gue. Ada 3 kasus paling berkesan buat gue. Dan ini adalah kasus paling be...