13: The Dark Dandellion

2.3K 101 1
                                    


Jika sedang mengalami banyak masalah seperti ini, biasanya Drexa akan ke markas besar The Dark Dandellion.

The Dark Dandellion sendiri sudah Drexa bentuk sejak menduduki bangku sekolah menengah pertama. The Dark Dandellion mempunyai lebih dari seribu anggota yang berasal dari seluruh sekolah dikawasan Ibukota. Tak heran jika mereka adalah geng paling terbesar yang ada di Jakarta.

Markas ini sebenarnya lebih menyerupai sebuah rumah mewah jika dilihat dari bentuknya. Perlahan tapi pasti, Drexa melangkah memasuki markas setelah memarkirkan lambhorgini kesayangannya.

"Uwahh, lihat siapa yang datang." Suara seseorang menyambutnya, Drexa tak menghiraukannya dan langsung duduk begitu saja.

Drexa mengedarkan pandangannya dan hanya melihat selain Delio-cowok yang menyapanya, ia hanya melihat Allard dipojokan sedang memainkan ponsel.

Drexa mengernyit, bisanya markas ini selalu ramai dengan bacotan unfaefah anak buah Drexa.

"Anak-anak mana Del?"

"Anak yang mana nih? Anak kita maksud lho?"

Jedakk

"Shhh, sakit goblok."

"Mesum lo tolol."

"Lah salahin diri lo sendiri yang nanya gak bener. Lagian otak gue gak ngarah kesana. Mungkin." Kekeh Delio.

"Bacot."

"Iya gue emang bacot, terus lo mau apa?" Tantang Delio yang kontras dengan sikapnya yang kini bahkan berani mengacak lembut rambut sang monster.

Drexa mendengus, ia tanpa aba langsung menarik tangan Delio, kemudian membantingnya keras.

"Anjirrr tega banget." Ringis Delio.

Drexa nampak tak peduli. Ia mendecih sinis.
"Salah lo yang berantakin rambut gue."

Rupanya itu mampu menarik atensi dari seseorang yang sejak tadi berkutat dengan ponselnya. Ia berjalan mendekat dan dengan enteng merangkul bahu Drexa.

Drexa menoleh cepat, mendapatkan seseorang dengan senyum lebar menatapnya.

"Lepasin tangan jahanam lo dari pundak gue Allard!" Ketus Drexa.

Allard terkekeh, "Lo bahkan jauh lebih jahanam dari gue Angel."

Allard tak peduli meski ia mendapat pelototan tajam dari Drexa.

Delio yang sudah bangun mencebikan bibir, "Lo pilih kasih, Allard gak lo banting."

Allard menatap Delio dengan wajah mengejek, "Derita lo."

Delio hanya bisa berdecak kesal, Drexa sendiri sudah geram.

"Al!"

"Yeah babe."

Bugh!

"Shit!"

Allard mengumpat karena tonjokan Drexa yang tiba-tiba. Membuat ujung bibirnya memar, Allard yang kesakitan reflek melepaskan rangkulannya.

"Hahahhahahaha, rasain lo kena azab! Kalau disinetronkan judulnya Azab kena ciuman maut dari bos berakhir mati diranjang. Hahahaha." Sungguh, Delio terlihat puas sekali melihat Allard kena bogem mentah dari sang ketua.

Allard mendengus sebal, ia menatap Drexa memelas." Sakit sayang."

Rupanya Allard tak kapok juga, Drexa hendak menarik kerah bajunya, sebelum suara seseorang menyapa.

"Drexa?"

Drexa reflek menoleh saat namanya disebut. Tepat lima meter dihadapannya, seseorang yang memiliki eye smile itu menatap Drexa tak bisa diartikan.

AnDREaXATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang