27: Party

1.9K 84 0
                                    

Hingar bingar suara club ternama yang hari ini Drexa kunjungi tampak lebih berwarna. Sebenarnya, ia sangat malas datang kepesta ulang tahun atau semacamnya kalau saja Chenai tak memaksanya untuk menemaninya. Lagipula, ia sama sekali tak mengenal teman Chenai, ia tak peduli.

"Xa, lo mau ikut gue congrats temen gue?"

"Gak. Gue males basa-basi."

Chenai terkekeh, "Yaudah, lo cari tempat nyaman sana. Lo bukan cewek amatiran yang gak kenal tempat ginian kan?" Chenai tertawa mengejek.

"Mati sana lo!"

"Yaudah babe, byee. Jan ilang lo."

Drexa memutar bola mata malas saat Chenai sudah pergi. Tatapannya menelisik sekitar. Sepertinya club ini memang sengaja disewakan khusus untuk pesta anak muda khas kekinian.

"Woeee!"

Drexa tersentak saat seseorang memukul bahunya dengan beringas, ia berbalik, menatap tajam pada seorang cewek yang terlihat sangat jadi-jadian.

"Ikut gue kuy. Disini berisik." Ujarnya sedikit berteriak.

Drexa mengenalinya, ia mengikuti kemana gadis itu pergi. Mereka memasuki ruang khusus yang terlihat tak sebrisik tadi.

Mereka duduk disalah satu sofa diruangan tersebut.

"Ngapain lo disini bitch?" Tanyanya sumringah.

Drexa memutar bola mata malas, "Bitch teriak bitch."

"Lagian lo sendiri ngapain disini?"

"Loh, gue nge-dj seperti biasa. Gue dapet undangan dari mereka. Lumayan njing, keknya anak holkay."

Drexa terkekeh, "Cih, kenapa lo gak jual tubuh aja sih?" Drexa menyarankan hal laknat.

Kali ini, giliran gadis itu yang mendelik galak. "Bangsat. Boleh juga sih."

Mereka tertawa.

"Lo kenapa gak jual aja mata lo Xa? Kan lumayan buat nebus dosa sama nyokap lo."

Drexa ngakak, "Seperti biasa, lo emang manusia paling buruk yang pernah gue temui Cassandra Jill."

Dia yang dipanggil Cassandra, mendelik." Casey. Panggil gue Casey bodoh!"

Drexa menatapnya hina, "Lo gak waras."

Casey tergelak, "Lo juga. Menjadikan seseorang yang notaben sebagai kakak tiri lo sebagai poros dunia. Sakit jiwa emang lo."

Drexa berhenti tertawa, menatap sebentar sebelum akhirnya mengukir senyum miring mematikan, "Dan lo bisa mati kalau sampe kakak pungut lo ninggalin lo kan? Dasar anak pungut."

Mereka sama-sama ngakak.

Saling menceritakan satu sama lain, kemudian menjadikan masalah mereka sebagai lelucon dan bahan hinaan.

Sudah biasa.

"Btw Xa, gue mau cerita nih."

Mereka berhenti tertawa.

"Gue dipungut lagi sama seseorang sialan yang maksa gue nandatangi kontrak."

Drexa semakin menyunggingkan senyum hina, "Nasib anak pungut kek lo. Mungkin karena mereka ngeliat lo sebagai sampah yang harus dibuang pada tempatnya."

Casey menggeplak kepala Drexa, salah satu orang yang tak akan Drexa hajar jika berani bermain api dengannya.
"Lo kalo mgomong,......emang suka bener ya bitch."

Drexa menoyor kepala Casey pelan, "Sekali lagi lo main geplak, gue bunuh lo."

Casey mencibir, tak peduli. "Xa, dia kayaknya berduit banget. Dia........nyelamatin gue dari bandit yang miara gue dulu." Meski Drexa menghinanya, Casey tetap saja bercerita.

Drexa memeberinya sorot tertarik, "Kenapa gak lo pacarin aja sih?"

Casey menggeleng.

"Masalahnya........dia punya nama yang sama kayak gue."

Drexa mengangkat sebelah alis dengan cool, semakin tertarik. "Sama?"

Casey mengangguk, "Iya. Namanya itu Ja---"

"Cassandra!"

Mereka sama-sama menoleh, menatap seorang pria berpakaian kasual yang menyorot salah satu dari mereka dendam.

Pria itu mendekat kearah mereka. Drexa menahan tawa saat melihat siapa pria yang dikenalinya itu. Ah, Casey pasti akan sangat menderita.

Wajah gadis itu bahkan terlihat memucat. Sangat lucu bagi Drexa.
Membuat Drexa ingin melemparkan stilleto milik mamanya yang sangat tinggi.

Elvanio, kakak Casey yang bak seorang singa kelaparan kini tengah berdiri dihadapan mereka. Menghujani Casey sorot tajam.

"Mampus lo Sey." Bisik Drexa bersiul kecil.

"Pulang!"

Casey menelan ludah gugup, cewek itu berdoa agar Elvanio tak sampai mengetahuinya.

"El, gue---"

"Kamu mau aku gendong Cassandra?! Pulang!"

Casey menatap Drexa, seolah lewat tatapan mata mengisyaratkan ; gue-gak-bisa-pulang-sekarang.

Drexa sebenarnya tak mau ambil peduli, tapi karena berpikir ia akan menagih utang budi Casey padanya, ia dengan ogah-ogahan membuka suara.

"Eumm....siapa nama lo ya....El...El?...Elvanio kah?"

Atensi Elvanio beralih pada Drexa, menatap Drexa dingin.

Drexa menggaruk kepala sok gugup, "Lo jangan khawatir, Casey aman sama gue. Gue bakal lindungin dia sampai titik darah penghabisan."

Casey menepuk jidatnya, ia berpikir bahwa gadis bodoh yang menyamar sebagai sahabatnya itu semoga tak semakin membuat Elvanio geram.

Elvanio memandang Drexa rendah, "Anak kecil kayak kamu, gak usah ikut campur."

Ah, jika saja Drexa tak berniat mengambil keuntungan dari situasi ini, ia akan mencekik cowok sialan ini sekarang juga.

Drexa mengukir senyum manis, "Tetapi anda juga jangan ikut campur urusan anak muda."

Casey ternganga, makin khawatir jika perkataan Drexa akan semakin membuat masalah rumit.

Elvanio memberikan senyum menghina, "Dia adik saya. Kamu hanya temannya. Jangan ikut campur urusan keluarga kami."

Drexa bersiul menyebalkan, "Pantes Casey gak mau pulang."

"Casey?"

"Iya, dj terkenal itu."

Drexa mati-matian menahan tawa saat Casey menatapnya galak. Sangat menghibur.

"Dj? Apa maksud kamu?"

"Gak. Gue cuma ngawur aja tadi. Pantes Cassandra gak betah dirumah lo. Dia kan terbiasa bebas dijalanan. Lo ngekang dia sih kayak anjing......ya meski dia emang anjing."

Sumpah demi apapun, Casey sangat ingin mendorongnya kejurang sekarang juga. Drexa kejam dan sangat kurang aja.

Tetapi mampu membuat Elvanio bungkam.

Elvanio menatap Casey sebentar.

Ia menghela nafas kasar.

"Tiga puluh menit. Dalam tiga puluh menit kamu gak pulang, aku gak segan nyeret kamu pulang Cassandra." Kemudian Elvanio melenggang pergi begitu saja.

Drexa menyemburkan tawanya, sesangkan Casey menghela nafas lega.
"Lo utang budi ke gue Sey. Sampe gue mati juga bakal gue inget."

Casey lagi-lagi mencibir tak peduli, "Masa bodo. Gue mau menikmati tiga puluh menit gue yang berharga." Kemudian Casey ngacir begitu saja.

Drexa terkekeh. Untung tak ada golok atau parang atau sejenisnya didekat Drexa. Karena sekarang,.......Ah, Drexa sangat ingin membunuh gadis tak tahu diri itu.

******

Happy Reading. Don't forget to vote;)






AnDREaXATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang