Sepanjang hidup Gabriel, memiliki sahabat seperti Gafa, Keyl, dan Nevan adalah anugrah yang paling Gabriel syukuri.Walau terkadang tingkah mereka diluar batas, menjengkelkan, juga tak bisa ditebak, namun tak dapat Gabriel pungkiri, bahwa mereka adalah sahabat paling pengertian yang pernah Gabriel miliki.
Gabriel juga sangat bersyukur karena ia termasuk anak beruntung. Sudah memiliki kasih sayang melimpah dari orang tua, tak sekalipun Gabriel merasakan menjadi anak broken home seperti yang lainnya walau Adi dan Kezia super sibuk sekalipun.
Tetapi tetap saja, mereka saling mengerti. Persahabatan yang mereka jalin seolah sudah membuat tali tak kasat mata tersampul hingga satu sama lain dapat merasakan jikalau salah satunya ada yang terluka.
Termasuk saat hari itu...
Dimana Gabriel seakan kehilangan hatinya.
Cowok berhodie putih berlari disepanjang koridor. Pikirannya kalut. Jantungnya berdetak saking kencang hanya karena memikirkan satu nama.
Dia yang menjadi tonggak hidupnya sedang bertahan dibalik ruangan serba putih yang tidak memboleh siapapun memasukinya.
Ia melihat keluarga Shefa. Disana ada ibu dan ayah Shefa.
Tetapi Gabriel bahkan tak berani menyapa setelah jarak mereka hanya terpaut dua meter.
Ibunya menangis, sementara ayahnya sedang mencoba menenangkan istrinya.
Mereka bahkan tak menyadari kehadiran Gabriel.
"Pa...aku gak mau Shefa kenapa-napa. Dia putri aku satu-satunya. Dia anak sematawayang kita pa..."
"Iya ma...sabar...dia lagi berjuang disana..."
Gabriel gemetar. Shefanya pasti sedang kesakitan. Cewek sok kuat itu pasti senang bisa membuatnya gila dan kacau seperti ini.
Sejak mendapat kabar dari seseorang yang bahkan tak Gabriel kenal yang mengatakan Shefa tertusuk, Gabriel mulai hilang akal.
Ia tanpa peduli keadaan yang saat itu juga sedang tak sehat segera kerumah sakit setelah si nomor tak dikenal mengirimkan alamatnya.
Dan disinilah ia sekarang. Tak berani menunjukan wajahnya karena Gabriel rasa ia tak becus menjaga gadis kesayangannya.
Hingga dalam kecemasan, dokter keluar ruangan. Wajahnya yang berkeringat menggeleng lemah.
Gabriel tahu itu bukan kabar baik.
Shefa...dia...meninggal.
Orang tua Shefa segera memasuki ruangan. Bisa Gabriel lihat bagaimana hancurnya orang tua Shefa.
Gabriel semakin gemetar. Kakinya bagai jelli. Ia tak mampu bertahan. Kehilangan adalah hal yang paling Gabriel benci.
Ia terduduk dilantai rumah sakit. Sebulir cairan bening mengalir dari salah satu sudut matanya. Ia mengepalkan tangan dan meninju lantai rumah sakit. Begitu seterusnya sampai entah kapan Gafa, Keyl, dan Nevan datang.
Gafa membangunkannya paksa. Menyeret Gabriel duduk dikursi dekat mereka.
"Lo apa-apaan Gabriel?! Tangan lo berdarah goblok!"
Gabriel tak peduli. Nevan dan Keyl diam. Mereka ngeri melihat bagaimana Gafa yang biasanya sangat tenang bagai air tanpa riak bisa sampai semurka ini.
Dan penyebabnya....hanya karena Gabriel menyakiti dirinya sendiri?!
Gabriel tetap menunduk. Keadaan cowok itu sangat berantakan. Wajahnya yang pucat karena sakit semakin pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnDREaXA
Teen FictionJika Tuhan menanyakan dua hal termustahil yang ingin Drexa minta, Drexa hanya ingin Levindra kembali menjadi kekasihnya. Lalu melenyapkan eksistensi Gabriel untuk selamanya. Yang Levindra tahu, semenjak orang tua mereka memutuskan menikah, Drexa mem...