Drexa pov.
"Shit!"
Anjirr, hari ini gue bener-bener dibuat gondok sama orang tolol yang ngempesin ban mobil sebelah kanan kiri depan punya gue. Padahal gue yakin, gak ada seorang pun yang liat gue bawa mobil.
Apesnya lagi, gue gak bawa ban cadangan. Selain itu, gue gak mungkin telfon Levin, karena setelah kejadian dimobil itu, gue minta Levin jangan jemput gue.
Jadilah hari ini gue nelfon bawahan mama dan suruh dia ngambil mobil gue.
Gue terpaksa nunggu digerbang sekolah kayak jomblo karatan begini.
"Hey Xa!"
Seseorang dengan kurang asemnya tiba-tiba nampol pala gue. Membuat gue mendelik kearahnya.
"Sakit bego."
Well gue emang gak punya temen disekolah ini, tapi bukan berarti gue gak punya temen dari sekolah lain.
Namanya Chenai, si cewek mata sipit yang biasanya sampai bisa bikin gue naik darah disetiap kemunculannya.
"Hehe maaf bebepku cayank. Cieee sendiri aja. Gak laku ya lo?"
Tuh kan, memang minta digampar nih anak.
Gue natep dia sinis, ngelengos.
"Cieee ngambek. Duhh kaciannn banget lo bebz. Yuk sama gue aja."
Gue mendengus sebal. Bikin gondok aja.
"Najong lo. Pergi sana! Lo lagian kenapa tiba-tiba bisa ada disini? Muncul dari dunia mana lagi lo?!"
"Ehh busyett, lo kata gue makhluk halus."
"Lah nyadar lo."
"Ishhh lagian gue juga gak mau sih lesbian sama lo. Gue tuh ngajak lo nebeng. Kurang baik apalagi gue hah?" Ujarnya menepuk dada bangga.
Gue heran sama ini cewek sableng. Dia itu selalu sepadan sama gue kalau tanding balapan. Iya, dia anak motor dan gue kenal dia saat dia nantangin gue tanding. Permainanya emang profesional dan keren banget, gue akui itu. Tapi untuk masalah otak, gue yakin gak ada seorangpun yang percaya kalau dia itu salah satu queen racing. Gak meyakinkan banget sumpah.
Raut wajahnya tuh kayak ada tolol tololnya gimana gitu.
"Lagian gue juga gak mau nebeng sama lo. Yang ada gue ikutan gak waras!"
"Cieee yang gila teriak gila."
"Cih, terus ngapain lo masih disini, pergi lo jauh-jauh dari hadapan gue. Enyahh!!"
"Anjir kayak ngusir ayam lo ya."
"Emang. Wajah lo bener-bener buat mata gue iritasi. Gue heran kenapa Tristan mau pacaran sama lo."
Well Tristan itu emang goodboy setahu gue dari pertemuan awal sama dia. Dan gue heran kenapa black demons from the hell kayak Chenai bisa dapet goodboy begitu.
Tapi kalau dipikir wajar sih, goodboy yang sikapnya dewasa kayak dia pasti bisa ngendaliin bocah absurd nan gelo kayak Chenai.
"Jahad. Tristan love me just the way i am. Dia gak kayak pacar gue sebelumnya. Dia gak pernah buat gue merasa buruk dan harus mengubah diri. Such a prince from the heaven! Pokoknya tuh, he treat me like i'm the only girl in the world!"
"Lebai lo. Dia paling juga nganggep lo kayak anak primata yang memang harus dilindungin. He's not treat you, he just take care of you."
"Bego lo. Ngomong sama lo bikin emosi. He's not what you are thinking about him. At least, he better than you Drexa."
"And he's the unlucky person because he've met with the worst girl in the world! Such of you!"
"Anjayy selalu kalah gue adu bacot sama lo. Mati sana lo!"
"Daripada gue copot sepatu gue yang kebetulan kebesaran dan nemplok dikepala lo, you better go away from me. Go to the hell!"
Chenai malah ketawa ngakak.
"Nothing's funny!" Nyebelin banget anju.
"Ohh baby you're so fucking hillarious! Where do you think i came from! Hahahhaha."
"Just tell to yourself you're the fucking baddas girl and i wish i never seen you anymore."
"Hahahaha. Okey okey. But, i think you have forgotten where were you came from, the devil of the death! Bye-bye!"
Emang tuh anak gak bakal pergi kalau dia gak bikin gue gondok sampai puas.
Gue menghela nafas lega sambil komat-kamit kayak dukun lagi baca mantra untuk mentabahkan segenap jiwa dan raga gue.
Tetapi belum selesai gue baca kalimat ajaib, tiba-tiba mobil fortuner putih berhenti tepat disamping gue. Si pemilik membuka kaca mobilnya dan terlihatlah seseorang yang wajahnya rada gak asing buat gue.
"Eh, elo cewek yang gue temuin deket semak kan?"
Gue mencoba mengingat dan ah gimana gue bisa lupa. Dia itu.....
"Dio?"
"Lah masih inget nih bocah. Ngapain lo ngegembel didepan gerbang gitu?"
Anjir.
Gue mendengus, "Mau gue goyang disini juga bukan urusan lo."
Dio malah ngakak.
"Kalau lo goyang disini gue pantengin lo sampai lo selesai."
Cih, semua laki-laki emang mesum. Semuanya kecuali Levin.
"Ngapain lo disini? Pergi sana!"
Oke, gue tahu kalau gue gak tau diri. Tapi sekarang gue emang lagi badmood setelah kepergian si kereta api Chenai ekspress itu.
"Kok jahad? Awas cantiknya hilang loh."
"Masa bodo."
"Eh, tapi lo emang selalu jelek sih."
"Persetan!"
"Galak banget kek mak lampir."
"Ck!"
"Iya-iya jangan ngambek gitu,--"
"Gue gak ngambek bego."
"Oke-oke. Daripada lo nunggu disini kayak nunggu jodoh dari langit yang pastinya lama, mending lo ikut gue."
Gue terdiam. Berpikir kalau perkataan Dio ada benernya juga.
"Mau gak lo?" Sentaknya.
"Yaudah kalau lo maksa."
"Siapa yang maksa elo bego?!"
Gue hanya mengedikkan bahu acuh dan kemudian naik kemobilnya meninggalkan sekolah.
******
Happy Reading.;)
Don't forget to voment and follow me.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnDREaXA
Teen FictionJika Tuhan menanyakan dua hal termustahil yang ingin Drexa minta, Drexa hanya ingin Levindra kembali menjadi kekasihnya. Lalu melenyapkan eksistensi Gabriel untuk selamanya. Yang Levindra tahu, semenjak orang tua mereka memutuskan menikah, Drexa mem...