22: Thanks

2K 90 1
                                    


Dio mengantarkannya tepat didepan pintu gerbang rumahnya. Ia turun dari mobil dan dengan tak tahu diri melakukan gerakan mengusir.

"Udah ye. Lo gak usah mampir. Gue lagi males."

Dio mendelik, "Dasar cewek geblek. Lo tuh seharusnya bilang makasi kek udah dianterin sama gue atau setidaknya tawarin gue mampir kek, ini malah langsung ngusir."

Drexa mendengus, "Emangnya siapa tadi yang maksa gue?"

"Untung sepatu gue gak longgar ya, minta digampar emang lo. Siapa yang maksa elo tolol?!"

"Kok lo ngegas sih?! Ya, elo kan gak memberikan gue pilihan."

Dio mengelus dada, mencoba bersabar.

"Setan emang lo jadi cewek."

"Makasi."

"Gue gak muji tolol."

"Sama-sama."

Dio mengacak rambut frustasi, menghela nafas lelah, "Gak guna emang bicara sama monyet."

Drexa malah menyengir lebar, "Berarti lo juga monyet dong karena bicara sama gue."

"Bodo Xa, bodo!"

Dio kemudian tancap gas begitu saja, enggan ikutan tak waras.

Drexa sendiri hanya terkekeh, Dio ternyata jauh lebih asik jika sedang seperti ini.

Ah, Drexa jadi ingin mendorongnya kedalam sumur.

Drexa memasuki rumah dengan langkah riang, sembari bersenandung kecil.

"Siang baby."

Drexa menghentikan langkahnya saat dilihatnya Levin yang tengah menyunggingkan senyum lebar. Drexa bergidig, berpikir bahwa Levin sedang kesurupan. Ia hendak berlari, tetapi Levin keburu menarik tasnya persis bak anak kucing dan menyeretnya kemeja makan.

Mereka memang gila.

Levin mendudukannya kemudian duduk disebelahnya.
"Gue udah masak buat lo."

"Masak? Tumben."

"Ya gue kan mau nyambut lo Xa."

Drexa menadangnya ngeri, "Lev?"

"Hm?"

"Lo.....waras?"

Levin terbahak, Drexa sangat polos.

Sepolos batu kerikil yang belum diasah.

Bagaimana bisa orang gila menanyakan tentang kewarasan orang lain?

Levin menggeleng, ia menatap Drexa manis.

Drexa mendesah pelan, "Pantesan." Gumamnya.

"Makan Xa."

Drexa menatap apa yang dimasak Levin. Dari baunya saja sudah enak. Ah, Levin memang pandai memasak.

Tetapi....Drexa masih kenyang.

Namun walau bagaimanapun, Levin sudah rela memasakannya seperti ini.

Tak mungkin kan Drexa sia-siakan?

Dengan penuh semangat, Drexa mengangguk. Mulai mengambil setengah dari semua masakan yang ada yang sebenarnya termasuk banyak jika dimakan hanya dua orang.

Dasar.

********

"Woi Lev?!"

"Njirrr."

Levin mengelus dadanya kaget, saat secara tiba-tiba seseorang mengagetkannya yang lagi menyusun sebuah lagu. Fyi, Levin suka menyusun nada menjadi alunan melodi dalam gitarnya.

AnDREaXATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang