Ting tong!Suara bel rumah bergema. Seseorang yang sedang duduk diruang tamu sembari membaca buku mengernyit.
Ia melirik jam sebentar.
Pukul setengah sepuluh.
Siapa yang bertamu? Apa itu orang tuanya? Seingat Gafa orang tuanya sedang di Swedia untuk mengurus masalah perusahaaan yang sedikit kacau. Jadi tidak mungkin kan itu orang tuanya?
Bi Anum, kepala PRT dirumahnya tergopoh-gopoh datang dari dapur kearah ruang tamu. Gafa menghentikan, "Biar aku aja bi."
Bi Anum menoleh, mendapati sang tuan muda sedang tersenyum kecil. Otomatis bi Anum ikut tersenyum.
"Yaudah, bibi kembali ke dapur ya Den."
Setelah mendapat ijin, Bi Anum kembali pada pekerjaannya yang sempat tertunda. Gafa berjalan kearah pintu dan membukakan pintu untuk melihat siapa kiranya sang tamu.
"Gafa!"
Gafa tertawa kecil saat seseorang dihadapannya menyengir lebar.
"Gabriel. Kenapa lo tumben ga ngabarin kalau mau dateng?"
Gabriel menggeleng, "Kejutan!"
Lalu Gabriel masuk begitu saja tanpa ijin. Gafa sama sekali tak pernah mempermasalahkan sikap Gabriel atau sahabatnya yang lain. Ia selalu memaklumi.
Gafa menyusulnya. Mereka duduk diruang tamu.
"Keyl sama Nevan gak ikut?"
Gabriel menggeleng,
"Mereka gak tahu kalau gue kerumah lo.""Loh, tumben."
"Nanti mereka bikin kacau dirumah lo. Makanya gak gue ajakin. Baik kan gue?"
Gafa tersenyum simpul. Tingkah Gabriel, Keyl, atau Nevan sebenarnya menjadi hiburan tersendiri untuknya. Bagi Gafa mereka itu lucu.
"Kalian yang bikin kacau. Lo juga Gabriel."
Gabriel mencibir, "Tapi gak seberantakan atau sehancur yang Keyl dan Nevan lakuin. Rumah lo mendadak kayak kapal terbelah kalau mereka datang."
Gafa mengangguk, "Hemm, terserah lo aja."
"Nevan sama Keyl itu messed. Cowok berantakan. Broken home. Terparah, mereka anak tunggal."
Gafa terdiam sebentar. Lalu tak lama mengukir senyum ramah, "Bukan cuma mereka, kita semua anak satu-satunya kan?"
Kini Gabriel yang terdiam.
Ia lupa jika ia memang anak semata wayang. Entah bagaimana semesta bekerja, sahabat terdekat Gabriel alias mereka semua tak satupun memiliki saudara.
"Mereka gak messed kok. Tingkah kalian emang selalu bobrok. Gak ada bagus-bagusnya."
Gabriel mencibir, "Emang lo sendiri gimana? Bagus gitu? Gue bahkan yakin lo nyembunyiin banyak hal dari kami."
Gafa tercenung.
Gabriel itu...
Ia kembali menciptakan lengkungan yang menyiratkan banyak hal rahasia dibalik keramahannya, "Apa sebegitu keliatan?"
Gabriel sok berpikir, "Enggak sih."
Ia menyengir, kembali mengimbuhkan. "Enggak tau."
"Yang pasti, apapun itu bukanlah hal yang penting Gabriel. Gak perlu dipikirin."
Gabriel menatapnya tak peduli, "Siapa yang mau mikirin? Gak penting. Lagian gue sama yang lainnya percaya sama lo. Lo itu....kayak kakak kami. Kami percaya, sebagaimana halnya kami yang percaya sama lo, lo pasti juga sebaliknya. Jadi...gak ada alasan untuk mencurigai kan Gaf?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AnDREaXA
Teen FictionJika Tuhan menanyakan dua hal termustahil yang ingin Drexa minta, Drexa hanya ingin Levindra kembali menjadi kekasihnya. Lalu melenyapkan eksistensi Gabriel untuk selamanya. Yang Levindra tahu, semenjak orang tua mereka memutuskan menikah, Drexa mem...