Drexa pulang malam lagi.
Semenjak kejadian dua hari yang lalu Levin baru sekarang melihat gadis itu karena Drexa menghindarinya tanpa ia tahu penyebabnya.
"Drexa."
Langkah kaki itu terpaksa tertahan saat Levin tak memberi pilihan. Ia mencekal pergelangan tangan Drexa namun tidak kuat.
"Ini udah jam berapa? Kenapa lo baru pulang?"
Drexa hanya menunduk dalam.
Terdengar helaan nafas berat dari Levin. "Xa, boleh gue bicara sebentar?"
Tanpa menunggu persetujuan Levin langsung menariknya lembut ke sofa diruang tamu.
Drexa tetap menunduk.
"Drexa, sebenarnya lo kenapa menghindari gue?"
Drexa menggeleng.
"Drexa, apa gue ada salah sama lo?"
"..."
Levin menggenggam pergelangan tangan Drexa. Membuat Drexa menatapnya.
"Setidaknya jangan cuekin gue kayak gini."
"Gue cuma mau sendiri."
Drexa akhirnya angkat bicara. Entah mengapa Levin merasa sudut hatinya berkedut nyeri. Drexa seolah mengusir kehadirannya.
Levin tersenyum kosong, "Gue gak bakal mempermasalahkan lo pulang malem lagi. Tapi asal lo tahu, gue khawatir sama lo. Gue khawatir lo jauh dari jangkauan gue. Karena gue sayang lo."
Drexa tercenung. Dia ingin bertanya apa maksud Levin yang mengatakan bahwa cowok itu 'khawatir' Drexa jauh dari jangkauannya. Tetapi bibir Drexa yang hendak terbuka kembali dikatupkan, ia mengabaikan pertanyaan dalam benaknya karena lebih terbuai oleh rasa hangat yang seketika menjalar.
Drexa merasa dipedulikan.
Drexa merasa dicintai.
Drexa merasa di inginkan.
Drexa memeluknya secara tiba-tiba. Untung Levin tak kehilangan keseimbangan.
Sejujurnya Drexa sangat merindukan Levin. Tetapi gengsi cewek itu menahannya. Tak berlangsung lama, karena Levin sangat mudah meluluhlantakan gengsinya.
Singkatnya, Drexa rela terlihat murahan jika sudah menyangkut Levin.
"Gue sayang lo Lev. Gue cinta sama lo sekalipun lo gak cinta gue."
Levin mengeratkan pelukannya, ia mengelus pucuk kepala Drexa. Bibirnya mengukir senyum tanpa arti dengan pandangan yang menyiratkan kehampaan.
"Gue tahu itu. Gue tau lo gak bisa berhenti cinta sama gue. Karena kalau lo berhenti, gue bakal buat lo lebih jatuh dari ini."Bisikan lirih Levin tak Drexa sadari artinya. Cewek itu terlalu tenggelam dalam cintanya.
Tak lama Levin melepaskan pelukan mereka. Ia kembali memasang senyum hangat.
"Kamu istirahat. Keliatan capek banget soalnya."Drexa mengangguk. Ia tak membantah dan langsung berjalan menuju kamar.
Levin menatap punggung Drexa yang menjauh. Sesaat ia terlempar pada percakapan dirinya dengan sang 'mantan sahabat' tadi siang.
Mereka saling berhadapan.
Setelah hampir dua tahun tidak bertemu, mereka kembali saling menatap.
Levin yang kala itu pulang sekolah paling akhir karena harus mengurusi tugasnya sebagai ketua OSIS tidak menyangka akan melihat Si mantan sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnDREaXA
Teen FictionJika Tuhan menanyakan dua hal termustahil yang ingin Drexa minta, Drexa hanya ingin Levindra kembali menjadi kekasihnya. Lalu melenyapkan eksistensi Gabriel untuk selamanya. Yang Levindra tahu, semenjak orang tua mereka memutuskan menikah, Drexa mem...