I'm not heartless. I just using my heartless.*****
"Apa yang bakal lo lakuin kalau semisal cowok yang lo suka nembak lo?"Dua gadis sekolah menengah pertama, sedang duduk dikafe dekat sekolah setelah pulang sekolah. Tanpa mengganti seragam, mereka terlihat tak masalah.
Mendengar pertanyaan Alana, Drexa tersenyum malu, "Ya apalagi? Jelas gue terima lah."
Alana mencibir, "Bakal jadi bucin lo kayaknya. Awas lo dimanfaatin sama cowok itu. Kalau cewek jadi bucin ya kan cowok bakal jadi manfaatin. Kebanyakan cowok begitu."
Drexa menggembungkan pipi, tidak setuju tentang Alana menilai laki-laki hanya dari kata 'kebanyakan'
"Apaan sih lo. Gue gak segila itu kali."
Alana tersenyum meledek, "Lo pikir apaan? Lo pasti gila kalau jatuh cinta. Cinta busuk. Cinta busuk."
Drexa mendengus, Alana ini berkata seenaknya macam pernah pacaran saja. "Diem deh lo. Awas ya lama-lama lo jatuh cinta sama gebetan gue. Dia punya gue dan lo harus inget itu selalu."
Alana tertawa, "Kayak dia mau aja sama lo. Lagian, gue juga gak kenal."
"Ya jelas mau lah. Gue kan cantik dan pinter."
"Ya percuma kalau dia sukanya gue." Canda Alana.
"ALANA!"
Tidak ada yang ingin merasakan sakit dari mencintai. Tidak ada yang ingin tahu, bagaimana sakitnya menahan perasaan yang sangat berarti.
Drexa berulang kali merasakan pahitnya mencintai Levin. Drexa sepenuhnya sadar, jika cintanya semu. Tak ada artinya.
Cintanya merusak. Membuat keegoisan yang telah tanpa sadar tumbuh dalam dirinya. Ia hanya memikirkan dirinya. Ia hanya memikirkan kesakitannya.
Katakankah jika dirinya egois. Ia sungguh tidak peduli jikalau seluruh dunia mengatakan jika Drexa tetap saja bertahan pada hal yang tak seharusnya.
Namun, hati tak mampu Drexa bohongi. Ia tak pernah baik-baik saja sejak memutuskan Levindra seorang sebagai pusat dunianya.
Drexa mencintai begitu dalam. Bukankah wajar saja jika Drexa hari ini merasa begitu hancur melihat Levindra dan Alana tadi berciuman tak jauh dihadapannya?
Apa yang lebih sakit dari ini semua? Drexa tak mampu mengutarakannya.
Ia merutuki dirinya sendiri. Seharusnya tadi sepulang sekolah ia tak berinisiatif mengajak Levin menonton hingga ia berada disini. Seharusnya ia menerima ajakan si setan Gabriel untuk mengantarnya pulang.
Setidaknya hati Drexa tak akan cidera parah. Ia tak akan sehancur ini, meski sejak lama Drexa selalu terluka.
Levin selalu memperingatkan ini semua. Levin selalu mengatakan jika cinta Drexa sungguh akan sangat meleburkan.
Tapi Drexa mengabaikan.
Lalu setelah ini, apa Levin adalah dalang dari kesakitannya?
Nyatanya, Drexa tak mampu. Ia tidak bisa bertahan saat melihat kejadian ini didepan matanya sendiri.
Rasanya sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnDREaXA
Teen FictionJika Tuhan menanyakan dua hal termustahil yang ingin Drexa minta, Drexa hanya ingin Levindra kembali menjadi kekasihnya. Lalu melenyapkan eksistensi Gabriel untuk selamanya. Yang Levindra tahu, semenjak orang tua mereka memutuskan menikah, Drexa mem...