18: Preman.

2.1K 96 3
                                    


"HEY YANG ADA DISANA, YANG ADA DISINI JANGAN BIKIN KEKI, MARI KITA SEMUA HAPPY."

Gabriel terkekeh geli saat lagi-lagi, Keyl membuat kegaduhan dikelas. Naik keatas meja guru dengan salah satu tongkat pramuka yang entah ia dapat darimana. Bergaya seolah oenyanyi sungguhan, ia tak peduli seberapa memalukan dirinya. Bahkan walau sekelas menertawakan tingkah konyolnya.

Toh, sudah biasa.

"Temen lo tuh Gab." Kekeh Gafa yang sedang mendengarkan musik dengan headphonenya dan pandangan fokus pada Keyl.

"Anak kunti sekolah kali. Gue mendadak gak kenal dia." Gabriel menyahut tenang, membuat Gafa tersenyum simpul masih menikmati pertunjukan salah satu sahabatnya.

"NAIK NEV."

Seruan Keyl membuat Nevan ikut naik keatas meja yang sama dengan keyl tak lupa menjadikan sapu ijuk yang ia bawa sebagai mikrofon.

"SAYUR KOOOL. SAYUR KOOOOLLL. MAKAN DAGING ANJING PAKE SAYUR KOOLLL. OH SAYUR KOOOOLLL."

Penghuni kelas kembali tertawa, saat Nevan menyanyikan dengan lantang salah satu lagu yang sedang viral.

Ternyata, Nevan jauh lebih memalukan  daripada Keyl.

"Bukan temen gue." Gumam Gabriel geli.

"GAB, GAF, MANA SAWERANNYA??"

"EAKKKK, TARIK MANG..."

Gafa dan Gabriel konpak mendengus jijik.

Sepertinya, mereka jauh lebih waras dibanding keyl dan Nevan.

"Gaf, gue cabut dulu. Gak tahan perut gue liat mereka. Mual gue."

Gabriel melenggang begitu saja tanpa menunggu jawaban.

Persetan.

Ia malas sekarang.

**********

Drexa menyusur koridor sekolah dengan malas-seperti biasa.

Entah kenapa masalah yang berhubungan dengan Levin selalu saja membuat Drexa tertekan.

Terkadang Drexa muak dan begitu lelah pada perasaan sialan ini yang selalu menyiksa dirinya.

Memilih rasa sakit berulang kali.

Langkah kaki Drexa tiba-tiba terhenti. Bukan karena ada suatu hal yang menarik perhatiannya, namun dengan sebuah senyuman malaikat, seseorang berdiri menghalangi jalannya.

Siapalagi jika bukan Gabriel.

"Hay Andreaxa!" Sapanya riang gembira. Sungguh berbanding terbalik dengan reaksi Drexa yang terlihat sangat ingin menghilang dari hadapannya.

"Nih bunga buat lo!"

Drexa membulatkan matanya, kali ini kegilaan Gabriel benar-benar membuat Drexa semakin ingin menghilang saja. Bagaimana tidak? Gabriel membawa bunga mawar merah berduri tajam dan dilemparkan langsung kewajahnya.

Ia mendelik tak terima.

"Apaan sih lo!"

Gabriel justru semakin melebarkan senyum menawan-laknatnya. Ia memasang tampang tak berdosa.

"Ya bungalah."

"Bunga sih bunga, tapi gak usah isi durinya juga goblok." Gumamnya.

"Oh ya, kok gue lihat lo jalan kayak orang tolol gitu? Kesakitan. Hahaha." Gabriel tertawa renyah, seolah menganggap apa yang ia katakan sekarang tak lebih dari sekedar lelucon baginya.

Drexa melengos, sama sekali tak peduli. Tadi Drexa memang berjalan tertatih, kesakitan akibat luka tusukan yang masih sangat terasa yang untungnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang.

AnDREaXATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang