"Enghhh."
Gadis itu melenguh, merasakan kepalanya yang seperti dihantam batu besar. Punggungnya juga terasa pegal. Lehernya terasa kebas. Ia benar-benar merasa seperti sudah sangat tua.
Menyapu pandangan kesekeliling, matanya mengerjap beberapa kali untuk membuat pandangannya semakin jelas.
Ini di kamarnya.
Tunggu,
Apa ia mabuk lagi? Ah, sepertinya memang begitu.
Tapi....
Bukankah hari ini......masih hari rabu?
Itu berarti.....
Matanya membola, ia menepuk kening gemas, tersadar akan kebodohan yang juga tak hilang-hilang.
"Mampus gue!"Dengan tergesa dan sempoyongan ia memasuki kamar mandi. Ia mendesah pelan sambil merutuki dirinya sendiri.
Sepertinya, ia akan telat lagi.
*******
"Drexa?"
Langkah kaki Drexa yang hendak memasuki mobilnya terhenti, menoleh dan tersenyum saat beberapa meter darinya Levin berdiri.
"Iya?"
"Mobil gue dibengkel, boleh gue bareng lo?"
Meski Drexa bingung, ia tetap mengangguk. Lagipula, sejak kapan mobil Levin dibengkel? Seingatnya tadi malam mereka pergi ke club menggunakan mobil Levin.
Mereka berangkat bersama dengan Levin yang mengemudi perlahan.
"Gue kaget, Ketos kayak lo berangkat sesiang ini." Drexa meringis saat mengingat dirinya dan Levin pasti akan telat.
"Gue punya akses mudah masuk kesekolah jam berapapun. Gue punya beberapa alasan untuk itu. Gak tau deh sama lo."
Drexa gelagapan, salah tingkah. "Enghh itu...."
"Iya gue tau kalau lo gak bakal dikasi masuk lewat pintu gerbang. Lo manjat kan? Kayak biasanya?"
Drexa membeku.
Bagaimana Levin bisa tau?
Ia tak pernah memberitahu apapun tentang Levin.
Levin tertawa hambar, "Lo pasti bingung, tapi yaudahlah. Gak penting gue tahu darimana."
Levin mengacak rambut Drexa pelan, menariknya kedalam pelukannya. Namun sedetik kemudian, gumaman yang terdengar sangat pelan dari bibir Levin membuat jantung Drexa seakan terhenti sesaat.
"I love you."
Darah Drexa berdesir, ia melepas pelukannya.
"Ap-apa?"
Levin menatap sekilas dengan bingung.
"Apa?"
"Lo tadi bilang apa?"
"Gue?"
"Iya. Elo bilang apa tadi?" Desak Drexa.
Levin menggeleng. "Gue gak bilang apa-apa."
Tidak.
Drexa tak mungkin salah dengar.
Kedua telinganya masih berfungsi dengan baik.
"Efek alkoholnya barangkali belum hilang. Lo baik-baik aja?"
Drexa menatapnya. Hendak membuka mulut namun kembali tertutup.
Ia menghela nafas panjang. Sepertinya efek alkohol itu membuat Drexa gila, walau ia sendiri tak yakin seperti itu.
"Iya. Maaf."
Levin kembali mengelus rambut sebahunya. Menenangkan.
Walau Drexa yakin dan sadar sepenuhnya, Levin menggumamkan kalimat bermakna bahwa Levin masih mencintainya.
Ia mendesah pelan, "Gak mungkin."
*******
"Telat lagi? Kali ini apa alasan kamu?"
Berhasil memasuki pekarangan sekolah berkat Levin tanpa perlu memanjat, itu masih tak semudah yang Drexa bayangkan.
Nyatanya, Bu Vina, guru killer biologi kini mendelik galak menatap langganan telatnya dengan nyalang.
Drexa menggaruk tengkuk yang tak gatal, pura-pura salah tingkah padahal dalam hati sama sekali tak peduli.
"Maaf bu, ojek yang saya tumpangi bannya bocor. Jadi ya saya agak telat."
"Kamu sudah bodoh semakin mencoreng reputasi kamu sendiri. Kamu tidak malu?!"
Ini adalah salah satu penyebab Drexa muak bersekolah disini. Entah guru ataupun muridnya sama-sama memandang seseorang dari luar saja.
Hanya dari cap mereka yang diberikan oleh penduduk Elenvator School yang sialnya tempat Drexa bersekolah juga.
Drexa mendengus jengah dalam hati walau reaksi Drexa sekarang adalah sok merasa bersalah dengan menundukan kepalanya.
"Maaf bu. Saya memang bodoh."
"Tapi bodohan lo daripada gue." Sambungnya dalam hati.
Bu Vina menghela nafas, "Baiklah. Kamu boleh duduk. Jangan diulangi lagi. Murid bodoh disini harus mengerti tempatnya."
Drexa selalu menganggap Bu Vina adalah salah satu guru dengan mulut sampah disekolah ini. Bukannya ia tak menghormati guru, tetapi.....
Drexa kadang tak terima jika guru mendidik anak muridnya agar memiliki sopan santun tetapi guru sendiri berbicara tanpa mengindahkan apa yang ia ajarkan.
Seperti.....
Menjilat ludah sendiri?
Drexa hanya mengangguk dan berjalan ketempat duduknya.
Ia mendesah lega. Syukurlah.
*******
Hy guys...Happy Reading and don't forget to follow me.
Thanks for reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
AnDREaXA
Teen FictionJika Tuhan menanyakan dua hal termustahil yang ingin Drexa minta, Drexa hanya ingin Levindra kembali menjadi kekasihnya. Lalu melenyapkan eksistensi Gabriel untuk selamanya. Yang Levindra tahu, semenjak orang tua mereka memutuskan menikah, Drexa mem...