Lipat kesini lipat kesana, tarik, tekuk, kertas itu menjadi bentuk angsa, tangan kecil Naruto menyelesaikan origami berbentuk angsa - atau bangau - untuk kesekian kalinya.
Kamar kecil itu penuh dengan origami berbentuk angsa, ia berencana membuat seribu origami angsa atau bangau, yang katanya bisa mengabulkan permohonan.
Naruto tidak meminta banyak.
Dia ingin disayangi, dipahami, seperti kakaknya.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
I'M Not Idiot
'Naruto' bicara batin.
"Naruto" bicara biasa.
/Naruto\ bicara telpon.
Naruto flashback.
.
Naruto menutup pintu kamarnya pelan, kamar kecil itu penuh dengan origami berbagai bentuk, yang paling mendominasi origami berbentuk angsa yang ia gantung mengelilingi kamarnya.
Seribu bangau kertas. Pengabul permintaan.
Ucapan kedua orang tuanya dan temannya Fugaku tentang rencana pengusirannya itu membuat mental Naruto jatuh.
'Apa tidak ada kesempatan lagi?' tanyanya entah pada siapa. Naruto menggelengkan kepalanya.
Tidak ia harus bangkit. melangkah keluar dari kamar kecilnya menuju ruang tamu.
Dari kejauhan Naruto bisa mendengar tawa keluarganya dan keluarga Uchiha.
"Ayah." suaranya membuat ruangan itu hening. "Apa ayah sungguh-sungguh ingin mengusir aku?" tanya Naruto.
Minato terdiam tidak menyangka anaknya mendengar ucapannya dengan sahabatnya tadi dan sekarang berani menanyakannya secara langsung. ia mendengus.
"Benar." jawabnya mantap.
"Kenapa?" tanya Naruto.
"Kenapa kau bilang." Minato mendengus kasar. "Karena kau bodoh, idiot, selalu melawan dan membantah perintah kami, kau mempermalukan kami dengan kenakalan dan kebodohanmu." ujarnya dengan telunjuk yang memukul-mukul kepala Naruto hingga terdorong kebelakang.
"Kenapa kau tidak bisa seperti kakakmu yang selalu juara dalam segala hal, kau selalu memberontak, tidak pernah patuh, heh! Kau aib!" Tambah Kushina.
"Aku tidak bodoh! Aku tidak nakal! aku tidak idiot!" seru Naruto, ia menatap tajam Minato.
"Lihat sekarang kau berani menatapku tajam, heh! Idiot!" maki Minato.
Orang-orang yang melihat itu memasang wajah berbeda-beda. Fukagu dengan senyum remeh menatap Naruto, Menma yang tersenyum puas melihat Naruto yang menggila didepan ayahnya dan keluarga Uchiha, Kushina yang menatap datar Naruto, dua Uchiha junior yang menatap dalam diam ke arah Naruto, hanya Mikoto saja yang terlihat khawatir dengan keadaan Naruto.
'Kushina bagaimana bisa kamu bersikap seperti itu terhadap anakmu.' batin Mikoto sedih.
"Pergi-"
"Aku tidak akan pergi dari rumah ini!" potong Naruto keras. "Aku akan membuktikan kalau aku tidak bodoh, idiot, nakal, pembangkang, seperti ucapan kalian, aku akan membanggakan kalian melebihi Menma-nii, aku akan membuat kalian melihatku dengan tatapan bangga melebihi Menma-nii." janji Naruto, nafas bocah itu terengah-engah karena berbicara dengan nada yang tinggi.
Ucapan berani naruto membuat mereka terdiam.
"Heh! omong kosong! Anak idiot sepertimu mau melebihiku, jangan bermimpi otouto." desis Menma setelah sadar dari rasa terkejutnya.
Menma mendengus remeh. "Bisa apa kau Baka kau bahkan tidak bisa membaca dan menulis." ejek Menma. "Dan apa kau bilang membanggakan Ayah dan Ibu melebihi ku, jangan bercanda kau idiot, sampai kapanpun kau tetap idiot, memalukan." cela Menma puas.
CLING
Seperti ada bola lampu menyala dikepala Mikoto, ia mendapatkan cara untuk menyelamatkan Naruto.
"Kenapa tidak kita biarkan Naruto membuktikan ucapannya saja." sela Mikoto.
Minato menatap Mikoto penuh selidik, tidak biasanya Mikoto ikut campur urusan orang lain, kecuali ada niat tersembunyi dari sikap Mikoto saat ini. Ingat Uchiha selalu punya niat tersembunyi dari setiap langkah mereka.
"Tidak perlu bukti,dia hanya membual agar tidak diusir dari rumah ini." bantah Kushina.
"Kushina benar dia hanya takut kami mengusirnya, ya kan anak idiot!" seru Minato.
"Tidak! Aku tidak membual." bantah Naruto.
"Mou~ Kushina-chan, jangan begitu, lihat Naruto-kun, dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya." rajuk Mikoto mengambil alih suasana, benar Mikoto berusaha mencairkan suasana yang tegang itu.
"Tidak. Benar kata Kushina, tidak perlu pembuktian apapun lagi, keputusanku sudah bulat untuk mengusir anak idiot ini." final Minato membuat Naruto lemas. Usahanya sia-sia.
"Tidak biasanya Namikaze Minato membuat keputusan tergesa-gesa." ledek Mikoto. "Apa kau takut kalah dengan kesungguhan Naruto?" Mikoto mulai memainkan kata-kata dengan manis.
"Apa maksudmu Mikoto, aku tidak pernah takut dengan bocah idiot ini." telunjuk Minato mengetuk-ngetuk kepala Naruto dengan kasar.
"Benarkah?, tapi yang ku lihat tidak seperti itu, yang ku lihat kau takut ucapan Naruto akan terjadi dan kau akan sangat malu dan menyesal Minato." Mikoto mengibaskan tangan ke depan tanda meremehkan ucapan Minato.
Geram dengan olok-olok teman masa sekolahnya itu membuat Minato menatap Naruto. "Baik, buktikan kalu kau bisa membanggakan kami melebihi Menma." ucapan itu membuat wajah Naruto cerah.
Menma mendecih tidak suka, tapi kata-kata ayahnya selanjutnya membuatnya tersenyum lebih lebar dari sebelumnya. "Tapi aku akan menghapusmu dari ahli waris dan namamu mulai sekarang hanya Naruto bukan Uzumaki atau bahkan Namikaze." finalnya.
Naruto tidak terlalu terganggu dengan hal itu ia masih tersenyum ayahnya mau memberinya kesempatan.
"Dan satu lagi kami tidak akan memberimu biaya sekolah atau hidup lagi, kau hanya tidak akan diusir dari rumah ini." imbuhnya.
Naruto terkejut, kejam sekali ayahnya. tapi yang terpenting ia masih ada dirumah ini.
Naruto memasang senyumnya, dan berkata. "Baik." Pada ayahnya.
Dan dimulailah kehidupan seorang Naruto.
Just Naruto.
.
Horraaa.
Naruto tuh kuat, strong.
Dwi
25-Nov-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M Not Idiot
FanfictionDia yang tersisih, selalu sendiri, dianggap angin lalu, dibenci tanpa tau salahnya. Dia yang berbeda, menyembunyikan perbedaan dirinya dari orang lain. . fanfic Naruto pertama gambar bukan milik Dwi, cerita milik Dwi.