21

3.4K 224 11
                                    

Saat ia dihina oleh orang lain bahkan Menma sekalipun Naruto tidak merasakan sakit seperti ini.

Ia tidak menyangka hinaan ibunya akan berefek seperti ini pada dirinya. Ternyata ia tidak sekuat pikirannya, ia rapuh karena hinaan dan tamparan Kushina. Ia seperti menjadi anak kecil lagi.

Ia hancur. Krisis kepercayaan dirinya muncul lagi.

Jika Ino hancur saat semua orang mengoloknya karena matanya Naruto hancur hanya karena tamparan dan makian ibunya. Definisi hancur memiliki arti berbeda-beda bukan?

Bukankah menyakitkan hancur karena orang tuanya sendiri terlebih ibunya.

"Naruto-kun" sebuah suara terdengar disusul pelukan hangat yang melindunginya.

"Kau tidak sendirian" ujarnya.

"Ino-chan" gumam Naruto.

Dua sosok itu saling merangkul, saling melindungi, saling melengkapi.

"Nyonya Namikaze-san" Ino menatap wanita paruh baya itu tenang. "Anda bisa meminta pihak rumah sakit untuk mengganti dokter yang akan menangani putri anda" ujar wanita blonde itu. "Naruto tidak akan mengusik keluarga anda lagi begitu juga kami, permisi" Ino menggenggam tangan besar Naruto dan pergi dari ruangan itu diikuti oleh suster yang masih setengah shok. "Semoga kita tidak pernah bertemu lagi" harapnya sebelum menutup pintu.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

I'M Not Idiot

'Naruto' bicara batin.
"Naruto" bicara biasa.
/Naruto\ bicara telpon.
Naruto flashback.

.

Tubuh itu bergetar pelan, meski sudah sejam berlalu, dengan pelan Ino mengeratkan pelukannya pada kekasihnya itu.

Ia tidak mengerti kenapa mereka begitu kejam. Apa salah Naruto pada mereka.

Ino merasakan bajunya basah, tentu saja Naruto menangis.

Tangisan kesekian kalinya karena keluarganya.

Bunyi pintu membuat Ino menoleh sejenak.

Shikamaru datang dengan wajah khawatir.

Tadi ia mendengar kasak-kusuk antara suster di sepanjang ia berjalan saat menuju ruangan sahabat pirangnya. Mungkin kata tukang gosip melekat padanya.

Awalnya ia ingin memberi kejutan selamat datang, tapi malah ia yang terkejut mendengar gosip bahwa sahabat pirangnya bersitegang dengan keluarga Namikaze.

"Naruto" panggilnya pelan.

Naruto mengurai pelukannya, mengusap kedua matanya, ia mencoba tersenyum. "Yo nanas-kun, lama tidak bertemu" canda nya.

Shikamaru mendengus mendengar panggilan sahabatnya. Tapi ia lega Naruto masih seperti biasanya, atau Naruto mencoba bersikap seperti biasanya.

"Baka, kau terlihat kacau untuk seorang dokter" balas Shikamaru.

"Yaahh, aku dokter yang buruk" lirih Naruto.

"Gaki!" Lelaki bersurai oranye menyala menerobos ruangan Naruto dan mendepak Shikamaru yang kebetulan masih didepan pintu.

"Ku tunggu aku" Itachi muncul dibelakang Kurama, mengabaikan Shikamaru yang masih dalam keadaan tidak elitnya di lantai.

"Kenapa wajahmu makin jelek?" Yang namanya Kurama tidak bisa mengucapkan kata halus meski dalam keadaan khawatir, tsundere huh.

Mendengar itu Naruto merasakan kedutan didahinya. "Rubah buluk, bola bulu, rambut nyentrik, tsundere" balas Naruto setengah berteriak meluapkan emosinya.

Sedangkan mereka yang mendengar balasan Naruto sedikit terkejut. Namun sedetik kemudian mereka tersenyum, mereka tau kalau Naruto menyalurkan emosinya pada Kurama.

"Ho, kau sudah berani membalasku kuning" wajah Kurama berubah menjadi rubah - dalam pandangan Naruto.

"Kuso gaki" terdengar jeritan Naruto setelah itu.

'Lihat, aku punya mereka di sisiku aku tidak butuh mereka, aku bahagia dengan hidupku sekarang, Arigatou minna".

.

Naruto bahagia sama orang lain, menurutku itu adil, cobaan Naruto dari pihak keluarga dan bahagia nya Naruto dari orang lain.

Dwi

24-12-2018

I'M Not IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang