20

3.5K 224 42
                                    

Naruto memeriksa adik - yang tidak pernah dikenalnya-, setelah memastikan tidak ada yang salah ia keluar dari ruangan.

Sudah satu minggu ia menangani adiknya. Meski ia sedikit risih dengan tatapan keluarganya yang lama ia tidak temui.

Menma yang menatapnya benci, Kushina yang menatapnya penuh sesal, sedangkan Minato menatapnya dengan pandangan menerawang.

Bagaimana pun ia harus profesional.

"Naruto-kun pulanglah kerumah" pinta Kushina membuat tiga orang lainnya terkejut.

"Apa maksud anda Nyonya Namikaze-san?" Tanya Naruto tidak mengerti.

"Kaa-san -tidak kami merindukanmu" ujar wanita merah itu.

"Maaf Nyonya Namikaze-san, saya masih tidak mengerti maksud anda, saya merasa itu bukan rumah saya"

"Cukup Naruto, dia Kaa-san mu, dan apa-apaan panggilanmu itu!" Seru Minato, ia tidak suka istrinya memohon pada Naruto dan lebih tidak suka lagi dengan sikap Naruto yang seakan tidak mengenal mereka.

"Kaa-san biarkan saja anak idiot itu, kenapa bisa dia menjadi dokter, aku yakin dia dokter paling idiot yang pernah ada, kenapa pihak rumah sakit sebesar ini menerima dia jadi dokter" ejek Menma.

Naruto menghela nafas jengkel. "Aku sudah tidak perduli lagi dengan keluarga ini" ucapan itu terdengar datar ditelinga Kushina. "Tapi, bukan berarti aku akan diam saja saat kalian mengusikku dan orang disekitarku" nada Naruto berubah menjadi mengancam.

Kushina merasa tenggorokannya kering. "Menma jaga ucapanmu, dia adikmu kau harus -kita harus minta maaf padanya" seru Kushina susah payah.

Ucapan itu membuat Naruto terkejut sungguhkah ini ibunya? Ibunya yang dulu sering menghina dan mengabaikannya?

Mereka sudah berubah, benarkah?

.

Naruto © Masashi Kishimoto

I'M Not Idiot

'Naruto' bicara batin.
"Naruto" bicara biasa.
/Naruto\ bicara telpon.
Naruto flashback.

.

"Kau yakin bisa mengatasi mereka Naruto-kun?" Pertanyaan itu keluar dari wanita pemilik hati Naruto.

"Aku seorang dokter Hime, aku harus profesional, lagi pula dia tidak mempunyai salah denganku" sahut Naruto.

"Sepertinya adikku tidak diperlakukan seperti ku, ia terawat, dijaga, syukurlah" ucap Naruto tulus.

"Semoga mereka mengerti tentangmu Naruto-kun" harap wanita blonde itu.

'Ku harap begitu' batin Naruto, lalu mata birunya kembali memeriksa berkas dimejanya.

I'M Not Idiot

"Kita hanya perlu menunggunya sadar, kondisinya sudah stabil, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi" ujar Naruto ia menyerahkan catatan medis pada suster disebelahnya.

"Omong kosong, kalau Naruko sudah stabil kenapa dia belum sadar juga, jangan-jangan kau sengaja membuatnya tidak sadar, Naruto" ucapan itu mampu membuat kedua orang tua diruangan itu terpancing.

"Kenapa aku harus melakukan hal itu, aku seorang dokter, keselamatan pasien adalah nomer satu" sahut Naruto santai.

"Justru karena kau dokter kami tidak tau kau akan melakukan apa dengan obat-obatan itu, bisa saja kau meracuni adikku, karena dendam dulu" pancing Menma lagi.

Dan ia menyeringai melihat kedua orang tuanya terpancing.

"Apa itu benar Naruto?" Suara itu terdengar lirih meski masih bisa didengar oleh orang sekitar mereka.

Plakkk!!!

Tangan mulus milik Kushina melayang dipipi bergaris Naruto. Suara itu mengerikan bagi Naruto.

"Omong kosong denganmu Naruto, kalau itu semua benar kau benar-benar anak terkutuk".

Manik Naruto membola mendengar ucapan ibunya.

Padahal kemarin ia baru saja mendengar permintaan maaf dari ibunya dan merasakan dibela oleh ibunya, sekarang ia ditampar oleh ibunya juga.

"Na-Naruto-kun" panggilan lembut itu membuatnya menoleh. Manik berbeda warna itu terkejut saat ia membuka pintu kamar rawat Naruko ia melihat tangan ibu tungannya itu menampar Naruto.

.

Kayak sedikit aneh.

Ahahaha.

Dwi
23-12-2018

I'M Not IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang