"Kenapa kau mau menolong mereka Naruto-kun?" Tanya Ino beberapa hari setelah insiden penamparan Kushina pada Naruto.
"Aku tau seberapa terlukanya dirimu karena mereka, kurasa alasan karena Naruko tidak bersalah itu terdengar kurang".
Naruto tersenyum. "Kau tau apa alasanku menjadi dokter?" Tanya Naruto.
Ino menggeleng, memang ia dulu terkejut saat Naruto memberitahu akan menjadi dokter.
"Dulu waktu aku diajak Shikamaru ke salah satu distrik di Amerika, aku bertemu dengan ibu hamil yang dicegat preman" cerita Naruto. "Tentu saja kami menghajar preman-preman itu, lucunya saat kami berhasil melawan preman-preman itu ibu itu mau melahirkan" lanjutnya membuat Ino terkejut.
"Air ketubannya pecah, kalau menunggu ambulance pasti akan terlambat, saat itu aku ingat tentang cerita Yahiko-san, cara membantu melahirkan dalam keadaan genting" Naruto tersenyum. "Meski keteteran tapi kami berhasil menyelamatkan keduanya" Naruto meraih pundak Ino dan menatap manik Ino yang berbeda itu lembut. "Saat itu aku melihat raut kesakitan ibu itu, aku berpikir apa Kaa-san dulu juga kesakitan seperti itu saat melahirkan aku, aku hanya ingin membalas rasa sakit itu saat melahirkan aku, alasanku yang lain juga karena Naruko tidak salah itu benar" Naruto menghentikan ceritanya.
Hati Ino menghangat sebuah senyum penuh pengertian kenapa ia baru sadar memang seperti inilah Naruto kekasihnya, ia yakin meski bukan Naruko yang sakit tapi Kushina atau Minato bahkan mungkin juga Menma yang sakit, Naruto akan menolong mereka dengan segala yang ia mampu.
Naruto itu perwujudan kebaikan itu sendiri, saat semua orang menyakiti ia semakin kuat dengan kebaikannya.
"Kau benar Naruto-kun" sahut Ino tersenyum, Ino beruntung bertemu dengan Naruto, Ino merasa senang karena dulu ia berani menyapa Naruto di ayunan itu.
Karena Ino bahagia bersama Naruto.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
I'M Not Idiot
'Naruto' bicara batin.
"Naruto" bicara biasa.
/Naruto\ bicara telpon.
Naruto flashback..
Mata violet itu menatap tidak suka pada sepasang kekasih berambut pirang itu.
Tawa mereka membuatnya muak.
Senyum mereka ingin sekali ia hancurkan.
'Ah, kenapa tidak' batinnya menyusun rencana jahat.
I'M Not Idiot
Kurama mengaduk minumannya dengan malas, matanya terlihat ingin terpejam.
Itachi heran. "Ku!" Serunya.
"Hm" respon Kurama malas.
"Sebentar lagi Naruto dan Ino akan menikah, kau sudah tau mau mengado apa?" Tanya sulung Uchiha itu.
"Kado saja sekotak kamasutra" sahut Kurama asal.
"Uhuk, Ku jangan bercanda, aku serius, kau sudah punya hadiahnya?" Tanya Itachi.
"Belum, lagian masih satu bulan lagi" sahut Kurama tak perduli.
"Ayo ikut aku, kita cari hadiahnya bersama" Itachi menarik Kurama keluar dari kafe yang mereka kunjungi sore itu.
Hubungan keduanya masih saja ambigu, masih misteri.
.
"Naruto-kun, jangan lupa besok kita harus fitting baju pengantin" ujar Ino.
"Iya aku tau Hime" sahut Naruto.
"Jangan lupa jemput aku di sekolah" ingat Ino, setelah kembali ke Jepang Ino mengajar disekolah taman kanak-kanak di sekitar rumahnya.
"Iya Hime" sahut Naruto tersenyum sedikit gemas.
"Lalu jangan lupa kau harus mengurus cutimu" ingat Ino lagi.
"Aku tau Ino-chan" Naruto yang tak tahan meraih wajah Ino dan menangkupnya dengan kedua tangan. "Kau gugup?" Tanya Naruto lembut.
Ino bersemu. "I-iya" gugupnya. "Dan juga bahagia" lanjutnya.
Naruto tersenyum. "Aku juga Hime, arigatou".
Dua minggu kemudian sebuah telpon membuatnya panik.
/Naruto Ino- Ino diculik\.
"!!!!".
.
Doble 😁Dwi
29-12-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M Not Idiot
FanfictionDia yang tersisih, selalu sendiri, dianggap angin lalu, dibenci tanpa tau salahnya. Dia yang berbeda, menyembunyikan perbedaan dirinya dari orang lain. . fanfic Naruto pertama gambar bukan milik Dwi, cerita milik Dwi.