BTW//LT~1

4.8K 366 6
                                        

"Fany, kau ini sudah besar masa ingin aku menunggumu di sekolah, yang benar saja?"

Zain mendesah tak percaya sementara aku mendengus mendengar penolakannya yang entah ke sekian kali. Kakakku itu menolak untuk menemaniku sekolah di hari pertama.

"Ayolah Zain, kau tidak kasihan kepada adikmu ini?" Aku bersikeras merayunya, memohon dengan memasang wajah memelas.

"Hush, okay. Tapi sampai kau mendapatkan teman. Setelah itu selesai," ujar Zain memutuskan.

"Okay, ayo masuk!"

Dengan semangat dan tersenyum penuh kemenangan, aku menarik tangan Zain masuk ke area sekolah. Sedikit berlari melewati gerbang utama hingga sampailah kami disisi lapangan yang luas. Ada begitu banyak orang yang memperhatikan kami—lebih tepatnya sih kepada Zain. Tapi siapa peduli, aku tetap berjalan beriringan sambil menggenggam tangan Zain. Sudah menjadi hal biasa bagiku ketika berada disamping Zain. Ketampanannya selama ini hampir membuatku muak tapi tetap saja enak dipandang. Hingga akhirnya sebuah pengumuman membuatku harus segera baris ke tengah lapangan.

"Zain, stay here! " peringatku agar Zain tidak meninggalkanku sendirian karena aku benci sendirian.

"Sudah sana, aku tetap disini," ucapnya begitu tenang.

Aku melihatnya untuk terakhir kali ketika dia melipat kedua tangannya di dada. Jika sudah begini, dia terlihat keren. Andaikan dia ditakdirkan bukan menjadi kakakku pasti aku sudah mengencaninya.

Oh tidak, apa yang aku pikirkan? Aku menggeleng menghalau imajinasiku yang keterlaluan.

Aku pun berada dibarisan ketiga dari depan. Ternyata masih banyak juga murid lain yang masih memakai seragam sekolah menengah pertama, tapi aku sudah tidak sabar lagi ingin memakai seragam khas Brussels Graz High School siapa yang tidak ingin? pasti semua orang ingin menikmati masa-masa ini yang katanya sangat indah.

Kita lihat saja nanti.

"Good Morning!" sapa salah satu murid yang berdiri di atas podium menghadap kearah semua calon adik kelasnya yang kuyakini dia adalah senior.

"Morning!" balas seluruh siswa baru, termasuk aku.

"Okay, selamat datang di Brussels Graz High School. n
Nantinya sekolah ini akan menjadi sekolah baru untuk kalian semua!" kata lelaki berambut pirang itu dengan postur tubuh tinggi, "Lalu hari ini kalian akan dibagikan kelas sementara untuk tiga hari ke depan."

Terdengar suara bising di atas podium, jika kuperhatikan mereka semua sedang membagikan kertas yang aku yakini diantara kertas itu ada namaku.

"Baiklah, kita akan mulai dari kelas 10-A," ujar lelaki yang berambut sedikit botak. Bagiku dia mirip seperti David Beckham. "Bagi namanya yang terpanggil silahkan masuk ke dalam kelas," beritahunya sebelum  dia mulai menyebutkan satu-persatu nama siswa baru disini.

Aku masih bertahan pada posisiku, berdiri sambil bersedekap menunggu namaku disebut. Sesekali melirik dimana Zain berada, takut bila sewaktu-waktu dia menghilang dari tempatnya berada.

"Tiffany Alvord Malik."

Tepat setelah namaku terpanggil, sontak aku pun bergegas menuju kelas 10-A tanpa mendengarkan lagi sebutan nama yang sedang para senior sebutkan. Lalu langkah kakiku berhenti di lantai dua dan aku mendapati tulisan yang terpampang di jendela kelas.

CLASS 10-A

Aku pun masuk bersamaan dengan semua pasang mata langsung tertuju padaku. Lalu detik selanjutnya pandangan mereka kembali ke kegiatan masing-masing. Aku memutar bola mata, lalu mencari bangku kosong yang ternyata ada disebelah gadis berambut pirang. Tanpa berpikir panjang lagi, aku duduk disebelahnya dengan menetralkan napasku yang masih terengah-engah akibat berjalan menaiki tangga.

Gadis yang disampingku tersenyum canggung lalu aku balas senyumannya. Suasana di kelas cukup terbilang canggung mungkin karena murid disini belum mengenal satu sama lain mengakibatkan suasana menjadi kehening. Khususnya di bangku yang di duduki olehku bersama gadis pirang ini. Aku pun memilih mengetuk-ngetuk jemariku ke meja agar suasana tidak terlalu hening.

Beberapa menit berlalu hingga terdengar decitan pintu terbuka dan masuklah dua orang wanita dengan memakai seragam khas BGHS yang kuyakini mereka adalah senior sekaligus anggota OSIS yang akan membimbing kelas ini untuk tiga hari kedepan.

"Hi guys, welcome to Brussles Graz High School!" Sapa salah satu dari senior itu yang berambut warna perak.

"Okay, bagaimana sebelum kita mengenal lebih jauh lebih baik kita perkenalkan diri masing-masing, bagaimana Pepz?" tanya gadis berambut coklat itu kepada gadis yang berada disebelahnya.

"Ide yang bagus El. So, perkenalkan namaku Perrie Edwards dari kelas XI Music!" ujar gadis berambut perak itu yang sudah kuketahui bernama Perrie.

"Dan namaku Eleana Smith dari kelas XI IPA 1!" tambah gadis berambut coklat. Entah perasaanku saja atau bukan, mata Eleana mirip sekali dengan Zain. Lalu dia tersenyum ramah padaku, aku pun membalasnya.

"Kami sudah memperkenalkan diri dan sekarang giliran kalian yang memperkenalkan diri kalian dan dimulai dari ujung sebelah kanan, silahkan!"

Lelaki yang ditunjuk oleh Perrie pun berdiri dan memperkenalkan dirinya.

"My name is Jackson Johansson, nice to meet you, guys!" ujarnya setengah berteriak, aku yakini pasti lelaki itu memiliki sikap hiperaktif. Lihat saja perilakunya, sekarang dia sedang mencari perhatian kearah semua penghuni kelas ini seperti selebritis yang sedang berjalan di red carpet. He is annoying.

"Good Jack! nice to meet you too!" balas Eleana dengan tertawa kecil.

"Okay, my name is Curter Jenskis. Aku berasal dari Irlandia jika kalian ingin tau!" Semua yang berada di kelas termasuk Perrie dan Eleana pun tersenyum lebar.

"Irish, huh?" Tebak El.

"Nope, I'm British-Irish!"

"Hmm okay. Next!"

Kini giliranku yang memperkenalkan diri karena aku duduk di bangku paling depan. "My name is Tiffany Alvord Malik. Nice to meet you!" Aku pun langsung dipersilahkan duduk kembali oleh Perrie.

"Nice to meet you too, Tiff!" Seru Eleana dan tersenyum ramah padaku.

"Selanjutnya."

Gadis yang berada disebelah aku pun berdiri dan memperkenalkan dirinya. "Halo, namaku Alice Xyline!" ujarnya singkat, padat dan jelas.

Kurasa dia adalah sosok gadis yang lembut nan ramah pastinya. Lalu giliran selanjutnya.

"Hello, my name is Angela Richargo!"

"Hello, i'm Mikhael Nicole!"

"Hi, i'm Amanda Sanny!"

"Hello, i'm Sam!"

"Hello, I'm Grace!"

"Hi, i'm George Harries!"

"Hello, i'm Fray Skyline!"

Hingga yang tersisa adalah seorang lelaki yang wajahnya seperti wajah orang Asia. Entahlah kurasa wajahnya tampak familiar bagiku.

"Hello nice to meet you guys, my name is Calum Hood!"

Seketika aku diam mematung di tempat, aku tidak sanggup untuk melihatnya ke belakang. Saat Perrie dan Eleana berjalan kearah bangkunya, aku hanya bisa mendengarkan percakapan mereka. Tapi sebelum itu, aku buang jauh-jauh firasatku tentang dia, siapa tau nama 'Calum Hood' itu banyak 'kan? Aku yakin itu.

"Nice to meet you too Calum. Kau berasal dari Asia, Right?"

"Nope, aku sama sekali tidak punya darah Asia. Tapi aku berasal dari Skotlandia!" balasnya dengan nada sedikit sebal.

Oh...mati saja aku!

To be Continued.

Better Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang