BTW//LT-15

1.9K 193 1
                                    

"Mengapa dia diam saja disana?"

"IApa mungkin dia sedang mencari perhatian Louis dan Luke?"

"Seperti dia cantik saja."

"Berhenti membicarakanya, dia tidak tahu apa pun."

Semua orang berbisik-bisik membicarakan diriku yang masih berdiri diantara Louis dan Luke. Aku bisa mendengar Gabby yang berbisik dengan tatapannya tertuju padaku, tatapan datar. Kemudian aku melihat ke sebelah Gabby, seorang wanita dengan tatapan seolah menantangku atau merendahkanku, Sophia. Aku juga melihat Alice, dia hanya diam menatapku tak percaya.

Lebih bodohnya, mengapa aku masih berdiri disini. Diam dengan kebingungan. Aku mereasa kakiku menjadi kaku, sulit untuk digerakkan seolah ada lem yang membuatku harus tetap berdiri disini, entah sampai kapan. Bahkan telingaku juga sudah begitu panas mendengarkan bisikan-bisikan mereka.

Sial, secara tidak langsung aku sama saja mempermalukan diriku sendiri!

Menarik napas dalam, aku menatap tajam ke arah orang-orang yang berada dihadapanku bersiap untuk melayangkan protesan kepada mereka. Sesungguhnya aku pun tidak terima dijadikan bahan gunjingan mereka. Kemarahanku sudah tidak bisa dibendung lagi.

"HEY—"

Belum sempat aku berteriak kepada mereka bahwa aku marah, tiba-tiba ada sebuah tangan yang membekap mulutku dan menyeretku keluar dari kerumunan orang-orang dan  tentunya dari tatapan gadis-gadis penggosip itu. Aku meronta-ronta meminta dilepaskan sampai aku tidak sengaja menginjak kaki si penyeret sehingga bekapan di mulutku terlepas. Dia meringis kesakitan dan aku menemukan Edward.

Edward memilih duduk di kursi taman dengan masih memegangi kakinya. Melihatnya seperti itu aku jadi merasa bersalah. Bagaimana pun dia telah membebaskanku dari tatapan orang-orang tadi.

"Hey, mengapa kau diam saja? Bukannya meminta maaf!" Teriakkan Edward membuatku terperanjat kaget dan tersadar dari lamunanku.

"Maaf."

Hanya itu yang keluar dari mulutku tanpa menoleh ke arah Edward yang berada di sampingku karena aku terlalu sibuk menyaksikan kerumunan orang tersebut dari kejauhan. Di sana terlihat Luke dan Louis sedang berbicara dengan serius, lalu Luke tertawa licik sambil menarik lengan Sophia sehingga mendekat denganya. Sophia hanya diam disaat Luke kembali berbicara kepada Louis sambil menunjuk tepat di wajah Sophia.

Louis diam saja, masih dengan tatapan tajamnya. Dari sini aku bisa melihat Louis sedang menahan amarah dengan nafasnya yang begitu cepat naik-turun. Setelah giliran Luke diam. Mungkin, Louis merasa muak dengan omongan Luke dan kasihan terhadap Sophia, dia pun menarik Sophia sehingga gadis itu sekarang dibawa Louis ke dalam gedung sekolah.

Sepeninggalan Louis, Luke tertawa licik dan melirik ke arah Gabby yang hanya diam sambil menatap Luke mematung. Lalu tiba-tiba saja Gabby melotot dan langsung berlari ke dalam akibat perkataan Luke yang tidak begitu jelas jika hanya dilihat dari kejauhan. Aku pun menoleh ke arah Edward yang sama-sama menyaksikan kejadian tadi. Ekspresinya biasa saja, apalagi saat melihat kekasihnya berlari memasuki gedung dengan panik.

"Apa?" Merasa diperhatikan olehku Edward melihatku yang tengah menunggu responya.

"Ed, mengapa kau tidak mengejar kekasihmu? Kau lihat 'kan dia terlihat panik saat lelaki itu mengatakan sesuatu kepadanya?"

"Memangnya harus?"

Aku memutar bola mataku, tak habis pikir dengan cara berpikirnya dia. "Terserah kau sajalah. Jika Gabby melihatmu disini bersamaku disaat dia membutuhkanmu, jangan harap setelah ini hubunganmu baik-baik saja," kecamku dengan sedikit nada yang mengancam.

Better Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang